Glutera News

Kisah Tukang Bangunan

Sabtu, 27 Juni 2020 - 10:04 | 215.81k
Glutera News.
Glutera News.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ada seorang tukang bangunan yang sangat mahir, apapun yang dia bangun pasti laku. Setiap rumah yang dia bangun pasti laris. Bahkan beberapa orang rela indent dengan rumah-rumah yang akan dia bangun. Pada suatu saat, dia mendengar dari teman-temannya bahwa dia akan diakhiri karirnya, di PHK, diberhentikan oleh bosnya.

Suatu hari dia dipanggil oleh bosnya, maka dengan perasaan males dan hati resah dia menemui bosnya. Dia menunggu apa yang akan disampaikan oleh bosnya, apakah dia diberhentikan atau disuruh terus bekerja. Dia heran, ternyata dia masih disuruh bekerja oleh bosnya, namun kali ini dia hanya diminta untuk membangun satu rumah saja.

Advertisement

Dengan penuh perasaan yang galau dia bangun rumah tersebut. Dibangunnya rumah itu dengan asal-asalan. Dia selesaikan rumah itu asal jadi, yang penting selesai, dia tidak lagi berfikir kualitas seperti biasanya.

Setelah rumah itu selesai, dia temui bosnya, dia kasih kunci rumah itu kepada bosnya. 

“Bos, ini kunci rumahnya sudah saya selesaikan tugas yang anda berikan,” kata tukang bangunan.

Bosnya dengan tenang menerima kunci rumah tersebut, lalu mengajak ngobrol bapak tukang bangunan. Setelah basa basi dan ngobrol sana sini, akhirnya sang bos pun bilang kepada tukang bangunan itu. 

“Wahai bapak, terima kasih atas jasamu selama ini. Mungkin engkaupun sudah dengar bahwa aku akan mem-PHK-kan dirimu, aku akan akhiri karirmu di tempat ini. Tapi tidak usah khawatir, aku sudah siapkan uang yang lebih dari cukup untuk pesangon dan gajimu. Engkau bisa mandiri dengan uang sebanyak itu. Bisa menjadi pemborong atau kontraktor seperti aku, tidak lagi terikat dengan gaji dariku,” jelasnya. 

Bapak tukang bangunan mulai heran, berkecamuk perasaan dalam dirinya.

“Waduh saya salah paham ini, saya kira saya cuma di PHK, saya kira saya cuma diberhentikan, saya kira saya cuma diakhiri karir saya dari tempat ini. Ternyata bos saya luar biasa baik, bos saya memberi pesangon yang lebih dari cukup untuk menjadikan saya mandiri dan tidak terikat lagi menjadi karyawan di sini," ujarnya dalam hati. 

Sebelum selesai kecamuk yang ada dipikiranya, bosnya kembali berkata pada tukang bangunan itu. 

“Wahai bapak, ambil saja kunci rumah ini, rumah yang barusan kamu bangun itu aku hadiahkan untuk kamu," kata si Bos.

“Maksud bos apa?” tanya dia keheranan.

“Rumah yang barusan kamu bangun bukan untuk saya jual. Rumah itu aku hadiahkan untuk kamu," jelas si Bos 

“Lho bos, kok rumah itu yang dihadiahkan ke saya?” tanya tukang bangunan.

“Memangnya kenapa?” si Bos balik bertanya. 

“Maaf bos, karena saya resah dan galau, maka terus terang rumah yang aku bangun terakhir itu aku kerjakan asal-asalan, aku bangun asal jadi, aku bangun asal selesai, dengan kualitas yang jauh dari biasanya," jelas tukang bangunana.

Kenapa begitu?” tanya bosnya.

“Karena saya berfikir negatif kepada Anda,” jawabnya dengan perasaan yang sangat bersalah.

Bagaimana kegiatan hari demi hari yang kita lakukan selama ini di pekerjaan? Apakah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh sepenuh hati, sebagai bentuk syukur atau asal-asalan? (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES