Gaya Hidup

Ini Sejarah Kompleks Pemandian Air Hangat di Desa Sumberarum, Dekat Candi Borobudur 

Selasa, 01 Agustus 2023 - 12:35 | 448.46k
Suasana di pemandian air hangat, Tirto Madu Barokah, Magelang. (FOTO: Hermanto For Times Indonesia)
Suasana di pemandian air hangat, Tirto Madu Barokah, Magelang. (FOTO: Hermanto For Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Di Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang saat ini sudah ada kompleks pemandian air hangat. Salah satunya adalah Tirta Madu Barokah. Selain itu, terdapat Lintang Water Park, Umbul Banyu Roso, kolam renang Sumber Arum, dan Pemandian Ngasinan. 

Sumber air tersebut, berasal dari sungai bawah tanah, yang konon mata air itu digali oleh prajurit Pangeran Diponegoro. 

Advertisement

Untuk sampai ke kompleks pemandian air hangat ini, pengunjung harus menempuh jalan masuk desa, sejauh sekira 1,5 kilometer dari jalan utama Tempuran Borobudur, dan berjarak 5 kilometer dari Taman Wisata Candi Borobudur. 

Air yang ada di kolam ini mengandung kadar sulfur dan garam yang tidak terlalu tiinggi. Karena itu, airnya menjadi hangat dan terasa sedikit asin namun aman bagi tubuh. Selain itu, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. 

Air di pemandian ini bisa menjadi solusi bagi para pencinta wisata air. Bukan hanya untuk berenang, para pengunjung bisa berendam merelaksasi diri dan terapi. 

Suyanto, salah seorang kru yang mengelola Tirta Madu Barokah menuturkan, kolam air hangat ini pertama kali dibuka pada 16 Desember 2021. 

Untuk menikmati fasilitas yang ada, pengunjung cukup membayar Harga Tiket Masuk (HTM) sebesar Rp10 ribu pada hari Sabtu dan Minggu. Sedangkan untuk hari biasa hanya Rp7 ribu dan buka selama 24 jam. 

Tirta Madu Barokah memiliki dua kolam besar, untuk dewasa dan anak. Kolam anak berukuran 15x10 meter, dengan dua kedalaman 40 dan 60 centimeter. Sedangkan untuk dewasa, berukuran 20x10 meter dengan kedalaman 120 dan 150 centimeter. Semua air kolam tersebut berasal dari 3 mata air dengan kedalaman 130 meter. 

Untuk menjaga kebersihan kolam air hangat tersebut, seminggu sekali air yang ada dibuang, kemudian dibersihkan bagian dalamnya. 

Dalam sehari, jumlah pengunjung mencapai sekitar 100 orang. Namun pada Sabtu dan Minggu, bisa mencapai dua kali lipat. "Setiap malam Minggu kami juga menampilkan live musik akustik," kata Suyanto kepada TIMES Indonesia, Selasa (1/8/2023). 

Menurut cerita turun temurun dari warga sekitar, sumber air hangat pemandian yang ada di kompleks ini konon sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Sumber air tersebut merupakan mata air buatan yang dibangun pada masa perang Jawa 1825-1830. Para prajurit di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro yang membuatnya menggunakan bambu. 

Sebelumnya, sumber air hangat itu terbengkalai. Namun, tahun 2019, warga mulai membenahinya secara bergotong royong. Warga sekitar juga meyakini bahwa daerah sumber mata air hangat itu menjadi tempat Pangeran Diponegoro melakukan ibadah. Namun tidak ditemukan bekas atau petilasan di tempat tersebut. Hingga akhirnya sumber tersebut dimanfaatkan untuk pemandian air hangat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES