Gaya Hidup

Autisme Virtual pada Anak, Mengapa Bisa Terjadi?

Rabu, 16 April 2025 - 06:55 | 22.21k
Ilustrasi - Anak-anak mengakses gawai dan media sosial. (FOTO: leonardoAI/Times Indonesia)
Ilustrasi - Anak-anak mengakses gawai dan media sosial. (FOTO: leonardoAI/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Anak sering main gadget? Mulai sekarang, orang tua harus mulai waspada soal gejala autisme virtual.

Dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K), M.Med, dokter spesialis anak lulusan FK UI, memperingatkan orang tua soal bahaya penggunaan gawai berlebihan pada anak usia 1-3 tahun. 

Advertisement

Menurutnya, kebiasaan ini dapat memicu pola perilaku mirip autisme, yang dalam dunia medis disebut autisme virtual.

Apa Itu Autisme Virtual?

Autisme virtual adalah kondisi di mana anak menunjukkan gejala gangguan komunikasi sosial, perilaku repetitif, dan respons tidak lazim akibat paparan gadget berlebihan. 

Meski gejalanya mirip autisme, kondisi ini bisa membaik jika penggunaan gawai dikurangi.

"Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme," jelas dr. Amanda dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa (16/5/2025).

Dr. Amanda menyebut ciri-ciri seorang anak mulai kena gejala autisme virtual:
1. Kurang responsif saat dipanggil
2. Kontak mata berkurang
3. Ekspresi wajah datar atau tidak sesuai
4. Perilaku repetitif (misalnya terus-menerus menonton video yang sama)

Sementara perbedaan autisme virtual dan autisme sebenarnya:

  1. Autisme Virtual:

    • Dipicu oleh stimulasi gadget yang berlebihan.

    • Gejala membaik signifikan setelah pengurangan screen time.

    • Tidak melibatkan faktor genetik.

  2. Autisme (Gangguan Spektrum Autisme/GSA):

    • Dipengaruhi faktor genetik (risiko 9x lebih tinggi jika ada riwayat keluarga).

    • Perilaku repetitif bersifat intrinsik, bukan karena gadget.

    • Tetap ada meski penggunaan gawai dikurangi.

"“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada," tegas dr. Amanda.

dr. Amanda menambahkan autisme virtual adalah efek reversibel dari paparan gadget berlebihan, sementara autisme sebenarnya bersifat neurodevelopmental. Deteksi dini dan stimulasi tepat bisa membantu anak tumbuh optimal.

Untuk mencegah autisme virtual terjadi pada anak, dr Amanda mengimbau orang tua untuk membatasi screen time anak di bawah 3 tahun. Upayakan untuk meningkatkan interaksi langsung seperti berbicara, bermain, dan kontak mata dengan anak.

Selalu amati perubahan perilaku anak. Bila gejala tidak membaik, segera konsultasikan ke dokter.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES