Inilah Ciri-Ciri dan Cara Menghindarinya Toxic Positivity
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pernah tidak kalian mendengar istilah toxic relationship dan toxic friend, mungkin hal itu sudah tidak asing lagi bukan? Lalu, bagaimana dengan istilah toxic positivity? Bagaimana sebuah sifat positif dapat berubah menjadi racun yang justru semakin merusak? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, yuk simak ulasan berikut ini!
Tahukah Kamu, Apakah Toxic Positivy Itu?
Dilansir dari berbagai sumber, toxic positivity adalah suatu kondisi dimana individu menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berfikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.
Advertisement
Tentu saja, tidak ada salahnya apabila manusia selalu berfikiran positif, namun menjadi masalah apabila berfungsi untuk menolak emosi negatif, yang juga dapat berdampak bagi kesehatan mental manusia.
Individu yang terjebak dengan toxic positivity akan berusaha untuk menghindari emosi negatif seperti marah, sedih ataupun kecewa dari suatu yang terjadi. Padahal, ada kalanya emosi negatif itu diutarakan atau dikeluarkan supaya batin tidak selalu tertekan.
Selain itu, individu dengan toxic positivity cenderung memperlihatkan sisi positif dan baik dalam dirinya, namun di dalam batinnya, individu tersebut mati-matian menahan emosinya untuk keluar.
Menolak emosi negatif yang dilakukan dalam jangka panjang ini bisa berakibat pada kesehatan mental manusia seperti bisa memicu stress, cemas dan depresi.
Ciri - Ciri Toxic Positivity
Toxic positivity umumnya muncul dari perkataan seseorang yang niatnya memotivasi atau ingin mengeluarkan petuah yang terkesan positif, tetapi malah terdengar atau berdampak buruk bagi orang lain.
Lalu seperti apa sih, ciri-ciri dari individu dengan toxic positivity ? Dilansir dari berbagai sumber, berikut ciri-ciri individu dengan toxic positivity perilaku guilt-trip yang terjadi dalam sebuah hubungan.
1. Tidak jujur terhadap perasaannya sendiri
Individu dengan toxic positivity cenderung sulit berdamai dengan dirinya sendiri. Individu merasa sulit menerima saat emosi negatif tersebut keluar dari dalam dirinya. Bahkan individu dengan toxic positivity cenderung merasa bersalah apabila emosi negatif muncul walaupun secara tidak sengaja.
2. Terkesan menghindari atau membiarkan masalah
Individu dengan toxic positivity cenderung menghindari permasalahan dan bukannya malah mencari solusi. Hal ini dilakukan untuk menekan emosi-emosi negatif agar tidak muncul.
3. Sulit mengelola emosi
Individu yang tidak terbuka pada dirinya sendiri juga akan membuat dirinya sulit untuk mengelola emosinya Akhirnya secara batin dan jiwanya pun menjadi gelisah, sebab emosi yang tidak terkendali.
4. Motivasi yang cenderung menghakimi
Memberikan motivasi kepada seseorang seharusnya bersifat untuk membantu seseorang bangkit dari keterpurukannya atau untuk menemukan suatu solusi atau masalah. Namun, terkadang ucapan motivasi tersebut membuat seseorang merasa terbebani.
Salah satu contoh kalimat yang sering diucapkan yakni "jangan menyerah, begitu saja kok tidak bisa" atau kalimat "masalah itu tidak perlu dianggap besar deh, sebenarnya ya sumber masalah itu dari kamu sendiri".
5. Membandingkan diri dengan yang lain
Sering kali terjadi bahwa individu tanpa sadar menggunakan perbandingan agar dirinya dan lawan bicaranya tampak lebih baik sedikit dari yang lain. Namun, hal ini tidak tepat apabila diterapkan untuk memotivasi individu. Sebab, akan membuat individu yang meminta pendapat menjadi tampak menyedihkan karena terlalu mudah menyerah dan tidak sepositif individu yang memotivasi tersebut.
Salah satu contoh kalimat yang cenderung membandingkan seperti "sebenarnya kamu pasti bisa menghadapi ini semua, tapi sayangnya kamu orangnya gampang menyerah dan tidak sabaran sih".
Nah itu dia ciri-ciri individu dengan toxic positivity. Mungkin seringkali manusia tanpa disadari mengalami situasi diatas. Entah diri sendiri atau orang lain yang memiliki toxic positivity, alangkah baiknya untuk meminimalisir perilaku tersebut. Bukan berarti manusia tidak boleh berfikiran positif, namun jika berlebihan sampai mengabaikan emosi negatif dikhawatirkan malah berdampak pada kesehatan mentalnya sendiri.
Cara Menghindari Perilaku Toxic Positivity
Setelah mengetahui ciri-ciri dari toxic positivity, berikut beberapa cara untuk menghindari perilaku tersebut agar terhindar dari dari toxic positivity serta tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain. Dilansir dari berbagai sumber, berikut cara-cara untuk menghindari perilaku toxic positivity:
1. Rasakan dan kelola emosi
Emosi negatif yang dirasakan alangkah baiknya untuk diekspresikan atau diutarakan karena selamanya menahan emosi negatif itu tidak baik.
Sebagai manusia penting untuk tahu kapan waktu yang tepat untuk mengungkapkan emosi positif dan negatif serta tahu bagaimana cara untuk menuangkan emosi-emosi yang ingin diluapkan.
2. Coba berusaha untuk memahami bukan menghakimi
Ketika sedang berbicara dengan orang lain, teman ataupun kerabat, cobalah untuk memahami dan mendengarkan apa yang sedang dirasakan. Jika tidak mampu memberikan solusi, setidaknya sudah menjadi pendengar dan tidak mengeluarkan kata-kata yang menghakimi. Jadi daripada berkomentar yang terkesan judgmental, cobalah untuk berempati.
3. Jangan suka membanding-bandingkan
Berhentilah untuk membanding-bandingkan diri sendiri maupun orang lain, sebab setiap individu sudah punya porsi kelebihan, kekurangan serta takdirnya masing-masing.
4. Mengurangi penggunaan media sosial
Media sosial juga bisa menjadi pemicu toxic positivity. Untuk itu cobalah untuk meminimalisir penggunaan media sosial dan gunakanlah media sosial dengan bijak.
Itulah dia beberapa cara untuk menghindari toxic positivity. Ingatlah bahwa sebagai manusia tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Tidak perlu untuk menolak kesedihan dan terlihat pura-pura bahagia. Kehidupan yang dijalani oleh setiap individu itu punya warna-warninya sendiri. Jadi ada kalanya manusia bisa merasa bahagia dan bisa juga merasa sedih atau kecewa. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sholihin Nur |