Kisah Keiko Kawano Hidupkan Kembali Senyuman Jepang Pasca Pandemi
TIMESINDONESIA, JAKARTA – dir="ltr">Kisah Keiko Kawano ini cukup inspiratif menjadi prospek bisnis pasca-pandemi Covid. Ya, Keiko memiliki pekerjaan yang tidak biasa: dia adalah seorang instruktur senyum di Sekolah Senyum miliknya.
Dalam kelas terbarunya di sekolah seni senyum Tokyo, dia mengajarkan belasan siswa cara tersenyum dengan benar dan efektif. Mereka menggunakan cermin untuk meregangkan sudut-sudut mulut mereka ke atas, belajar mempraktikkan senyuman yang tampaknya terlupakan selama pandemi Covid.
Advertisement
Menata Senyum yang Benar
Pandemi ini telah mengubah banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk penggunaan masker yang hampir universal di Jepang. Masker telah menyembunyikan senyuman dan ekspresi wajah lainnya, membuat banyak orang merasa perlu untuk belajar kembali cara tersenyum. Hal ini menghasilkan lonjakan permintaan yang signifikan untuk layanan Kawano.
Kawano memiliki perusahaan yang bernama Egaoiku, berarti "Pendidikan Senyum". Egaoiku telah melihat lonjakan permintaan lebih dari empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pelanggannya berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari perusahaan yang mencari tenaga penjual yang lebih ramah hingga pemerintah lokal yang berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
Kawano menggunakan teknik yang dia sebut "Hollywood Style Smiling Technique". Metode ini mencakup berbagai elemen, termasuk "mata bulan sabit", "pipi bulat", dan membentuk sudut mulut untuk memperlihatkan delapan gigi putih di baris atas. Teknik ini dirancang untuk membantu siswa menciptakan senyuman yang hangat, ramah, dan menarik. Kawano telah melatih 23 instruktur lain untuk menyebarkan teknik ini di seluruh Jepang.
Selain itu, Kawano berpendapat bahwa orang Jepang perlu belajar berkomunikasi dengan lebih dari sekedar mata di era pasca-pandemi. Melalui pelatihan seperti yang ditawarkan Egaoiku, mereka dapat belajar kembali bagaimana tersenyum dengan tulus dan membina hubungan interpersonal yang lebih kuat. "Saya rasa ada kebutuhan yang semakin besar bagi orang untuk tersenyum," kata Kawano.
Masa Depan Senyuman Jepang
Tantangan yang dihadapi oleh Kawano tidak hanya dari pandemi. Budaya Jepang mungkin kurang cenderung tersenyum dibandingkan dengan orang Barat karena rasa keamanan mereka sebagai bangsa pulau dan negara kesatuan. Kawano yakin bahwa pelajaran senyum seperti yang dia tawarkan dapat membantu mengubah norma ini dan mendorong lebih banyak orang Jepang untuk berbagi senyum mereka dengan dunia.
Masa depan senyuman di Jepang tampak cerah berkat upaya Kawano dan Egaoiku. Dengan semakin banyak orang mengakui pentingnya senyuman dalam berkomunikasi dan membangun hubungan, pelajaran senyum menjadi semakin populer.
Keadaan ini diperparah oleh fakta bahwa banyak orang Jepang memilih untuk tetap mengenakan masker mereka setelah rekomendasi pemerintah untuk memakainya dicabut pada Maret. Menurut survei oleh penyiar publik NHK pada Mei, 55% orang Jepang mengatakan mereka masih memakai masker sebanyak dua bulan sebelumnya. Hanya 8% yang mengatakan mereka telah berhenti memakai masker sama sekali.
Tetapi ini tidak menghentikan Kawano. Sebaliknya, dia melihatnya sebagai kesempatan untuk menekankan pentingnya senyuman dalam komunikasi non-verbal, terutama dalam era pasca-pandemi.
Senyum adalah Alat Komunikasi
Kawano percaya bahwa dengan meningkatnya jumlah turis yang datang ke Jepang. Senyuman akan menjadi alat komunikasi yang semakin penting.
"Budaya senyuman menunjukkan bahwa saya tidak membawa senjata dan saya bukan ancaman bagi Anda," katanya, menegaskan pentingnya senyuman sebagai isyarat perdamaian dan keramahan.
Kawano tetap optimis tentang masa depan senyuman di Jepang dan berencana untuk terus melatih lebih banyak instruktur senyum. "Saya rasa ada kebutuhan yang semakin besar bagi orang untuk tersenyum," katanya.
Dengan sikapnya yang positif dan berdedikasi, Kawano dan Egaoiku sedang membantu mengubah wajah Jepang, satu senyuman pada satu waktu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |