
TIMESINDONESIA – Ada ayah ibu yang punya 5 anak. Satu anak kerjaannya pacaran melulu, dari mulai selentingan kabar sampai dengan akhirnya kebukti.
Dinasihatin udah. Diajarin udah. Ga mempan. Anak ini dikabarkan oleh tetangganya, makin menjadi-jadi pacarannya.
Advertisement
Ayah ibu ini masih punya 4 anak yang relatif bagus. Tapi kelakuan 1 anak ini, sudah menyita banyak hal dari ayah ibu ini.
Cling…!!! Akhirnya ayah ibu ini punya ide…
Apa kata ayah ibu ini? Apa idenya? 4 anaknya ga setuju akan perkataan dan ide ayah ibu ini. Kegaduhan terjadi di rumah mereka.
4 anak ini kecewa dengan ide ayah ibunya ini. Ga nyangka… ga nyangka bila langkah ini diambil.
Alhamdulillahnya si anak masih melihat peluang untuk tetap bisa mengubah dan membatalkan ide ayah ibunya mereka ini. Gimana caranya?
Apa kata 4 anak dari ayah ibu ini? 4 anak ini terlihat malah jauh lebih kalem, dewasa, dan lebih tenang, daripada ayah ibunya mereka sendiri.
Kata anak-anak ini, “Kan baru ide… Jika ayah ibu kita ga dengar pendapat kita… Tetap jalan dengan keyakinannya. Ya, saatnya berdoa…”
4 anak ini sudah brdoa. Tapi kurang begitu gigih dan disiplin dalam berdoa. Allah Maha Membolak- balikkan hati. Mereka putuskan berdoa betul.
Berdoa mendoakan ayah ibunya, juga mendoakan 1 sodaranya, yang baik kabar maupun bukti, memang sudah pacaran kelewat batas.
Emang apa sih ide ayah ibunya? Buat 1 anak dari 5 anaknya itu?
Ayah ibu tersebut berencana membuat kamar khusus di dalam rumah mereka. “Lebih baik kami fasilitasi anak itu pacaran di dalam rumah,” katanya.
Ide ayah ibu ini, daripada ga keruan pacaran kemana-mana dan dimana-mana. Juga ga jelas sama siapanya, susah minta tanggung jawabnya. Lebih baik di rumah.
Lebih baik dibuatkan kamar khusus untuk 1 anaknya ini pacaran. Ga tanggung-tanggung, langsung di rumah. “Supaya bisa dikontrol,” begitu pendapat ayah ibu ini.
Tetangga yang mendengar, saudara jauh yang mendengar, mencoba mengklarifikasi soal ide ini. “Apa benar ide ini? Salah dengar kali?”
Tetangga dan saudaranya tetap mencoba berbaik sangka kepada ayah ibu dengan 5 anak itu. Toh biar gimana, mereka sadar, bisanya ya ngasih tau.
Kata sebagian tetangga dekat dan saudara-saudara, semua rata-rata bersuara, “Ga mikirin anaknya yang 4? Kasian amat? Apa ga risih?”
Tapi sebagian tetangga dan sodara juga ga semuanya ga setuju. “Toh dilarang ga dilarang, anak ini emang dah pacaran. Benar juga. Ga kekontrol.”
Menurut ayah ibu, dengan mengatakan kepada anaknya, “Nak, sudah lah. Jangan kamu pacaran di luar sana yang ga jelas. Di sini aja ya…”
Maka harapannya, semua yang pacaran dengan anaknya, bisa diketahui. Sama siapa ajanya. Bahasa ayah ibunya, “Bisa dikontrol penuh.”
4 anaknya akhirnya memilih
Memilih doa, doa, dan doa. Mereka ga tau musti gimana dengan kencengnya niat ayah ibunya plus 1 sodaranya itu.
Yang 4 anak ini bisa akhirnya, berdoa saja dulu. Semoga Allah memberi jalan keluar. Toh hiburan bagi 4 anak ini, itu baru ide.
4 anak ini yakin, Allah ga akan diam. Allah sanggup membantu semuanya. Membantu mereka, membantu 1 saudaranya dan sekaligus membantu ayah ibunya.
Dan setiap kali keprihatinan terdengar oleh 4 anak ini, dari tetangga dan saudara-saudaranya, 4 anak ini meminta dan mengajak mereka semua, untuk ikut berdoa.
Wa idzaa sa-alaka ‘ibaadii ‘annii… dan jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang-Ku… fa innii qoriib… maka sungguh Aku teramat dekat.
Ujiibu da’wataddaa’i idzaa da’aanii… Aku akan mengabulkan doa semua yang berdoa kepada-Ku. 4 anak ini memilih percaya akan doa…
Maka jika 4 anak itu sudah percaya akan doa…. apalagi pilihan saya? kecuali ikut percaya, bahwa doa bisa juga mengubah segalanya…
Saya juga mau percaya seperti 4 anak ini… bahwa semua ini memang ujian Allah. Balikin aja ke Allah. Biarlah nanti Allah yang membimbing langkah.
Allah sanggup bukan hanya menolong 1 orang dari 5 anak itu dan ayah ibu tersebut. Tapi Allah sanggup menolong semuanya. Ya… Semuanya…
Mohon semuanya ikut berdoa. 40 orang berdoa, akan lebih dikabulkan. Apalagi berjuta-juta orang yang berdoa. Percayalah kepada Allah. Allah Sanggup.
Salam hormat, Yusuf Mansur yang banyak salahnya. Banyak kelirunya, banyak khilafnya. Meminjam bahasa almarhum Uje… Hanya manusia biasa.. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Rochmat Shobirin |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : Official Site Yusuf Mansur |