
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setiap manusia mempunyai sistem kekebalan yang berfungsi untuk membuat tubuh tidak mudah terserang penyakit. Tubuh membutuhkan imunitas agar dapat melindungi organ tubuh, atau biasa juga disebut sebagai antibodi. Antibodi dihasilkan dari sel-sel leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara menghancurkan hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit.
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari sistem imun atau daya tahan tubuh dan sejumlah bentuk gangguan sistem imun. Ilmu ini kini mengalami perkembangan yang cukup pesat karena makin banyak gangguan kesehatan yang muncul akibat gangguan pada sistem imun.
Advertisement
Perkembangan dunia medis membuat imunologi makin mendapat sorotan, khususnya dalam penanganan sejumlah masalah kesehatan. Banyak riset terkait imunologi mulai dilakukan, seperti penggunaan imunoterapi, penanggulangan penyakit autoimun, serta pengembangan vaksin untuk beragam penyakit, misalnya vaksin ebola hingga vaksin covid-19.
Tiga Hal Dasar Imunologi
Apabila sistem kekebalan tidak berfungsi dengan normal, berbagai penyakit akan bermunculan, seperti alergi, autoimunitas, dan kanker. Oleh karena itu, sistem imun sangat penting sebagai pertahanan tubuh dari berbagai macam gangguan yang merugikan.
Pada imunologi, terdapat tiga hal dasar yang dipelajari, yaitu:
1. Imunitas atau reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing ke tubuh.
2. Respons imun atau respons terkoordinir terhadap benda asing.
3. Sistem imun atau reaksi sel dan molekul yang terjadi terhadap benda asing tersebut.
Peran Imunologi Bagi Kesehatan Manusia
Sebuah penelitian imunologi mencoba menemukan sejumlah penyakit yang disebabkan oleh gangguan atau disfungsi sistem imun. Penelitian ini juga berupaya menemukan terapi dan penanganan terbaru untuk menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan imunitas.
Beberapa jenis penyakit terkait disfungsi sistem imun yang bisa diatasi dengan pendekatan imunologi adalah sebagai berikut.
1. Alergi
Alergi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat atau benda tertentu yang dianggap berbahaya. Orang yang menderita alergi akan mengalami gejala saat bersentuhan dengan bahan pemicu alergi (alergen). Gejala dari reaksi alergi bisa berupa bersin, ruam kulit yang gatal, hingga sesak napas.
Alergi bisa dicegah dengan menghindari zat pemicunya. Jika sudah timbul keluhan, alergi bisa diatasi dengan mengonsumsi obat tertentu. Namun dengan adanya perkembangan imunologi, reaksi alergi dapat diredakan dengan imunoterapi alergen.
Imunoterapi alergen merupakan pengobatan alergi yang bekerja dengan cara “melatih” sistem imun untuk lebih kebal terhadap alergen. Setelah diberikan imunoterapi, penderita dapat mengalami pengurangan frekuensi serangan alergi, walaupun sebagian di antaranya mengalami kekambuhan setelah terapi dihentikan.
2. Asma
Asma merupakan salah satu reaksi sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan peradangan pada saluran napas saat terpapar bahan atau zat tertentu. Peradangan ini menyebabkan saluran napas menyempit, yang kemudian memicu terjadinya sesak napas.
Asma bisa ditangani dengan berbagai cara, antar lain menghindari pemicu asma, menggunakan obat asma saat serangan asma muncul, dan menjalani imunoterapi.
Imunoterapi yang digunakan untuk asma bekerja layaknya imunoterapi alergi, yaitu “melatih” sistem imun untuk lebih kebal terhadap zat pemicu alergi. Imunoterapi ini akan mengurangi keluhan yang timbul saat asma muncul dan mencegah perburukan asma.
3. Kanker
Kanker menyebabkan tidak terkontrolnya pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh. Pertumbuhan yang tidak terkontrol ini akan merusak organ dan sistem dalam tubuh, sehingga mengancam nyawa penderitanya.
Kanker dapat diatasi dengan berbagai cara, dan salah satunya adalah dengan memanfaatkan imunologi, yaitu imunoterapi kanker. Imunoterapi kanker dilakukan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Imunoterapi kanker diklaim mampu memperlambat, menghentikan perkembangan sel kanker, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain.
4. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi saat sistem kekebalan tubuh keliru menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Beberapa contoh penyakit autoimun adalah penyakit Crohn, lupus eritematosus sistemik (SLE), rheumatoid arthritis, dan multiple sclerosis.
Penyakit autoimun tidak bisa disembuhkan, dan belum ada pilihan imunoterapi yang benar-benar efektif untuk menanganinya. Namun, penyakit autoimun bisa dikontrol dengan pemberian obat tertentu, seperti obat imunosupresan. Obat imunosupresan mampu menekan dan menurunkan jumlah sel-sel kekebalan tubuh yang menyerang sel sehat.
Pemeriksaan Imunologi
Untuk mendeteksi masalah atau gangguan pada sistem kekebalan tubuh, diperlukan pemeriksaan imunologi atau tes Imunologi. Beberapa jenis pemeriksaan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Tes antibodi
Tes antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah atau air liur. Dalam beberapa kasus, tes ini dapat menentukan diagnosis penyakit tertentu. Jika pemeriksaan terhadap antibodi untuk suatu penyakit memberikan hasil positif, maka artinya orang tersebut sedang atau pernah menderita penyakit tersebut. Pemeriksaan antibodi umumnya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit infeksi dan penyakit autoimun.
2. Tes antigen
Antigen adalah bagian dari virus atau bakteri yang dapat memicu munculnya respons imun. Salah satu tes antigen yang umum dilakukan adalah pemeriksaan sampel tinja untuk mengetahui ada atau tidaknya antigen yang dihasilkan oleh bakteri Heliobacter pylori penyebab sakit maag.
Tes antigen juga bisa dilakukan menggunakan sampel darah, misalnya untuk mendeteksi antigen dari virus HIV. Pemeriksaan antigen ini adalah salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mendiagnosis HIV. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |