Orang Tua Wajib Pahami Risiko Dunia Digital Sebelum Batasi Anak di Media Sosial

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pendidik sekaligus pendiri komunitas Keluarga Kita, Najelaa Shihab, mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam memahami berbagai risiko dunia digital, khususnya media sosial, sebelum menerapkan pembatasan kepada anak-anak mereka.
Dalam konferensi pers bertajuk Cerdas Digital yang digelar di Jakarta, Rabu (16/4), Najelaa menekankan bahwa pemahaman orang tua terhadap konten, interaksi, dan algoritma digital sangat penting agar bisa mendampingi anak secara bijak.
Advertisement
“Kalau kita ngomong soal konten, itu tentu orang tua khawatir. Dia kontak sama keluarganya sedikit, tapi kontak sama orang yang nggak jelas dan nggak dikenal di dunia maya, banyak amat,” ujarnya.
Menurut Najelaa, salah satu risiko utama yang perlu disadari adalah ketika anak-anak terpapar konten atau berinteraksi dengan individu yang bertentangan dengan nilai-nilai keluarga. Konten semacam ini dapat membentuk perspektif atau perilaku anak secara tidak disadari.
Risiko Konsumtif dan Adiksi Layar
Selain persoalan konten, Najelaa juga menyoroti risiko sifat konsumtif anak akibat terpengaruh tren media sosial. Ia menjelaskan bahwa banyak anak belum memahami nilai uang dan cenderung mengikuti tren dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
“Ini tantangan besar bagi orang tua, karena kemampuan anak untuk menilai kebutuhan dan keinginan masih berkembang,” jelasnya.
Tak kalah penting, Najelaa mengingatkan tentang adiksi terhadap layar gawai. Kecanduan digital ini, menurutnya, bisa mengganggu kesehatan mental dan keseharian anak, terutama jika tidak dibarengi dengan kontrol dan komunikasi yang tepat dari orang tua.
Komunikasi Terbuka dan Literasi Digital
Najelaa menekankan bahwa pendekatan terbaik dalam membatasi penggunaan media sosial pada anak adalah melalui diskusi terbuka dan edukasi. Orang tua perlu menjelaskan secara jujur bagaimana cara kerja media sosial, algoritma, serta dampaknya terhadap pola pikir dan perilaku.
“Kalau kita terbiasa berdiskusi, terbuka dengan anak tentang bagaimana sih cara kerja algoritma, anak itu akan terbiasa untuk kritis, untuk menganalisis, dan sebagainya,” tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa kompetensi digital yang dimiliki orang tua akan sangat membantu dalam membuat aturan yang adil dan rasional dalam penggunaan internet oleh anak.
Apresiasi untuk Meta
Dalam kesempatan itu, Najelaa mengapresiasi langkah Meta dalam mendukung keamanan digital anak melalui fitur-fitur yang bisa dikontrol orang tua, seperti inovasi Akun Remaja. Ia menyebut langkah ini sebagai bentuk kolaborasi penting antara orang tua, pendidik, dan industri teknologi.
“Upaya seperti ini perlu diperluas agar dunia digital menjadi ruang yang lebih aman dan mendidik bagi generasi muda,” ujarnya.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |