Kecerdasan Buatan (AI) Mengungkapkan Kanker Prostat Berevolusi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tim Peneliti di Inggris berhasil menemukan bahwa kanker prostat, yang menyerang satu dari enam pria di Inggris seumur hidup mereka, bukan satu penyakit tetapi dua subtipe penyakit yang berbeda yang dikenal sebagai evotypes.
Penemuan mereka dilakukan dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu membuka penemuan baru tentang evolusi kanker prostat ini. Terobosan besar para ilmuwan ini tentu akan bisa menyelamatkan ribuan nyawa
Advertisement
“Ribuan nyawa bisa diselamatkan setelah ditemukannya kanker prostat jenis baru,” kata para ahli di sana seperti dilansir Daily Mail.
Sama seperti manusia, atau homo sapiens, yang berevolusi menjadi suatu spesies seiring waktu dari nenek moyang kita, perkembangan kanker juga merupakan proses evolusi.
Dengan melihat pohon evolusi kanker, kita dapat mengetahui banyak hal tentang penyakit ini, dan bahkan dapat membantu kita mengembangkan pengobatan baru.
Kanker prostat adalah kanker paling umum pada pria di Inggris dengan sekitar 55.000 kasus per tahun.
Meskipun kanker prostat bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat kanker pada pria, penyakit ini lebih sering diderita oleh pria dibandingkan penyakit yang disebabkannya.
Penelitian ini menjadi kunci, karena mengetahui kapan harus menghindari pengobatan yang tidak perlu juga penting, untuk membantu menghindari efek samping terkait seperti inkontinensia dan impotensi pada pria.
"Saat ini kita belum cukup mengetahui apa arti diagnosis kanker prostat. Ada banyak pria yang mengidap penyakit yang bersifat agresif atau mungkin menjadi agresif dan kemampuan untuk mengobati penyakit agresif dengan lebih efektif sangatlah penting," kata Direktur Penelitian di Penelitian Kanker Prostat, Dr Naomi Elster .
“Tetapi disisi lain terlalu banyak pria yang hidup dengan efek samping pengobatan kanker yang mungkin tidak perlu mereka perlukan,” ujarnya.
“Hasil ini bisa menjadi awal bagi kita untuk mengambil pendekatan 'memecah belah dan memuat' terhadap kanker prostat seperti yang diterapkan pada penyakit lain, seperti kanker payudara,” tambahnya.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa tumor prostat berevolusi melalui berbagai jalur, yang mengarah ke dua jenis penyakit yang berbeda,” tambah pemimpin peneliti, Dr Dan Woodcock, dari Nuffield Department of Surgical Sciences di Universitas Oxford.
“Pemahaman ini sangat penting karena memungkinkan kita mengklasifikasikan tumor berdasarkan bagaimana kanker berevolusi, bukan hanya berdasarkan mutasi gen atau pola ekspresi individu,” ujarnya.
Penelitian yang didanai oleh Cancer Research UK dan Prostate Cancer Research ini melibatkan para peneliti yang bekerja sama sebagai bagian dari konsorsium internasional, yang disebut The Pan Prostate Cancer Group, dari Universitas Oxford, Universitas Manchester, Universitas East Anglia, dan Institut. Penelitian Kanker, London.
Para peneliti menganalisis sampel DNA kanker prostat pada 159 pasien menggunakan pengurutan seluruh genom, sebuah cara komprehensif untuk melihat keseluruhan materi genetik seseorang.
Mereka kemudian menggunakan teknik AI yang dikenal sebagai jaringan saraf untuk membandingkan DNA dari sampel yang berbeda.
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dua kelompok kanker yang berbeda antara pasien itu.
Kelompok kedua itu kemudian dikonfirmasi menggunakan dua pendekatan matematika lain yang diterapkan pada aspek data yang berbeda. Dan yang terpenting, temuan ini juga divalidasi pada kumpulan data independen lainnya dari Kanada dan Australia.
Para peneliti kemudian mengintegrasikan semua informasi ini untuk menghasilkan pohon evolusi yang menunjukkan bagaimana dua subtipe kanker prostat berkembang, yang pada akhirnya menyatu menjadi dua 'evotipe' yang berbeda.
"Penelitian ini sangat penting karena selama ini kami mengira kanker prostat hanyalah salah satu jenis penyakit. Namun baru sekarang, dengan kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI), kami dapat menunjukkan bahwa sebenarnya ada dua subtipe berbeda yang berperan," kata Profesor Colin Cooper, dari Sekolah Kedokteran Norwich di UEA.
“Kami berharap temuan ini tidak hanya akan menyelamatkan nyawa melalui diagnosis yang lebih baik dan perawatan yang disesuaikan di masa depan, namun juga bisa membantu para peneliti yang bekerja di bidang kanker lain untuk lebih memahami jenis kanker lainnya,” tambahnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |