Perempuan di Malang Rela Tinggalkan Dunia Keperawatan untuk Dalami Seni Tatto Handpoke

TIMESINDONESIA, MALANG – Siapa sangka Ovii Sandria alias Ovi Ayu Saputri yang selama ini dikenal sebagai seniman tatto di Malang, ternyata lulusan keperawatan. Bahkan, sebelum menjadi seniman tatto, perempuan asal Pisang Candi, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini pernah bekerja di sejumlah fasilitas Layanan Kesehatan (Faskes).
"Saya bukan lulusan seni, saya lulusan keperawatan di Universitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang. Memang sebelum saya mengenal dunia tatto, saya bekerja sebagai perawat. Pernah kerja di rumah sakit, pernah di klinik, atau homecare," ujar Ovi, Senin (17/4/2023) kemarin.
Advertisement
Perempuan kelahiran tahun 1992 itu mulanya bekerja sebagai perawat seperti pada umumnya. Berjalannya waktu, ia mengalami kesulitan karena memiliki penyakit bawaan bersama anaknya. Hal itu, membuatnya tidak bisa bekerja dengan shift panjang maupun shift malam.
Kemudian, Ovi memutuskan untuk menyesuaikan pekerjaanya dengan beralih dari klinik dokter menjadi pelayanan bagi pasien rawat jalan atau home care.
"Terakhir memang coba kerja di klinik dokter, tapi anakku makin gak bisa ditinggal, jadi aku pilih home care," katanya.
Setelah menjalani lika-liku kehidupan, pada tahun 2011 lalu, ibu satu anak itu memantapkan tekad untuk meninggalkan pekerjaan sebagai perawat dan beralih ke dunia tatto. Keputusannya memilih menekuni tatto, karena kesukaanya pada seni tersebut.
Selain itu, dukungan dari suaminya yang juga merupakan tatto artis membuat Ovi semakin yakin untuk menekuni bidang tersebut. Sejak tahun 2011 itu dia dan suaminya membuka jasa tatto bersama yang diberi nama Sandria Tatto.
Bahkan untuk membuktikan bahwa dirinya kini menjadi orang yang merdeka, Ovi memutuskan untuk menatto tubuhnya sendiri untuk berlatih dan belajar dari suaminya juga. Berjalannya waktu, Ovi mulai mengenalkan karyanya kepada teman hingga di media sosial.
"Memang awal sebelum mendalami tatto sudah suka dan saya sudah tatto badan tapi dibagian yang tidak terlihat. Setelah itu saya ingin merdeka dan memutuskan menatto dibagian yang kelihatan sekaligus belajar," ungkapnya.
Menariknya lagi seni tatto yang dipelajari ovi bukan seperti biasa, tapi jenis seni tatto Handpoke atau lebih mudah dikenal dengan metode tanpa mesin. Dalam pengerjaannya, diakui memakan waktu yang lebih lama dibandingkan tatto dengan menggunakan mesin.
Ia pun terus belajar dan menekuni seni tatto handpoke hingga berhasil mendapatkan formula untuk memangkas waktu pengerjaan. Dari yang seharusnya memakan waktu 2 jam, kini pengerjaan cukup setengahnya saja atau satu jam.
Awal Karir Ovi Ayu Saputri
Pada tahun 2019 dimana itu merupakan awal dari Ovi menerima customer pertama dan berani mematok harga. Meski begitu, sebelum menerima pelanggan pertama, Ovi juga belajar banyak mengenai standar operasional prosedur dalam mengaplikasikan tatto di tubuh seseorang.
Sebab, tak boleh sembarangan. Ia harus menjaga kebersihan hingga kehigienisan dan keamanan customernya. Ia gigih pula mengampanyekan SOP bagi tattoo artist mengingat background sebelumnya juga berada pada bidang kesehatan.
"Sebenernya aku pengen belajar pake mesin tattoo awalnya, tapi suami aku mengarahkan aku untuk Handpoke Tattoo aja dengan alasan Handpoke Tattoo sebetulnya cukup banyak yang belum menerapkan SOP," jelasnya.
"Kadang mereka yang pakai metode Handpoke masih nattoo temen sendiri, tanpa sarung tangan, pake jarum bekas, atau pake tinta gak original, itu kan cukup berbahaya bagi kesehatan dan tidak sesuai dengan SOP," sambungnya.
Sementara, untuk biaya dalam sekali tatto Handpoke dirinya membandrol dengan harga sekitar Rp 250 ribu untuk ukuran standar 10 sentimeter. Tapi biaya tersebut bisa meningkat tergantung pada kerumitan desain yang diminta oleh pelanggan.
Hal itu yang membuat, setiap akan menatto selalu diawali dengan konsultasi dan memastikan harga. Sehingga, diakhir setelah proses tatto usai, harga tidak akan berubah-ubah. Sejauh ini tarif paling mahal yang pernah ia kenakan sebesar Rp 800 ribu dengan kerumitan tinggi.
"Sebulan saya ngerjakan itu kisaran 6 orang. Tapi kalau secara kolektif di Sandria Tatto sama suami bisa melayani sekitar 20 sampai 25 orang dalam satu bulan," tuturnya.
Dengan itu, Ovi berharap kedepan bisa mengembangkan kemampuannya dalam menatto dan memiliki studio tatto sendiri di tempat strategis. Ia juga berkeinginan bisa membuka workshop untuk siapapun yang ingin belajar.
"Pengen banget bisa sharing sama artist handpoke lainnya. Juga bisa bikin event handpoke," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |