Gaya Hidup

Riset dan Inovasi, Ibu dan Anak Pendorong Kemajuan Bangsa

Rabu, 31 Juli 2024 - 20:10 | 34.59k
Ilustrasi riset. (Istimewa)
Ilustrasi riset. (Istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Mungkin tidak berlebihan jika kita mengibaratkan riset adalah seorang ibu. Sedang inovasi adalah anaknya. tanpa riset, hampir tak mungkin sebuah inovasi bisa lahir.

Dan riset yang tidak melahirkan inovasi juga terasa kurang lengkap. Sebuah riset dan inovasi tidak akan hidup jika tidak bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.

Upaya untuk menghilirisasi produk riset dan inovasi inilah yang kini menjadi salah satu fokus  Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN).

Advertisement

Bagaimana riset ini tidak hanya menjadi penelitian diatas kertas, tetapi bisa diterapkan langsung oleh masyarakat. Beberapa upaya yang mereka lakukan untuk hal itu seperti dengan menggelontorkan dana bagi startup berbasis riset.

Deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono mengatakan, nominal yang akan diberikan untuk program ini adalah sebesar Rp 300 juta pertahun bagi setiap startup.

“Melalui program ini, perusahaan rintisan dapat membangun bisnis dan mendapatkan investasi yang menguntungkan melalui komersialisasi dan hilirisasi hasil riset untuk menciptakan nilai ekonomi,” kata Agus pada Sosialisasi RIIM Startup, secara daring, Jumat (26/7/2024). 

Upaya ini menjadi langkah yang tepat agar tingginya semangat riset dan inovasi ini tidak menjadi menara gading, yang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, melalui riset dan teknologi ini, pihaknya berharap, usaha kreatif yang dijalankan oleh masyarakat bisa mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Agus melanjutkan, untuk bisa menjadi negara maju, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di atas 6 hingga 7 persen. Sedangkan saat ini di kisaran 5 persen. “Ini salah satu upaya kita untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yakni dengan menumbuhkan wirausaha-wirausaha tangguh berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi,” pungkasnya.

Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN Ajeng Arum Sari mengatakan dalam kurun waktu 2022 hingga 2024, BRIN telah memfasilitasi lebih dari Rp 24 miliar untuk 74 startup berbasis hasil riset, melalui Skema Pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Startup.

“Yang terbanyak sampai dengan empat gelombang ini adalah bidang pangan dan rekayasa keteknikan,” kata Ajeng.

Upaya untuk membumikan riset dan inovasi ini sudah seyogyanya untuk mulai dilakukan oleh semua kalangan. Khususnya dari unsur perguruan tinggi. Kampus menjadi muara utama riset dan inovasi dilahirkan. Namun sayang, kebanyakan riset yang dilakukan oleh para ahli ini kebanyakan belum bisa dimanfaatakan dengan optimal. Hal ini terjadi di hampir seluruh kampus di Indonesia.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dr. Unti Ludigdo, SE, MSi tak menampik fenomena itu juga terjadi di UB. Dia mengaku, jika bicara soal Inovasi saja, setiap tahun ada ratusan produk inovasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika UB, baik dosen maupun mahasiswa. 

“Tapi tidak semua ini kemudian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujarnya.

Meski begitu, menurutnya semangat dosen dan mahasiswa untuk melakukan riset dan inovasi harus terus didukung, sambil kampus menyiapkan sebuah terobosan agar banyak karya besar dari perguruan tinggi bisa dihilirasi dengan optimal.

“Output dari riset itu adalah dihasilkanya karya ilmiah yang nanti bisa dipublikasikan. Kemudian dari riset bisa dilanjutkan dengan tahapan riset yang lain, sehingga mendapatkan prototype produk. prototype produk inilah yang kita coba pertemukan dengan dunia usaha dunia industry (DUDI) dan institusi, bagaiamana ini bisa kita manfaatkan,” kata dia.

Dia menyebut, dalam upaya menyiapkan ekosistem untuk hilirisasi produk riset dan inovasi, saat ini UB tengah mengembangkan sebuah kawasan sains dan teknologi yang ada di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Tempat ini akan menjadi muara bertemunya antara hasil riset dan DUDI.

“Bagaiamana perspektif dari masyarakat industri dan institusi pemerintahan terkait dengan inovasi yang dihasilkan. Itulah yang kita pertemukan. Sehingga dengan kehadiran kawasan sains dan teknologi itu dapat bertemu secara intensif membangun kesepahaman tentang apa yang dibutuhkan oleh industri yang dapat didukung risetnya oleh akademisi UB,” kata dia.

Dengan begitu, kedepan riset yang dilakukan oleh para akademisi ini bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Pihaknya ingin, kedepan, risert yang dilakukan oleh para akademisi ini memang digantungkan pada kebutuhan masyarakat secara riil, sehingga hasil yang ditimbulkan juga bisa berdampak secara signifikan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES