Koleksi Manika Astara Karya Lia Afif Jadi Magnet Surabaya Fashion Parade 2024
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Desainer Lia Afif kembali menunjukkan karya busana berbalutkan Wastra Nusantara di Surabaya Fashion Parade (SFP) 2024. Mengusung tema Manika Astara, terinspirasi dari Bahasa Sansekerta yang memiliki makna manik mata dan bintang.
Busana karyanya memadukan manik-manik dengan cutting batik dan lurik. Ada 14 koleksi terdiri dari dua desain busana pria (male) dan 12 desain busana wanita (female). Namun kali ini ia juga membawa satu koleksi kebaya di Runway SFP Convention Hall Tunjungan Plaza Surabaya, Jumat (23/8/2024).
Advertisement
"Saya tampilkan koleksi kebaya dalam satu rangkaian warna yang sama dengan busana lain karya saya," ungkap Lia Afif.
Koleksi Manika Astra karya Lia Afif ditampilkan di atas panggung Surabaya Fashion Parade 2024, Jumat (23/8/2024). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Warna-warna kombinasi navy blue, shiffon dan hitam mendominasi koleksinya kali ini. Ia tak lupa mencampur beberapa jenis batik dari berbagai daerah.
Seperti batik asal Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan tone warna senada. Dipadukan dalam rangkaian dress abaya, busana atasan bawahan dan setelan pallazo. Sementara untuk male ada dua koleksi yang cocok untuk acara formal dan casual.
Permainan detail warna dan detail batik campuran dari para pengrajin sangat rapi senada. Batik Kawung Banyuwangi menjadi pilihan dalam balutan kebaya karya Lia Afif.
Dalam Surabaya Fashion Parade 2024, Lia kembali menampilkan desain gaun kebaya. Tampilan brokat dirancang lebih modern dengan sentuhan Wastra Nusantara.
Warna biru navy mempertegas balutan gaun kaya layer, payet dan bordir. Gaun ini selain anggun dan elegan juga memancarkan gradasi yang menenangkan serta megah dan glamor.
“Inspirasinya ingin menampilkan dress kebaya yang glamour tapi tetap elegan,” singkatnya.
Dress brokat mengandung nilai budaya yang mendalam. Detail pada busana brokat menciptakan dimensi ektra dan siluet keindahan.
Warna biru navy mempertegas balutan gaun berukuran panjang hingga di bawah mata kaki tersebut.
Pada bagian belakang kebaya tersebut ia tambahkan sayap ekor yang dapat dibongkar pasang sehingga mampu menambah kesan dramatis.
Model bongkar pasang pada ekor gaun atau panel biasanya diletakkan di pinggang. Namun, Lia mengadaptasinya di punggung atau pundak atas. Tampilan glamor seperti jubah berbahan brokat.
Lia mengaku merancang sebuah kebaya memiliki tantangan tersendiri. Proses yang diperlukan lebih lama dibanding mengerjakan busana atau dress lain.
"Pengerjaan payet, motif juga semua harus handmade,” ungkapnya.
Warna-warna navy sendiri identik disimbolkan sebagai kebaikan dan ketulusan yang dipersembahkan untuk para adibusana.
Bagi Lia Afif, merancang kebaya adalah sebuah tantangan karena proses yang diperlukan sampai menjadi busana utuh membutuhkan waktu lebih lama. Tahun ini merupakan tahun kedua ia mengeluarkan koleksi kebaya.
"Alhamdulillah peminat kebaya sudah banyak juga, saya sudah menghandle beberapa kebaya pengantin," ungkap Lia Afif.
Lia Afif memantapkan diri mengenalkan sebagian desainer kebaya yang selalu konsisten dengan penggunaan bahan-bahan keindahan Wastra Nusantara. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |