Silent Treatment: Solusi untuk Menyelesaikan Masalah, Benarkah?

TIMESINDONESIA, BLITAR – Manusia yang sejatinya merupakan makhluk sosial, membutuhkan individu lain dalam menjalankan kehidupannya. Sebab pada diri manusia terdapat hasrat untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam dinamika kehidupan, manusia memililki hubungan timbal balik antara satu sama lain sehingga menjadi bukti bahwa memang manusia selalu bergantung dengan orang lain agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun tak jarang dalam hubungan sosial yang terjalin terdapat konflik yang terjadi dan sulit untuk dihindarkan. Suatu masalah yang dapat menimbulkan perselisihan antar individu. Dari hubungan sosial tersebut, individu akan survive seiring berjalannya waktu dan mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Bisa dengan membicarakan baik-baik bersama pihak yang mengalami konflik, mendiskusikan, mengalah dan meminta maaf, atau bahkan melakukan upaya silent treatment dengan harapan bahwa permasalahan akan selesai dan hilang dengan sendirinya.
Advertisement
Dikutip dari medicalnewstoday.com, silent treatment merupakan bentuk penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Orang yang melakukan silent treatment pun terkadang menolak untuk mengakui kehadiran orang lain. Silent treatment ini seting terjadi dalam berbagai hubungan, termasuk hubungan romantis.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan silent treatment, antara lain:
1. Penghindaran
Dalam beberapa kondisi, orang melakukan silent treatment dalam sebuah percakapan sebab mereka tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari sebuah konflik.
2. Komunikasi
seseorang melakukan silent treatment juga terkadang dikarenakan tidak tahu bagaimana cara untujk mengekspresikan perasaan mereka namun mereka tetap ingin pasangan tahu bahwa mereka sedang kesal.
3. Hukuman
Ada beberapa orang yang melakukan silent treatment sebagai bentuk hukuman kepada seseorang atau ingin menunjukkan bentuk kekuasaaan mereka pada orang lain. Hal tersebut juga dilakukan untuk menunjukkan sisi dominan mereka.
Namun pada kenyataannya, dengan melakukan silent treatment bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi permasalahan atau perselisihan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paul L. Witt dan Jenna R. Shimkowski mengungkapkan bahwa baiik perempuan dan laki-laki, beberapa di antaranya, menggunakan silent treatment dalam hubungan. Akan tetapi, komunikasi yang jelas dan secara langsung adalah yang paling penting untuk hubungan yang sehat.
Menggunakan silent treatment dapat mencegah seseorang dalam menyelesaikan konflik mereka atau bisa dikatakan bahwa cara ini benar-benar tidak efektif dalam menyelesaikan masalah (A Meta-Analytical Review of the Demand/Withdraw Pattern of Interactionn and its Associations with Individual, Relational, adn Communicative Outcomes.2014)
Ketika dalam proses penyelesaian masalah, salah satu pasangan ingin membicarakan masalah dan berusaha untuk mencari solusi. Namun pihak lain melakukan silent treatment, hal tersebut dalam menimbulkan emosi negatif seperti rasa marah dan kesal.
Selain itu, dengan menhindar konflik pun ada kemungkinan untuk menimbulkan perselisihan lain sebab tidak ada kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya dan pihak yang dirugikan merasa terabaikan (tidak dihargai). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |