Kisah Fabiola Natasha Mengeksplorasi Imajinasi Sosok Naga dalam Karya Lukis

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dragon Spirit Within Me dan Walking In The Psylocibin menjadi tema karya lukis Bernadette Godeliva Fabiola Natasha. Ia menampilkan dua frame dalam sebuah pameran bertajuk Batas Luar di Visma Gallery Surabaya.
Dragon Spirit Within Me. Mungkin ia tidak pernah terlihat secara nyata. Naga tak lebih dari hewan mitologi bagi kebanyakan orang. Tetapi ia melihatnya dalam jiwa.
Advertisement
"Filosofi Tionghoa tentang naga adalah meniupkan kebaikan dan kekuatan, kemakmuran dan keberuntungan," terang Natasha, Sabtu (10/6/2023).
Naga juga digambarkan sebagai hewan yang bijaksana. Ia mempercayai naga sebagai malaikat penjaga. "Naga adalah guardian angel saya. Ia berdiam di diri saya untuk mendampingi setiap langkah perjalanan hidup," tandasnya.
Walking In The Psylocibin
Visual ini terjadi beberapa tahun lalu dan tidak pernah hilang dari ingatan Natasha. Bukan karena depresi atau pasca trauma. Hanya sekali dan ini keisengan Natasha belaka.
Ia mencoba psilocybin atau dikenal sebagai magic mushroom. Hanya sedikit. Namun, efek psychedelic yang ditimbulkan oleh psilocybin memberikan pengalaman tidak biasa pada dirinya.
Bentukan-bentukan absurd antara nyata atau tidak ini mungkin manifestasi diri yang tidak disadari. Tampak ada wujud seperti ular atau ekor berbulu. Terlihat pula ada wujud semacam embrio di tengahnya serta rumput-rumput tipis di bawahnya.
Jika orang lain terlibat dalam halusinasi parah, emosi yang tidak terkontrol atau ada efek samping pada tubuh, hal ini tidak terjadi pada dirinya.
"Katanya jika kondisi kita tenang tanpa beban, maka efek-efek tersebut tidak terjadi. Mungkin ini pula yang terjadi di saya," tutur Dosen Graphic Design LaSalle College Surabaya ini.
Ia malah seolah melihat proses reborn pada diri sendiri, makin mengenali diri sendiri. Self love dan self acceptance. Hanya satu hal yang aneh dan menjadi tanda tanya. Visual yang ia lihat tidak berwarna. Atau hanya semacam pantulan warna emas, ungu dan merah.
"Nah, visual ini yang saya terjemahkan dalam karya saya berjudul Walking In The Psylocibin," ungkap Bernadette Godeliva Fabiola Natasha.
Suatu ketika, Fabiola pernah membaca tentang filosofi Wabi Sabi bahwa dalam ketidaksempurnaan ada sebuah keindahan. Demikian juga saat mulai memahami konsep Enso.
Bahwa bukan sekadar lingkaran namun simbol keanggunan dan kekuatan alam semesta serta kekosongan mutlak untuk mencapai tingkat meditasi dan pencerahan tertinggi, atau enlightenment atau yang disebut Satori.
“Untuk dapat membuat Enso maka diperlukan pikiran yang tidak lagi terikat pada tubuh dan roh,” tegasnya.
Jawaban-jawaban yang sangat berbeda untuk setiap orang ini pada akhirnya membuat Fabiola belajar untuk lebih memahami makna kehidupan dan menghargai dunia seisinya. Termasuk pula belajar memaafkan.
Bentuk perenungan spiritual itu kemudian pernah menjadi sebuah buku bertajuk bertajuk Puja yang telah ia luncurkan beberapa tahun sebelumnya.
Pada 2021, Chinese ink painting artis ini juga mengikuti PannaFoto Future Talent: One-Year Mentorship 2022. Salah satu mentor yang ikut memberikan ulasan dalam bukunya adalah Kurniadi Widodo, seorang pendidik dan fotografer.
Senada dengan setiap pamerannya, Fabiola juga mempersembahkan lukisan dan karya seni dengan muatan-muatan penuh perenungan spiritual. Ia mengajak untuk lebih mengamati berbagai hal yang terjadi dalam hidup.
Dragon Spirit Within Me dan Walking In The Psylocibin. Menjadi tema karya lukis Bernadette Godeliva Fabiola Natasha pada karya kali ini. Ia menampilkan dua frame dalam sebuah pameran bertajuk Batas Luar di Visma Gallery Surabaya mulai 30 Mei hingga 11 Juni 2023.
Pameran tersebut melibatkan 20 living artists dan lima eternal artists asal kota ini. Pameran karya lukis ini digelar dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kota Surabaya ke-730. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.