Gaya Hidup

Menikmati Potongan Alam Liar Lewat Seni Bonsai di Laboratorium Sakabonsai Pujon Kidul

Kamis, 05 September 2024 - 04:10 | 39.10k
Yongki Pratama, pemilik tempat budidaya bonsai Sakabonsai memamerkan koleksi bonsai di kebunnya di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)
Yongki Pratama, pemilik tempat budidaya bonsai Sakabonsai memamerkan koleksi bonsai di kebunnya di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Di antara hijaunya hamparan sawah dan pegunungan yang memeluk Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, berdiri sebuah tempat yang menyimpan pesona seni yang unik dan berkelas.

Tempat itu bernama Sakabonsai, laboratorium pembuat bonsai yang indah dan bernilai seni tinggi.

Advertisement

Bonsai adalah seni kuno asal Jepang yang mengubah pohon menjadi miniatur dengan cara tertentu, tanpa mengurangi keindahan dan karakter asli pohon tersebut.

"Bonsai itu seperti membawa sepotong alam liar ke dalam rumah, tapi dalam versi mini yang tetap menyimpan keindahan dan kemegahan pohon besar di alam," ujar Saka, Selasa (03/08/2024).

Menurutnya, seni ini tidak hanya menuntut pemahaman mendalam tentang botani, tetapi juga kesabaran, ketelitian, dan jiwa seni yang tinggi.

Sakabonsai menggunakan berbagai jenis pohon yang dikenal 'bandel' dan tahan banting untuk dijadikan bonsai. Pohon seperti beringin, cemara udang, serut, hingga kimeng menjadi pilihan utama karena karakteristiknya yang kuat dan mudah dibentuk.

"Proses awalnya bisa dari cangkok, setek, atau bahkan dari biji. Setelah bibit siap, barulah dimulai proses pembentukan yang memakan waktu lama," jelas Saka.

Puluhan Tahun untuk Membentuk Bonsai

Bonsai-2.jpgBonsai jenis pohon Sancang, yang sering kali diikutkan dalam kompetisi, dibanderol dengan harga Rp15 juta. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)

Proses pembuatan bonsai bukanlah sesuatu yang instan. Dalam tahap awal, bonsai dibentuk dengan teknik wiring atau pengawatan, di mana kawat digunakan untuk mengarahkan pertumbuhan ranting dan cabang sesuai dengan desain yang diinginkan.

Penggunaan kawat harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak batang dan cabang pohon. Setelah bentuk dasar tercapai, bonsai harus terus dirawat dan dipangkas untuk menjaga bentuknya.

"Membentuk bonsai itu tidak cukup hanya setahun dua tahun, bisa lima sampai sepuluh tahun baru terlihat hasilnya. Ini adalah seni yang membutuhkan kesabaran ekstra," tambahnya.

Perawatan bonsai sendiri relatif sederhana jika dibandingkan dengan proses pembuatannya. Bonsai hanya perlu ditempatkan di area yang terkena sinar matahari, disiram sekali sehari, dan diberi pestisida untuk mencegah hama.

Namun, tidak semua pohon bisa dijadikan bonsai. Jenis pohon yang digunakan harus disesuaikan dengan lingkungan tempat tumbuhnya agar bisa bertahan dan tumbuh dengan baik.

Di wilayah pegunungan seperti Pujon, pohon seperti santigi yang berasal dari pesisir pantai tidak cocok dijadikan bonsai karena tidak sesuai dengan habitatnya.

Salah satu alasan mengapa bonsai dihargai tinggi adalah karena nilai seni yang terkandung di dalamnya. Bonsai bukan hanya tanaman, tetapi juga sebuah karya seni hidup yang membutuhkan ketelitian dan imajinasi.

"Seni bonsai itu adalah tentang bagaimana kita membawa imajinasi liar ke dalam bentuk nyata. Setiap lekukan cabang, setiap daun, semuanya harus memiliki cerita," kata Saka.

Proses panjang, kesulitan dalam membentuk, serta usia pohon menjadi faktor-faktor yang membuat bonsai dapat bernilai hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Bonsai juga memiliki tingkatan kelas yang menunjukkan kualitas dan keindahannya, mulai dari kelas prospek hingga kelas bintang. Kelas bintang adalah level tertinggi yang menunjukkan bahwa bonsai tersebut sudah memiliki bentuk yang sempurna dan sangat diminati oleh kolektor.

"Tidak semua bonsai bisa mencapai kelas bintang, perlu keahlian dan pengalaman yang mendalam untuk mencapainya," ungkap Saka.

Saka, yang telah lama bergelut di dunia bonsai, memulai usahanya dengan modal kecil dan semangat besar. Ia terinspirasi dari hobinya mengoleksi tanaman hias yang kemudian berkembang menjadi kecintaan terhadap bonsai.

"Saya mulai dari nol, belajar dari para senior, mencoba berbagai teknik, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mendirikan Sakabonsai," kenangnya.

Jual Bonsai Seharga Rp46 Juta

Bonsai-3.jpgKeindahan berbagai ukuran dan jenis bonsai yang terdapat di tempat budidaya Sakabonsai, di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. (FOTO: Ryandhika Farhansyah/TIMES Indonesia)

Perjalanannya tidak selalu mulus. Saka mengakui bahwa ia pernah mengalami kegagalan dalam membentuk bonsai, terutama pada masa-masa awal.

Namun, dengan kegigihan dan keinginan kuat untuk terus belajar, ia berhasil mengatasi berbagai tantangan dan mengembangkan usahanya. Kini, Sakabonsai dikenal sebagai salah satu tempat budidaya bonsai yang menghasilkan pohon-pohon berkualitas tinggi dengan nilai seni yang tinggi.

Sakabonsai, yang telah berdiri selama tiga tahun tidak hanya menjual bonsai secara lokal, tetapi juga telah menembus pasar internasional melalui platform online seperti WhatsApp, Instagram, dan marketplace lainnya.

"Kami sering mengirim bonsai ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia," kata Saka. Strategi pemasaran yang dijalankan dengan baik membuat Sakabonsai semakin dikenal di kalangan pecinta bonsai.

Dalam dunia bonsai, proses pembuatan dan kualitas seni yang dimiliki sebuah bonsai adalah kunci utama untuk menentukan harganya. Saka mengungkapkan bahwa salah satu penjualan bonsai tertinggi di Sakabonsai mencapai Rp46 juta untuk pohon jenis wahong laut dan beringin kimeng ukuran large. Bonsai tersebut dibeli oleh seorang kolektor dari Bali yang memesan secara online.

Selain itu, Sakabonsai juga aktif dalam komunitas bonsai, seperti Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Melalui komunitas ini, Saka berkolaborasi dengan petani dan penggemar bonsai lainnya untuk berbagi ilmu dan teknik baru. Komunitas ini berperan penting dalam memasok bahan-bahan, berbagi ilmu, dan membantu dalam proses pengembangan bonsai.

Komunitas ini juga sering mengadakan kompetisi dan pameran yang memberikan ruang bagi para pecinta bonsai untuk memamerkan karya mereka. "Komunitas ini sangat penting untuk pertumbuhan bonsai di Indonesia, karena di sini kita bisa saling belajar dan mengapresiasi karya satu sama lain," tambahnya.

Bonsai hadir dalam berbagai ukuran, mulai dari mini hingga extra large. Bonsai berukuran mini sering kali digunakan sebagai souvenir atau penghias ruangan karena ukurannya yang kecil dan harganya yang lebih terjangkau. Bonsai mini di Sakabonsai bisa dibeli dengan harga sekitar seratus ribu rupiah, tergantung pada jenis dan desainnya.

Namun, Saka menekankan bahwa ukuran bonsai bukanlah penentu utama harganya. Harga bonsai lebih ditentukan oleh tujuan penggunaannya.

"Jika bonsai dibuat untuk mengikuti kompetisi, walaupun ukurannya kecil, harganya bisa mencapai jutaan rupiah karena unsur seni dan estetika yang terkandung di dalamnya," ujarnya.

Dalam kompetisi, bonsai dinilai berdasarkan berbagai kriteria seperti bentuk cabang, ranting, akar, dan kesesuaiannya dengan pohon besar di alam. Oleh karena itu, bonsai yang memiliki nilai seni tinggi dan memenuhi kriteria kompetisi dapat memiliki harga jual yang sangat tinggi.

Melihat perkembangan bonsai yang semakin diminati, Saka berharap semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk terjun ke dunia bonsai.

"Saat ini, kebanyakan petani bonsai adalah generasi tua. Saya berharap anak-anak muda mulai tertarik, sehingga dunia bonsai akan semakin ramai dan berkembang," harapnya.

Saka juga ingin mengedukasi masyarakat tentang nilai seni dan kesabaran yang terkandung dalam bonsai. "Bonsai itu bukan sekadar tanaman hias, tapi juga simbol dari kesabaran dan ketekunan. Saya ingin lebih banyak orang bisa menghargai keindahan dan filosofi di balik bonsai," pungkasnya.

Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Sakabonsai terus menjadi tempat di mana seni, alam, dan manusia bersatu dalam harmoni, menciptakan keindahan yang abadi dan bernilai tinggi. Melalui tangan-tangan kreatif seperti Yongki Pratama, bonsai tidak hanya menjadi hobi, tetapi juga sebuah warisan seni yang layak diapresiasi oleh generasi sekarang dan yang akan datang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES