Kisah Ekspedisi Marsose Belanda Melawan Wabah Pes di Majalengka

TIMESINDONESIA, MAJALENGKA – Di tengah pengaruh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1929, lebih dari setengah juta marsose dari Sukabumi dan Banten didatangkan ke Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Namun, apa alasan di balik kehadiran pasukan bayaran ini?.
Rupanya, bala tentara satuan militer bentukan Belanda itu dikerahkan dengan tujuan khusus untuk memadamkan wabah penyakit pes yang telah menjalar di wilayah Maja.
Advertisement
Masa itu, ancaman penyakit pes menjadi momok yang mengerikan. Meskipun pusat penyebarannya terkonsentrasi di Maja, namun dampaknya tidak terbatas di sana saja.
Pegiat sejarah Grup Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, mengungkapkan akar penyakit tersebut. Berdasarkan catatan dokumen sejarah yang didapatnya bahwa penyakit pes disebabkan oleh bakteri yang dibawa tikus-tikus yang tanpa disadari terbawa dalam impor beras dari Vietnam dan Burma.
"Impor beras dilakukan untuk mengatasi krisis pangan yang melanda Majalengka pada masa itu. Sayangnya, tikus dan bakteri yang terbawa dalam beras malah menyebar ke masyarakat Maja dan sekitarnya," ujar Nana Rohmana kepada TIMES Indonesia, Sabtu (12/8/2023).
Tidak hanya soal wabah penyakit, perhatian juga tertuju pada daerah Panyindangan, Blok Cieurih, di Majalengka. Tahun 1929, di samping upaya memberangus penyakit pes, terdapat catatan mengenai pergerakan masyarakat setempat yang sempat diredam kolonial Belanda.
"Di daerah Panyindangan, Blok Cieurih sebelumnya terjadi pergerakan masyarakat yang memang sebelumnya sudah ditumpas pada tahun 1923, sisanya kemudian disisir oleh pasukan marsose Belanda untuk ditumpas kembali," ungkapnya.
Adanya pasukan marsose dari Sukabumi dan Banten mungkin memberikan indikasi bahwa mereka pun bertugas mengatasi pergerakan ini.
Laporan berita Belanda di tahun yang sama mengungkapkan kedatangan garnisun dari Sukabumi dan Banten ke Majalengka. Mereka ditempatkan di markas besar tentara Belanda yang kini telah bertransformasi menjadi Kodim 0617 Majalengka.
Tindakan ini seakan mencerminkan keputusan ekstrem pemerintah kolonial Belanda saat itu dalam menghadapi wabah pes dan menumpas pergerakan rakyat pribumi, menorehkan peristiwa tragis dalam lembar catatan sejarah Kabupaten Majalengka di masa lalu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |