Gaya Hidup

Mengenal Fenomena Oversharing, Si Pencari Perhatian?

Selasa, 11 Juli 2023 - 10:11 | 147.06k
Ilustrasi - Fenomena Oversharing (Foto: Pixabay/Kirill Averianov)
Ilustrasi - Fenomena Oversharing (Foto: Pixabay/Kirill Averianov)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di era digital, masyarakat rata-rata sudah menggunakan media sosial. Banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan oleh individu di dunia maya, mulai dari berkomunikasi, mencari informasi, media promosi, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat fenomena oversharing tidak dapat dihindari. 

Dikutip dari jurnal dengan judul "Literasi Digital untuk Menanggulangi Prilaku Oversharing di Media Sosial", Oversharing adalah ketika seseorang memberikan terlalu banyak informasi pribadi kepada publik atau orang asing.

Advertisement

Misalnya, memposting detail tentang hubungan intim mereka, hubungan pertemanan, masalah keluarga, atau masalah pekerjaan di media sosial. Sebagian besar dilakukan sebagai bentuk “pelampiasan” emosi dengan menggunakan media sosial sebagai wadahnya.

Ketika seseorang melakukan aktivitasnya dalam media sosial, mereka cenderung menunjukkan dirinya secara visual atau bahkan membentuk citra diri "buatan" sesuai dengan harapannya, dimana hal tersebut bertujuan agar orang-orang akan memperhatikannya. 

Kebiasaan seseorang dalam oversharing di media sosial sendiri terkadang dapat menunjukkan bagaimana karakteristiknya, namun tidak semuanya.

Oversharing bisa menjadi pemicu adanya cyberstalking dan pencurian identitas. Selain itu, oversharing juga bisa menimbulkan konflik antar individu, sebab reaksi yang ditimbulkan dari postingan yang diunggah dapat menyinggung seseorang atau melecehkan seseorang.

Padahal tujuan dari pelaku oversharing rata-rata ingin mendapatkan reaksi positif dari orang-orang, khusunya orang terdekat. 

Berkaitan dengan pencurian identitas, apabila seseorang semakin sering membagikan informasinya di media sosial (seperti foto, hobi, atau informasi penting lainnya), maka ia semakin menjadi sasaran empuk sebagai korban pencurian identitas.

Orang lain akan menempatkan dirinya sebagai korban sesuai dengan informasi yang didapatkan di media sosial. Pencurian identitas ini dapat berujung pada penipuan, seolah-olah Anda adalah seorang penipunya, padahal Anda tidak merasa melakukan hal tersebut.

Para penipu ini akan menggunakan identitas Anda dan berusaha meyakinkan bahwa mereka adalah Anda. Orang terdekat adalah sasaran empuk bagi mereka.

Lalu apa yang menjadikan seseorang untuk melakukan oversharing? Apakah untuk mencari perhatian?

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hanif Akbar, ada tiga motif seseorang melakukan hal tersebut. Pertama, motif hubungan sosial. Faktor sosial emosional diketahui menjadi faktor utama pemicu seseorang melakukan oversharing. Hal itu dilakukan sebagai bentuk menjaga eksistensinya di mata orang lain. Mengharapkan umpan positif terhadap postingannya di media sosial, serta dapat menarik empati orang lain.

Selain itu, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa perilaku oversharing dapat menurunkan rasa kesepian pada seseorang, sebab apa yang mereka unggah dapat memberikan umpan balik serta seseorang akan merasa lebih terkoneksi dengan teman-temannya di dunia maya.

Motif yang kedua adalah presentasi diri. Presentasi diri merupakan motivasi yang didorong oleh keinginan untuk terkesan baik di mata orang lain, atau kesan terhadap diri yang ideal (Herring & Kapidzic, 2015). Apa yang mereka tunjukkan adalah representasi mengenai diri mereka sebaik mungkin dan seideal mungkin. Maka tak heran, ketika memposting sebuah foto mereka rela mengambil foto sebanyak mungkin dan hanya memilih satu yang paling terbaik. Tujuan dari motif ini adalah menerima penilaian secara positif dari orang lain.

Ketiga, oversharing dilakukan sebagai bentuk hiburan dan pembelajaran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa para pelajar terkadang lebih tertarik untuk membaca informasi yang dibagikan oleh orang lain ketimbanv mencarinya sendiri, sebab hal tersebut dianggap unik, menarik, dan bermanfaat. Selain itu, seseorang juga merasa bosan apabila tidak membuka media sosial, karena ia tidak akan mendapatkan informasi dari isu yang sedang terjadi dan merasa bahwa ia tidak up to date. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES