Glutera News

Waspadalah, Ini Faktor Pemicu Kanker Payudara

Minggu, 11 Desember 2022 - 09:41 | 92.04k
FOTO: Glutera
FOTO: Glutera

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara. Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada jaringan yang ada di payudara tumbuh tidak terkendali dan mengambil alih jaringan payudara yang sehat dan sekitarnya.

Kanker payudara bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus) atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara. Meski lebih sering terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang pria.

Advertisement

Gejala kanker payudara 

Kanker payudara mungkin tidak memperlihatkan gejala di tahap awal. Pada sebagian kasus, tumor payudara mungkin tidak teraba karena ukurannya terlalu kecil dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan penunjang, seperti mammografi.

Beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita kanker payudara adalah:
•    Benjolan atau penebalan jaringan di payudara, yang terasa berbeda dari jaringan di sekitarnya ketika diraba
•    Perubahan pada tekstur dan warna kulit payudara
•    Pengelupasan kulit di areola dan payudara
•    Nyeri dan pembengkakan pada payudara 
•    Darah ke luar dari puting payudara
•    Puting payudara tertarik ke dalam
•    Bengkak atau benjolan di bawah ketiak

Penyebab kanker payudara 
 
Kanker payudara terjadi ketika sel-sel di payudara tumbuh secara tidak normal dan tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul hingga membentuk benjolan, lalu bisa menyebar ke jaringan yang sehat, kelenjar getah bening, atau ke organ lain.

Belum diketahui apa yang menyebabkan sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker. Akan tetapi, terdapat dugaan bahwa faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, dan hormon memiliki keterkaitan dengan terbentuknya kanker payudara.

Faktor pemicu risiko kanker payudara 

Kanker payudara bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Namun, wanita memiliki risiko lebih tinggi terserang kanker payudara dibandingkan dengan pria.

1.    Obesitas
Obesitas dan kegemukan pada wanita meningkatkan risiko terkena kanker payudara setelah menopause dibandingkan wanita dengan berat badan normal, itulah hasil penelitian terbaru. Para peneliti menemukan bahwa risiko kanker meningkat dengan berat badan yang lebih besar. Wanita dengan obesitas mencapai 86 persen kemungkinannya untuk mengembangkan bentuk paling umum dari kanker payudara dan didiagnosa kanker tingkat lanjut.

Semenara penelitian lain telah menunjukkan hubungan antara kelebihan berat badan dan risiko kanker payudara, penting untuk mencari tahu keterkaitannya, terutama untuk sesuatu yang bisa berubah seperti berat badan. “Karena wanita bisa melakukan sesuatu untuk itu,” ujar Marian Neuhouser dari Cancer Prevention Program at the Fred Hutchinson Cancer Research Center, Seattle.

Untuk studi baru yang telah dipublikasikan di JMA Oncology, para peneliti meganalisa data jangka panjang dari Women’s Health Initiative study. Mereka melihat data dari 67.142 wanita pasca-menopause usia 50 sampai 79 tahun dari seluruh Amerika Serikat, dan mengamati mereka selama rata-rata 13 tahun. Secara keseluruhan, ada 3.388 kanker payudara terdeteksi pada tahun 2010.


2.    Genetik
Memiliki orangtua atau anggota keluarga yang mengidap kanker payudara dapat meningkatkan risiko kamu untuk terserang penyakit yang sama. Sebab, faktor genetik memiliki peran besar, terutama dalam mutasi atau kelainan gen yang diturunkan dari orangtua.

3.    Hormon
Hormon seks, yaitu estrogen, progesteron, dan testosteron, merupakan hormon yang dimiliki oleh wanita maupun pria. Namun, untuk estrogen dan progesteron, wanita memiliki kadar hormon tersebut lebih lebih tinggi daripada pria. Ketika kadar hormon tersebut lebih tinggi dari normal, risiko kanker payudara akan meningkat. 
Perlu diketahui bahwa hormon dalam tubuh memiliki kaitan erat dengan sel-sel yang ada di sekitar payudara. Itulah sebabnya ketika terjadi ketidakseimbangan hormon, sel-sel di sekitar payudara tersebut dapat berkembang secara abnormal dan memicu terjadinya kanker.

4.    Gaya Hidup Kurang Sehat
Kamu tentu sering mendengar imbauan untuk menerapkan gaya hidup sehat, jika ingin terhindar dari berbagai risiko penyakit, bukan? Kanker payudara pun demikian. Risikonya dapat meningkat jika kamu memiliki gaya hidup yang kurang sehat, yang kemudian memengaruhi hormon-hormon di dalam tubuh. 

5.    Kurang gerak dan jarang olahraga
Orang yang kurang gerak karena aktivitasnya sebagian besar duduk-duduk atau jarang bergerak juga lebih berisiko terkena penyakit kanker payudara. Risiko tersebut sama dengan orang yang tidak pernah atau jarang olahraga. Jika Anda ingin menurunkan risiko terkena penyakit ini, upayakan untuk olahraga setidaknya 30 menit sehari.

Beberapa faktor yang diketahui bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara adalah:

•    Bertambahnya usia
•    Terpapar radiasi dari radioterapi 
•    Memiliki berat badan berlebih
•    Melahirkan di atas usia 30 tahun
•    Belum menopause hingga usia 55 tahun
•    Menstruasi terlalu muda (usia 12 tahun ke bawah)
•    Menjalani terapi pengganti hormon estrogen dan progesterone
•    Pernah menderita kanker payudara sebelumnya
•    Memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga
•    Memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
•    Memiliki kebiasaan merokok

Perlu diketahui, wanita yang memiliki faktor risiko di atas belum tentu akan terserang kanker payudara. Pada banyak kasus, kanker payudara juga menyerang wanita yang tidak memiliki faktor risiko di atas.

Pencegahan kanker payudara

Risiko kanker payudara dapat dikurangi dengan menjalani gaya hidup yang sehat, seperti:
•    Mempertahankan berat badan ideal atau menurunkan berat badan untuk mencapai berat badan ideal
•    Menghentikan atau setidaknya membatasi konsumsi minuman beralkohol
•    Mengonsumsi makanan bergizi setiap harinya
•    Berolahraga rutin minimal 30 menit setiap hari
•    Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika berencana menjalani terapi pengganti hormon pascamenopause, karena terapi ini dapat meningkatkan risiko kanker payudara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES