Gaya Hidup

TikTok Bersama Orang Tua, Merajut Keadaban bagi Anak Usia Dini Menggunakan Media Sosial

Senin, 24 Maret 2025 - 09:17 | 43.93k
Ilustrasi TikTok. Foto: Tria Adha/TIMES Indonesia
Ilustrasi TikTok. Foto: Tria Adha/TIMES Indonesia
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Platform media sosial TikTok terus berjuang secara dinamis untuk menciptakan lingkungan digital yang edukatif, aman, nyaman dan ramah bagi semua kalangan. Terutama bagi generasi muda, utamanya generasi yang masih usia dini. Mampu berajut keadaban dalam bermedia sosial.

Langkah edukatif, aman, nyaman dan ramah bagi generasi yang masih usia dini untuk berselancar bersama TikTok itu, dengan upaya menghadirkan peran serta pengawasan aktif dari keluarga dalam penggunaan aplikasi Tiktok bagi generasi usia dini.

Advertisement

Berdasarkan data hasil survei UNICEF pada tahun 2022, sebanyak 95 persen anak usia 12-17 tahun, di Indonesia menggunakan internet minimal dua kali dalam sehari. Sementara, sebanyak 500.000 remaja menyatakan pernah menjadi korban eksploitasi seksual. 

Selain itu, juga pernah melakukan sikap yang kurang baik secara hukum, etika sosial dan budaya, saat menggunakan alat berbasis digital, saat masuk pada dunia maya, utamanya bermedia sosial.

“Kami sangat serius untuk membuat kebijakan pembatasan usia bagi remaja pengguna TikTok dengan penghapusan 66.160.791 akun, yang diduga dimiliki oleh remaja dibawah 14 tahun,” tegas Communications Director Tiktok Indonesia, Andini Setiawan pada Jumat (31/1/2025)

Fitur Pelibatan Peran Keluarga

Kebijakan pembatasan penggunaan TikTok bagi usia dibawah 14 tahun itu, adalah langkah tepat dan mendapat respon sangat baik bagi publik di Indonesia. Melihat respon tersebut, TikTok sebagai penyedia layanan media sosial terus berkomitmen menyediakan wadah yang aman bagi remaja untuk berkreasi dengan nyaman.

Pihak keluarga atau orang tua, tak juga perlu khawatir dengan kondisi anaknya untuk berselancar di media sosial TikTok. Kini, platform TikTok telah meluncurkan fitur tambahan pelibatan keluarga.

“Dengan fitur baru, yang melibatkan peran keluarga itu, para orang tua, yang ikut bergabung dalam Family Pairing, dapat menautkan akun TikTok yang dimilikinya,” jelas Andini Setiawan. 

Akun yang dimiliki oleh anaknya, bisa dikontrol dan diatur, mulai dari batas waktu penggunaan, jenis konten yang akan dinikmati atau yang akan diproduksi. Bahkan juga bisa mengatur konten-konten sifatnya privasi, yang tak layak diketahui publik.

Fitur Notifikasi dan Pengaturan Waktu 

Fitur Notifikasi ini sangat memungkinkan orang tua mengatur waktu kapan TikTok dapat digunakan di perangkat anak mereka setiap hari. Selain itu, orang tua juga dapat menonaktifkan notifikasi anak akun TikTok milik anaknya, sesuai jadwal yang ditentukan.

Selanjutnya, akses TikTok selama perjalanan akhir pekan atau saat makan malam, bukan hanya menetapkan batas waktu layar harian. Fitur ini juga mendukung pengaturan berulang, sehingga jadwal penggunaan TikTok dapat diatur lebih fleksibel setiap dalam setiap minggunya.

TikTok juga telah menambahkan fitur unik, untuk membantu anak usia dini atau para remaja mengurangi waktu menatap layar. Jika pengguna berusia di bawah 16 tahun masih menggunakan aplikasi setelah pukul 21.00 WIB.

Dan untuk anak yang masih dalam usia 16-17 tahun, setelah pukul 22.00 WIB, anak-anak usia dini akan melihat pop-up, yang membantu mengingatkan mereka untuk beristirahat dari layar. 

Fitur Tambahan: Preferensi Konten, Pencarian dan Privasi 

Platform TikTok sudah secara detail memahami usia pengguna. Dari itu, konten yang harus disediakan harus sesuai dengan kondisi usia para penggunanya. Hal itu, layaknya konten yang disajikan saat menonton Bioskop, yang harus sesuai dengan rating usia. Misalnya, konten untuk usia 13 tahun, untuk usia 17 tahun hingga untuk semua umur. 

Kategori jenis konten disesuaikan dengan usia pengguna itu, bertujuan agar pengalaman atau ilmu yang didapat oleh para penggunanya sesuai dengan kebutuhan masa usianya masing-masing.

“Kita juga bisa memasukkan pembatasan. Misalnya, jika ada anak senang nonton film horor, tapi setelah itu, tidurnya bermasalah, dalam pikirannya terbayang-bayang sosok hantunya, saat nonton film di Bioskop. Nah, kalau di TikTok bisa dibatasi dengan hastag horor. secara otomatis, konten-konten horor tidak akan muncul di dalam feed-nya pengguna,” jelas Andini Setiawan.

Fitur tersebut kata Andini, dapat membatasi apa saja yang anak usia dini lihat dalam pencarian TikTok. “Jadi, mengaktifkan fitur ini hanya ketika anak sedang bersama orang tua,” katanya. 

Di gadget anak jelas Andini, soal pencarian ini bisa dinonaktifkan sehingga konten yang disajikan hanya yang dipilih TikTok sesuai tingkatan usia masing-masing.

Selanjutnya, TikTok juga bisa membatasi siapa saja yang bisa berkomentar dalam video akun TikTok milik anak usia dini. Misalnya, anak masih dalam tahap impulsif dan mencari jati dirinya. 

“Jika komentar dibiarkan saja tanpa ada pembatasan atau benteng, takutnya bukan membantu proses mencari jati dirinya, tapi justru membuat anak kehilangan arah dan tersesat”. 

Mengasuh Remaja secara Digital

Menurut Andini Setiawan, yang paling penting bagi anak dalam menggunakan TikTok itu, orang tua itu harus menjadi mitra penting atau mitra utama. Karena paling banyak bagi anak-anak usia dini, adalah menghabiskan waktunya bersama orang tuanya. Anak usia dini masih asyik bersama dengan orang tuanya.

Berdasarkan survei Sejiwa Foundation bekerjasama dengan TikTok, bahwa anak-anak remaja justru ingin orang tuanya terlibat dan ingin mendapatkan pendampingan dari orang tua. 

Misalnya, bagaimana pentingnya berkomunikasi dan diskusi antara anak dan orang tua. Anak juga berhak untuk mendapat ruang untuk menjelaskan kondisi yang dialaminya, sehingga bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Tujuannya, anak bisa merasa nyaman dan terbuka kepada orang tuanya. 

“Intinya, jalinlah komunikasi yang baik dan terbuka antara orang tua dengan anaknya. Karena, hal itu sangat penting sekali, sekaligus menenun jalinan komunikasi yang baik dengan anaknya,” jelas Diena Haryana, dari Founder SEJIWA Foundation pada Workshop Keamanan Digital bagi Remaja yang diadakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) 31 Januari 2025 lalu. 

Antara online dan offline kata Diena Haryana, sangat perlu diseimbangkan. Anak-anak usia dini itu, juga akan segera menjadi warga digital saat dewasa nantinya. “Sehingga kita perlu mengajari untuk bertanggung jawab. Sama halnya dengan di dunia nyata,” tegas Diena.

Dengan hadirnya fitur-fitur baru yang disajikan oleh TikTok itu, pihak TikTok berharap dapat membantu orang tua, untuk lebih aktif dalam membimbing anak-anaknya, dalam penggunaan media sosial, sekaligus membangun keterampilan digital, yang lebih sehat, edukatif, nyaman dan aman bagi generasi usia dini.

Sebagai perbandingan, pada Rabu 27 November 2024, secara resmi, Dewan Perwakilan Rakyat di Australia, sudah mengesahkan Rancangan Undang-Undang yang melarang anak-anak di bawah usia 16 tahun, menggunakan dan memiliki akun media sosial.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES