Gaya Hidup

Guilt Tripping Tidak Baik dalam Hubungan, Begini Ciri-Cirinya

Senin, 10 Juli 2023 - 05:31 | 320.05k
Ilustrasi - Bertengkar dengan pasangan. (FOTO: Pinterest)
Ilustrasi - Bertengkar dengan pasangan. (FOTO: Pinterest)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Apakah kamu sering diungkit-ungkit kesalahanmu oleh orang lain termasuk pasanganmu sendiri? Bahkan sering disindir secara halus untuk membuat dirimu semakin merasa bersalah? Tahukah kamu, bahwa hal tersebut disebut sebagai guilt tripping

Tahukah kamu, apakah guilt tripping itu? Guilt tripping adalah bentuk komunikasi,baik verbal maupun non-verbal, di mana seseorang dibuat merasa bersalah atas sesuatu yang bukan berdasarkan kesalahan pribadinya atau perbuatan yang tidak mereka lakukan sama sekali. Ucapan Guilt Tripping ini seperti : “Aku sudah begitu baik kepadamu, tetapi kamu tidak pernah menghargaiku” atau “Aku lelah memasak, tapi kamu malah makan sedikit”. 

Advertisement

Bertengkar-dengan-pasangan50d05faec556b510.jpg Ilustrasi - bertengkar dengan pasangan. (FOTO:Freepik).

Perkataan seperti ini akan memunculkan perasaan tidak nyaman dan perasaan bersalah, sehingga pada akhirnya mau tidak mau, orang yang menerimanya akan menuruti perkataan dan permintaannya. Perilaku seperti ini juga berpotensi terjadi dalam sebuah hubungan loh! Dan siapapun berpotensi terjebak dalam kondisi di-guilt trip ini hanya saja terkadang individu tidak menyadarinya. 

Ciri-Ciri Perilaku Guilt Tripping

Lalu seperti apa sih, contoh perilaku guilt trip yang terjadi dalam sebuah hubungan? Disarikan dari berbagai sumber, berikut contoh-contoh atau ciri-ciri perilaku guilt-trip yang terjadi dalam sebuah hubungan. 

1. Selalu mengungkit-ungkit kesalahan

Manusia tidak ada yang sempurna, tentunya juga pasti pernah melakukan sebuah kesalahan. Begitu juga dalam suatu hubungan. Apabila seorang individu seringkali mengungkit kesalahan pasangannya bahkan mencampuradukkan kesalahan pasangannya yang telah lalu maka hal tersebut bisa dikatakan sebagai perilaku guilt tripping. 

Situasi ini pastinya akan membuat korban guilt tripping semakin merasa bersalah dan seolah-olah korban tersebut telah membuat kesalahan fatal sehingga membuatnya semakin terpojok dan terus meminta maaf tanpa adanya penyelesaian yang baik. 

2. Melakukan silent treatment 

Silent treatment atau sikap penolakan untuk berkomunikasi dengan seseorang umumnya dilakukan untuk membuat individu merasa bersalah. Individu atau pelaku guilt tripping tentunya tidak segan-segan untuk terus diam dan membisu atas kesalahan yang mungkin dilakukan atau tidak dilakukan oleh pasangannya. Pelaku tersebut percaya bahwa silent treatment dapat membuat pasangannya menyadari kesalahannya. 

Padahal silent treatment merupakan kebiasaan yang buruk serta tidak baik dilakukan dalam hubungan. Tidak peduli seberapa besar kecilnya sebuah kesalahan, namun hal tersebut harus dibicarakan dengan benar bukannya malah diam. 

3. Tidak segan untuk melontarkan sindiran kepada pasangan 

Pelaku guilt tripping juga umumnya sering melontarkan sindiran kepada pasangannya atau si korban untuk membuatnya semakin merasa bersalah. Entah itu sindiran secara halus atau menunjukkan perilaku yang membuat pasangannya semakin merasa bersalah. 

Si korban guilt tripping juga tentunya merasa tidak nyaman atas sindiran yang dilontarkannya kepadanya. Padahal tidak harus dengan menyindir, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mengkomunikasikan sesuatu dengan pasangan seperti deep talk. 

4. Dibuat seolah sudah berutang budi 

Tidak hanya hobi mengungkit kesalahan, pelaku guilt tripping juga kerap kali mengingatkan kebaikan atau bantuan yang sudah dilakukan untuk pasangannya. Pelaku tersebut tidak segan untuk mengatakan "ingat tidak, aku pernah bantuin kamu ini?" atau "semua yang kamu dapat, berkat diriku, lho!". Hal ini diucapkan oleh sang pelaku untuk menegaskan perannya dalam hidup pasangannya atau si korban guilt tripping. 

Perilaku tersebut akhirnya bermuara kepada satu tujuan yaitu ingin membuat si korban seolah sudah berhutang banyak padanya. Padahal, dalam sebuah hubungan wajar saja apabila seseorang melakukan sesuatu demi pasangannya dan biasanya tanpa ada syarat apapun. Namun, kondisi tersebut seolah sengaja diciptakan oleh pelaku demi membuat korban agar selalu ingat untuk membalas budi. 

5. Sangat pandai playing victim 

Pelaku guilt tripping biasanya pandai dalam playing victim atau menimpakan kesalahan kepada orang lain. Pelaku tersebut tidak segan untuk memutar balikkan fakta bahwa pasangannya atau si korban inilah yang bersalah dan seolah-olah si korban inilah yang menyakiti si pelaku tersebut. 

Tentu saja, mempunyai pasangan yang memiliki perilaku tersebut sangat melelahkan. Di samping itu, jika sang korban melakukan pembelaan pada dirinya sendiri, si pelaku tidak segan-segan untuk memutar balikkan pembicaraan sehingga mau tidak mau, sang korban harus meminta maaf dan mengakui sebuah kesalahan yang tidak diperbuatnya sama sekali. 

Langkah-langkah Melepaskan Diri dari Guilt Tripping

Lalu bagaimana jika individu sudah terjebak dalam guilt tripping? Seperti yang dilansir dari Psychologytoday.com, berikut beberapa langkah untuk melepaskan diri dari guilt tripping: 

1. Memberikan penjelasan kepada pasangan bahwa apa yang dilakukan oleh pasangan atau pelaku guilt tripping itu dapat membuat diri korban terus menerus merasa bersalah. Bahkan jika korban merasa kesal, korban perlu mengatakannya kepada si pelaku tersebut. 

2. Apabila pelaku guilt tripping ini sering membuat korban menyesuaikan dengan apa yang dikehendaki oleh pelaku, maka katakan dengan tegas pada pelaku tersebut bahwa korban tidak menyukai cara yang mereka ambil. Meski tak jarang, korban akan menuruti segala yang mereka inginkan, namun korban juga perlu mengambil tindakan tegas agar terhindar dari guilt tripping. 

3. Minta pelaku guilt tripping untuk mengatakan apa yang mereka inginkan daripada membuat individu atau korban terus merasa bersalah. Katakan padanya alangkah lebih senabg jika pasangannya mengungkapkan apa yang mereka inginkan secara langsung. 

4. Lakukanlah diskusi secara terbuka dan hindari hal-hal yang menyulut pertikaian. 

5. Bersikap baik dan sabar pada pasangan atau pelaku guilt tripping, dapat memotivasi pelaku tersebut untuk berubah menjadi lebih baik. 

Itu dia beberapa cara melepaskan diri dari guilt tripping. Apabila cara di atas tetap tidak ada efek dan sikap dari pelaku guilt tripping sudah berlebihan, maka hal yang dilakukan adalah bisa mengambil opsi untuk keluar dari hubungan toxic tersebut. Karena jika individu terus dalam lingkaran guilt trip, dikhawatirkan kedepannya perilaku tersebut akan dianggap normal. Dan apabila perilaku tersebut membuat individu sampai stress berat dan akhirnya aktivitas kesehariannya terhambat, maka segera konsultasikan dengan yang lebih ahli atau psikolog untuk mendapatkan perawatan atau solusi terbaik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES