TIMESINDONESIA, JAKARTA – Protein merupakan salah satu makronutrien yang sangat penting untuk perbaikan dan pembentukan berbagai jaringan tubuh, selain juga sebagai sumber energi. Bila tubuh kekurangan protein, dapat muncul sejumlah gangguan kesehatan yang efeknya tidak bisa disepelekan.
Ada beragam fungsi protein bagi tubuh, mulai dari sumber energi¸ membentuk berbagai enzim dan hormon, hingga mendukung sistem kekebalan tubuh. Maka dari itu, penting untuk memastikan kebutuhan protein harian terpenuhi dengan baik.
Advertisement
Sama seperti lemak dan karbohidrat, protein merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Ketika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung protein, sistem pencernaan akan memecah protein menjadi asam amino yang dibutuhkan hampir di seluruh bagian tubuh.
Sebagian asam amino dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, namun sebagian lain hanya bisa didapatkan dari makanan. Oleh karena itu, tubuh memerlukan tambahan protein dari makanan yang Anda konsumsi agar fungsi protein dalam tubuh dapat berjalan secara optimal.
Kekurangan protein
Kekurangan protein tidak hanya menyebabkan munculnya rasa lapar, lelah, dan lemas, tetapi juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh Anda menurun. protein merupakan makronutrien yang dibutuhkan untuk membangun, memperbaiki, dan mengatur fungsi berbagai jaringan dan organ tubuh, termasuk otot. Inilah 6 penyakit yang akan mengintai saat tubuhmu kekurangan protein.
1. Marasmus
Marasmus merupakan bentuk kekurangan gizi yang sering ditemui pada bayi di atas usia 12 bulan. Kekurangan protein dan karbohidrat merupakan penyebab dari terjadinya penyakit marasmus. Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Penderita marasmus biasanya memiliki berat badan kurang dari 60% dari berat badan normal. Kehilangan nafsu makan, suhu tubuh rendah, wajah lonjong dan tampak lebih tua dengan kulit di tubuh terlihat melonggar dan mengerut, hingga bentuk tulang yang terlihat merupakan beberapa ciri fisik penderita marasmus. Selain itu, marasmus juga sering disangkut pautkan dengan infeksi akut seperti gangguan pernapasan, gastroenteritis, tuberkulosis, hingga HIV.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor atau lebih dikenal sebagai kondisi kekurangan atau ketiadaan asupan protein pada tubuh ini sering ditemui pada anak usia 18 bulan hingga 5 tahun. Penderita kwashiorkor terlihat normal, namun penyakit ini harus tetap diwaspadai karena bisa menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, bahkan bisa mengalami cacat mental, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), kehilangan nafsu makan, mudah lelah dan mengantuk, perut membesar, rambut yang kering dan jarang, mudah marah, dan sering mengalami diare adalah beberapa gejala yang ditemui pada penderita kwashiorkor. Pada kasus yang lebih parah, penderita kwashiorkor bisa mengalami syok.
3. Edema
Edema atau retensi air merupakan penyakit yang terjadi akibat kekurangan protein yang paling sering diderita oleh manusia. Kurangnya asupan protein pada tubuh dapat mengakibatkan penumpukan cairan sehingga terjadi pembengkakan pada beberapa anggota tubuh seperti tangan, kaki, dan perut. Jika darah yang mengalir pada tubuh tidak memiliki protein yang cukup, maka bisa mengalami gejala tekanan darah tinggi. Rasa nyeri pada kaki dan tangan, demam, dan pembengkakan pada kulit merupakan ciri-ciri penderita edema.
4. Apati
Apati merupakan suatu kondisi yang menyebabkan emosi menjadi tumpul yang berhubungan dengan sikap ketidakacuhan yang dapat ditemui pada beberapa tipe skizofrenia dan depresi. Penyakit apati ini bisa mempengaruhi emosi, tingkah laku, dan fungsi kognitif bagi penderitanya. Penderita apati memiliki gejala seperti kurangnya usaha, ketergantungan, kurangnya motivasi dan kepedulian terhadap diri sendiri, tidak adanya fluktuasi emosi dan kurangnya respon emosional terhadap kejadian baik negatif maupun positif.
5. Cachexia
Cachexia merupakan penyakit yang menyebabkan lemahnya otot rangka akibat kekurangan protein. Tubuh akan mencari sumber lain saat kekurangan protein. Sumber pertama yang akan didatangi adalah otot. Menurut JE Morley dalam “American Journal of Clinical Nutrition”, Cachexia menyebabkan penyakit kanker lambung karena cachexia akan mempengaruhi penyerapan nutrisi ke dalam tubuh. Penyakit cachexia juga bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya.
6. Gagal Hati
Protein sangat diperlukan untuk mereproduksi dan memperbaiki sel tubuh. Kekurangan protein dalam jangka panjang bisa mengakibatkan kerusakan fungsi organ tubuh, salah satunya hati. Gagal hati merupakan penyakit yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan fungsi hati akibat ketidakmampuan sel hati untuk beregenerasi. Nafsu makan menghilang, mudah lelah, kulit dan mata menguning, pembengkakan pada perut, diare dan mudah memar merupakan gejala dari penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya protein pada tubuh ini.
Untuk menghindari berbagai dampak dari kekurangan protein, Anda perlu mencukupi kebutuhan protein harian Anda dengan mengonsumsi aneka jenis makanan yang mengandung protein.
Kebutuhan protrin perhari
Protein dapat ditemukan pada seluruh bagian tubuh, termasuk tulang, otot, kulit, hingga rambut. Maka tak heran, kalau sekitar 20% dari tubuh manusia tersusun dari protein.
Kebutuhan protein harian setiap orang berbeda-beda, tergantung pada usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, serta berbagai faktor pendukung lainnya.
Sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan protein per hari, Anda bisa mengacu panduan dari Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019 seperti berikut ini
Bayi dan anak-anak
Pemenuhan kebutuhan protein untuk bayi usia 0–5 bulan bersumber dari pemberian ASI eksklusif. Jadi, penting bayi ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan sumber protein.
Setelah 6 bulan, barulah bayi bisa mendapatkan protein dari makanan pendamping ASI (MPASI). Berikut ini adalah kebutuhan protein harian untuk bayi dan anak-anak.
• 0–5 bulan: 6 gram
• 6–11 bulan: 15 gram
• 1–3 tahun: 20 gram
• 4–6 tahun: 25 gram
• 7–9 tahun: 40 gram
Laki-laki
Protein bagi laki-laki akan mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Asupan nutrisi ini mungkin membutuhkan peningkatan saat laki-laki membangun massa otot.
Adapun, kebutuhan protein harian untuk laki-laki berdasarkan usianya sebagai berikut.
• 10–12 tahun: 50 gram
• 13–15 tahun: 70 gram
• 16–18 tahun: 75 gram
• 19–29 tahun: 65 gram
• 30–49 tahun: 65 gram
• 50–64 tahun: 65 gram
• 65–80 tahun: 64 gram
• 80 tahun ke atas: 64 gram
Perempuan
Saat memasuki masa pubertas, perempuan membutuhkan lebih banyak protein daripada laki-laki. Namun asupan protein cenderung lebih rendah seiring bertambahnya usia.
Di bawah ini adalah kebutuhan protein harian untuk perempuan yang perlu Anda perhatikan.
• 10–12 tahun: 55 gram
• 13–15 tahun: 65 gram
• 16–18 tahun: 65 gram
• 19–29 tahun: 60 gram
• 30–49 tahun: 60 gram
• 50–64 tahun: 60 gram
• 65–80 tahun: 58 gram
• 80 tahun ke atas: 58 gram
Hamil dan menyusui
Ibu hamil perlu meningkatkan asupan nutrisi selama kehamilan untuk mendukung perkembangan janin. Kebutuhan ini cenderung mengalami peningkatan seperti berikut ini.
• Trimester 1: +1 gram dari kebutuhan harian
• Trimester 2: +10 gram
• Trimester 3: +30 gram
Sementara itu, ibu menyusui perlu menambah protein untuk memenuhi kebutuhan bayi melalui ASI. Nah, berikut ini adalah kebutuhan protein untuk ibu menyusui.
• 6 bulan pertama: +20 gram dari kebutuhan harian
• 6 bulan kedua: +15 gram
Kebutuhan protein harian di atas bisa Anda jadikan acuan rata-rata, tetapi bukanlah nilai yang mutlak. Pasalnya, tingkat aktivitas fisik dapat memengaruhi jumlah kebutuhan gizi Anda. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |