TIMESINDONESIA, JAKARTA – Insulin adalah hormon yang dihasilkan di pankreas, kelenjar yang terletak di belakang perut kamu. Insulin adalah sebuah hormon polipeptida yang mengatur metabolisme karbohidrat.
Selain merupakan "efektor" utama dalam homeostasis karbohidrat, hormon ini juga ambil bagian dalam metabolisme lemak dan protein – hormon ini bersifat anabolik yang artinya meningkatkan penggunaan protein.
Advertisement
Sensitivitas insulin menggambarkan suatu jumlah tertentu insulin yang diproduksi dengan tujuan menyimpan glukosa. Istilah ini menggambarkan kepekaan tubuh terhadap efek dari insulin. Seseorang dikatakan sensitif terhadap insulin apabila hanya sejumlah kecil insulin dibutuhkan untuk menyimpan glukosa dalam jumlah tertentu. Kebalikan dari istilah ini adalah resistensi insulin. Pada kondisi ini, sejumlah besar insulin dibutuhkan untuk menyimpan glukosa dalam jumlah yang sama.
Penyebab
Sensitivitas insulin merupakan regulasi tubuh untuk mengatur kadar gula darah. Untuk mengerti istilah ini, diperlukan pemahaman dari regulasi gula darah dalam tubuh. Insulin itu sendiri merupakan salah satu hormon yang diproduksi tubuh, dan berperan dalam metabolisme tubuh dengan membantu kontrol gula darah dalam tubuh. Hormon ini diproduksi oleh pankreas.
Sumber energi utama untuk kerja tubuh adalah glukosa, yang didapatkan dari sumber makanan yang mengandung karbohidrat. Saat kadar glukosa darah tinggi, misalnya setelah selesai makan, tubuh akan memproduksi insulin.
Insulin membantu penyimpanan gula darah, sehingga gula darah tidak menjadi tinggi. Insulin menempel pada reseptor insulin di berbagai sel tubuh, dan membantu sel tersebut ‘membuka diri’ dan menyimpan glukosa. Misalnya dalam sel otot dan jaringan adiposa (lemak).
Saat jumlah glukosa berlebih, biasanya akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Hati dapat melepaskan glukosa kembali saat dibutuhkan atau saat tubuh tubuh kekurangan glukosa.
Insulin juga berperan dalam proses penyembuhan setelah terjadi cedera. Caranya dengan menghantar asam amino ke otot tubuh. Asam amino sendiri membantu pembentukan protein, yang banyak ditemukan dalam jaringan otot.
Resistensi insulin saat tubuh tak lagi peka terhadap insulin
Resistensi insulin adalah kondisi yang menandakan bahwa tubuh Anda tidak lagi dapat merespons kerja insulin sebagaimana mestinya alias kebal dan terhadap insulin.
Umumnya, hal ini rentan terjadi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami diabetes melitus, khususnya tipe 2.
Hormon insulin diperlukan untuk membantu glukosa masuk ke sel-sel tubuh untuk dipecah menjadi energi. Saat tubuh tak lagi sensitif dengan keberadaan insulin, glukosa tak bisa masuk ke sel tubuh untuk dipecah menjadi energi sehingga akhirnya tetap berada di dalam aliran darah.
Akibatnya, gula darah Anda pun tinggi (hiperglikemia). Orang yang mengalami hiperglikemia biasanya didiagnosis dokter mengalami prediabetes.
Faktor risiko pemicu resistensi insulin
Penyebab resistensi insulin belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa hal yang memiliki keterkaitan ataupun menjadi faktor yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami resistensi insulin, di antaranya:
• Kelebihan berat badan atau obesitas
• Kebiasaan hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan jarang beraktivitas fisik atau olahraga (sedentary lifestyle)
• Memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes
• Kebiasaan mengonsumsi makanan berkadar gula dan karbohidrat tinggi
• Mengalami diabetes gestasional
• Kehamilan
• Stres berkepanjangan
• Mengonsumsi obat kortikosteroid
• Memiliki lingkar pinggang lebih dari 90 cm (pria) dan lingkar pinggang lebih dari 80 cm (wanita)
• Berusia lebih dari 45 tahun
• Memiliki Riwayat sindrom metabolik, yaitu tekanan darah tinggi, kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, dan penyakit jantung
• Menderita sindrom polikistik ovarium (PCOS)
Glutathione meningkatlan efektivitas insulin
Glutathione merupakan antioksidan yang diproduksi secara alami oleh tubuh. Ada banyak manfaat glutathione yang penting bagi kesehatan, di antaranya mencegah kerusakan sel tubuh, memperbaiki sel dan jaringan tubuh yang rusak, serta menunjang sistem kekebalan tubuh. Belum ada antioksidan lain yang mampu menyamai kekuatan glutathione yang telah terbukti secara klinis di seluruh dunia mampu membantu berbagai penderita penyakit kronis.
Glutathione (GSH) diproduksi oleh hati dan sel-sel saraf di otak. Zat yang bersifat antioksidan ini terbentuk dari 3 jenis asam amino, yaitu L-cysteine, glycine, dan L-glutamate. Selain dihasilkan secara alami oleh tubuh, glutathione juga bisa diperoleh dari makanan tertentu atau suplemen.
Seiring bertambahnya usia, produksi glutathione di dalam tubuh akan berkurang. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Beberapa studi menunjukkan bahwa glutathione bermanfaat untuk mencegah resistensi insulin dan meningkatkan kinerja insulin dalam mengontrol gula darah.
Glutathione bekerja dengan memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Penelitian menunjukkan orang dengan resistensi insulin memiliki kadar glutathione yang rendah. (*)
Be everlasting with glutera
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |