Gaya Hidup

Haikal Rheza Afandi, TikToker Filologi Pelestari Bahasa Jawa

Rabu, 10 Januari 2024 - 23:26 | 51.01k
Haikal Rheza Afandi. (FOTO: Dok.Pribadi)
Haikal Rheza Afandi. (FOTO: Dok.Pribadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ketertarikan dengan filologi bermula saat ia berkunjung ke sebuah museum. Di tempat itu, teman-temannya mendapat gangguan mistis. Dari kunjungan tersebut, Haikal Rheza Afandi mempelajari naskah kuno kemudian berujung pada pembuatan konten sarat wawasan budaya.

Demikian kisah Haikal Rheza Afandi, content creator asal Surabaya. Tidak seperti kebanyakan anak muda lainnya, Haikal Rheza Afandi membuat video konten menggunakan Bahasa Jawa.  

Advertisement

Haikal-Rheza-Afandi-2.jpg

Bukan malah tertarik dengan konten kekinian, Haikal justru terbiasa dengan konten seperti ini.

"Pada awalnya, konten di TikTok yang saya buat, cerita sehari-hari saya dengan ayah. Tapi, ayah tidak begitu suka dengan unggahan tersebut,” kata Haikal, Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia Unversitas Indonesia ini kepada TIMES Indonesia, Rabu (10/1/2024).

Tidak berhenti di situ. Haikal kembali membuat konten lainya dengan tetap menggunakan Bahasa Jawa. Rupanya, banyak yang tertarik dengan konten yang dibawakan, meski ada beberapa follower yang tidak paham dengan Bahasa Jawa.

Haikal-Rheza-Afandi-3.jpg

"Di kolom komentar banyak yang menanyakan artinya, karena follower ada yang nggak paham dengan Bahasa Jawa,” tuturnya. 

Ada beberapa urutan dalam Bahasa jawa yang ia gunakan. Ada Jawa krama, madya dan ngoko. 

"Jadi, yang Bahasa jawa ngoko masih banyak yang tahu. Tapi kalau tahapan di Bahasa Jawa Krama hanya beberapa saja yang tahu," katanya.

Haikal memiliki 50 ribu pengikut di akun TikTok. Mereka selalu setia menunggu unggahannya. Konten-konten Haikal bercerita tentang kehidupan masa kuliah, keragaman karakter mahasiswa fakultas Ilmu budaya hingga gaya kehidupan kampus. 

Konten tersebut ia ambil saat masa kuliah S2 Susastra Jawa di Universitas Indonesia 2022.  

TikTok nya dapat ditemui di akun @hai.kaaal. Melalui konten Bahasa Jawa ini, dirinya mendapat beasiswa S3 LPDP Susastra Universitas Indonesia.   

Ada cerita menarik di balik pembuatan konten Bahasa Jawa, dari unggahan kontennya akhirnya banyak yang tahu Bahasa Jawa bahkan ada yang merasa diuntungkan.

"Waktu itu ada follower yang ingin berpergian ke Yogyakarta melihat konten saya akhirnya mereka tahu Bahasa Jawa yang sebelumnya tidak tahu Bahasa Jawa,”ujar bungsu dari tiga bersaudara ini. 

Filologi juga tidak luput dari bahan untuk  konten. Filologi sendiri adalah bidang ilmu yang mempelajari  dan mengkaji keberadaan substansi naskah-naskah kuno atau manuskrip yang kemudian Ia kembangkan menjadi beberapa konten. 

Ketertarikan dengan filologi bermula saat ia berkunjung ke sebuah museum. Di tempat itu, teman-temannya mendapat gangguan mistis. Dari kunjungan tersebut, Haikal Rheza Afandi mempelajari naskah kuno.

Pada awalnya saja terasa menyeramkan karena berhubungan dengan klenik dan hal kuno lainnya.

Dari kejadian museum sampai temannya kesurupan, dirinya makin tertantang untuk mempelajari ilmu filologi.

"Aku ingin menerangkan hal mistis menjadi logis,” ujarnya. 

Peminat ilmu filologi semakin sedikit. Dari 160 mahasiswa Sastra Indonesia, hanya tiga orang yang menempuh perminatan filologi. 

Karena kesukaannya dengan filologi ini, ia mencoba beberapa konten. Mengunggah film populer mengubah cuplikan adegan populer dari sebuah film kemudian dialihkan dalam Bahasa Jawa krama.  

Sastra Jawa sudah mendarah daging dalam aliran tubuhnya. Kreasi video konten milik Haikal pun tak luput dari bahasa daerah yang saat ini jarang sekali digunakan anak muda.

Terutama generasi muda yang hidup diperkotaan.  Tapi tidak dengan anak muda satu ini, jalur bahasa daerah tetap digunakan dalam berkreasi. 

Mengenai Bahasa Jawa yang hampir tidak pernah digunakan anak-anak muda pada umumnya, apalagi membuat konten, Haikal mengimbau seharusnya mereka tidak perlu malu.

"Bahasa Jawa tidak kalah menarik dengan bahasa popular lainnya, kenapa harus malu?," kata pria kelahiran Surabaya  ini.

Haikal kesehariannya memang berbahasa Jawa. Komunikasi dengan orang tua maupun saudaranya masih menggunakan Bahasa Jawa. 

Menurut ayahnya, anak-anaknya setiap hari menggunakan Bahasa Jawa.

"Kami dari Ngawi perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan Bahasa jawa yang kami gunakan krama. Jadi, Haikal sudah terbiasa dengan bahasa jawa dari kecil,” kata sang bapak, Afandi Budi Saptono.

Afandi yang juga Sekretaris Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) Jatim ini menuturkan, pelestarian budaya bahasa daerah setidaknya masih digunakan hingga sekarang.

Terbukti masih ada ketertarikan khalayak untuk mendengar bahkan mempelajari Bahasa Jawa. Hal senada juga dikatakan Afandi, mengenal budaya dan bahasa sangat diperlukan.

"Biar tidak hilang darimana asal kita,” katanya menutup pembicaraan.  

Buat kalian-kalian yang ingin mengikuti  jejak Haikal bisa lho membuat tentang keseharian, tidak melulu Bahasa Jawa. Teman-teman yang berada di luar Jawa juga bisa mengunggah dengan bahasanya masing-masing, tentunya mempunyai konten yang menarik ya. Mau mencoba?. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES