
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Suatu hari ada seorang laki-laki dari kaum Anshar mendatangi kediaman baginda Rasulullah SAW. Ia datang dengan pakaian compang-camping dan wajah yang pucat, langsung menghadap di depan Rasulullah SAW untuk mengemis. Seusai mengucap salam, pengemis itu meminta sesuatu pada baginda Rasulullah SAW.
Ya. Ada sehelai kain. Kami pakai sebagiannya dan kami bentangkan sebagiannya untuk duduk dan lain sebagainya. Saya juga punya satu bejana untuk minum air, jawab Rasulullah SAW. Beliau kemudian menyuruh para sahabat yang hadir saat itu untuk membawakan kain dan bejana kepunyaan beliau. Bawalah keduanya kepadaku!
Advertisement
Dengan bergegas, salah satu sahabat yang ada di majelis beranjak dari tempat duduknya dan mengambil barang yang dimaksud. Lalu sahabat itu membawanya ke hadapan beliau. Rasulullah SAW lalu mengambil keduanya dengan kedua tangan nya dan memperlihatkannya di hadapan para sahabat, beliau bercerita, Aku beli kain dan bejana ini satu dirham. Rasulullah SAW menawarkan barang-barang kepunyaan beliau kepada para sahabat, Aku akan menjualnya. Adakah Saudara-Saudara akan membelinya? Adakah yang sanggup menambah satu dirham?
Beliau berulang-ulang menawarkan kepada para sahabat. Akhirnya seorang sahabat mengambilnya. Aku ambil dengan dua dirham, seperti tawaranmu, ya Rasulullah, jawabnya. Rasulullah SAW kemudian memberikan kedua barang itu kepada sahabat yang sepakat membeli kedua barang itu. Beliau kemudian mendekati sang pengemis dari kaum Anshar itu dan langsung beliau serahkan uang dua dirham itu seraya memberikan nasihat untuk sang pengemis, belilah dengan satu dirham makanan dan serahkan kepada keluargamu.
Membeli Kapak
Dan belilah dengan satu dirham lagi sebuah kapak di pasar terdekat dan kemudian bawalah kapak yang kamu beli itu kepadaku! Setelah menerima uang dua dirham, sang pengemis pamit pulang. Ia mampir ke pasar melaksanakan perintah Rasulullah SAW, yakni membeli makanan dan sebuah kapak besi.
Selepas mengantar makanan untuk keluarganya di rumah yang tengah kela paran, ia membungkus kapak itu dengan sebuah kan tong kulit dan ia langsung kembali menuju ke kediaman Rasulul lah.
Saat itu Rasulullah SAW masih dalam satu majelis, dikelilingi para sahabat. Hai fulan, sudahkah engkau laksakan perintahku? tanya Rasulullah SAW pada sang pengemis yang tampak malu-malu berdiri di depan pintu rumah. Sudah, Tuan, jawab sang pengemis itu.
Kemarilah! Bawa kemari kapak yang telah engkau beli itu! perintah beliau. Lalu sang pengemis mendekati baginda Rasulullah SAW dan duduk di depan beliau. Pengemis itu kemudian mengeluarkan kapak itu dari kantong kulit dan diserahkan pada Rasululah SAW. Rasulullah SAW hari itu tampak bergembira melihat perangai dari sang pengemis yang telah taat menerima perintah beliau.
Baginda Rasulullah SAW lalu mengambil kapak besi dan ia beranjak ke pojok ruangan. Beliau kemudian berjongkok dan mengambil sepotong kayu yang tergeletak di pojok majelis itu. Tangan beliau yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dengan sangat cekatan segera memasang tangkai kayu pada lobang kapak besi. Tak berapa lama kemudian kapak besi itu telah siap untuk digunakan.
Selesai memasang tangkai kapak besi itu, Rasulullah SAW kemudian kembali ke tempat semula, di majelis yang sedari tadi para sahabat biasa menyimak penjelasan dan mengambil hikmah ilmu dari beliau. Pergilah ke gurun dan tebanglah kayu! Jual kayu bakar yang kau peroleh ke pasar dan ke marilah 15 hari lagi! sabda Rasulullah SAW kepada pengemis itu.
Sang pengemis itu lalu pamit pada Rasulullah SAW. Ia kemudian pulang ke rumah dan mengambil perbekalan makanan dan minuman secukupnya untuk dibawa ke gurun. Dengan penuh semangat, sang pengemis itu lalu berangkat ke gurun yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Satu per satu ranting pohon yang telah kering dipotong dengan kapak. Setelah terkumpul banyak kayu bakar, ia kemudian membawanya pulang ke rumah.
15 Hari Kemudian
Selama 15 hari sang pengemis itu melakukan pekerjaan mencari kayu bakar dan seluruh kayu bakar yang dikumpulkan dijual ke pasar. Genap pada hari kelima belas, pengemis itu menghadap ke Rasulullah SAW dengan membawa 10 dirham dari hasil penjualan kayu bakar. Sahabat Ibnu Majah RA meriwayatkan sebuah hadis tentang mulianya bekerja daripada mengemis.
Belilah sebahagian dengan uangmu itu makanan dan sebahagian lagi pakaian. Ini adalah lebih baik bagi kamu daripada meminta-minta. Sebab, mengemis itu merupakan satu tanda di mukamu di hari kiamat nanti.
Peminta-minta
Demikianlah cara Rasulullah menghadapi pengemis. Beliau tidak mengusirnya secara langsung. Juga tidak langsung memberinya. Tetapi Rasulullah mendorong dan memotivasi agar pengemis itu menggunakan kemampuan dan keterampilannya untuk bekerja secara halal sehingga ia tidak meminta-minta lagi. Rasulullah tidak ingin melihat umatnya menjadi seorang peminta-minta.
Bagi Rasulullah, bekerja apapun itu pekerjaannya asal halal itu lebih baik dari pada meminta-minta. Bahkan Rasulullah menegaskan jika meminta-minta itu tidak diperbolehkan dalam Islam, kecuali untuk tiga orang saja.
Pertama, orang yang memikul beban berat di luar batas kemampuannya (sangat miskin). Rasulullah menyebutkan bahwa kelompok pertama ini diperbolehkan meminta-minta sampai tercukupi sekadar kebutuhannya. Ketika sudah tercukupi kebutuhan sekedarnya, ia harus berhenti mengemis.
Kedua, orang yang terkena musibah dan hartanya hilang semua. Kelompok kedua ini juga diperbolehkan meminta-minta, namun apabila sekadar kebutuhannya sudah tercukupi maka ia harus berhenti.
Ketiga, orang-orang yang sangat miskin. Bagaimana cara mengukur miskin yang seperti ini? Rasulullah memberikan standar bahwa apabila tiga orang tetangganya menilai orang tersebut miskin, maka orang orang tersebut benar-benar miskin. Orang seperti ini diperkenankan untuk meminta-minta sampai kebutuhan sekadarnya tercukupi. “Di luar kelompok tersebut, meminta-minta tidak diperkenankan. Dan jika ada orang di luar kelompok itu meminta-minta, harta haram telah dimakan,” kata Rasulullah
Bekerja Keraslah
Begitulah cara mendidikan salah satu sahabatnya agar menjadi orang yang cerdas, berguna, dan bekerja keras dalam mencari rezeki. Tidak diberi umpan, tetapi kail. Strategi Rasulullah itu terbukti dengan baik, bukan? Oleh karena itu, kita yang belum punya pekerjaan tetap, jangan khawatir. Berusahalah dengan keras, kemudian serahkan hasilnya kepada Allah.
Untuk orang yang sudah punya pekerjaan tetap, bersyukurlah jangan berhenti. Allah sudah memberikan kemudahan dengan pekerjaann yang didapat.
Sudah dapat pekerjaan, dapat gaji rutin, tetapi kerjanya asal-asalan bahkan sering menganggap remeh, itu sama saja tidak bersyukur. Tidak mencontoh ajaran Rasulullah.
Rasulullah saja yang seorang nabi, rasul, ahli surga, kekasih Allah, orang yang pertama masuk surga, tetap bekerja keras dalam bekerja, masa kita santai-santai saja? Apa enggak malu dengan Rasulullah?
Sebaik-baik dari kita ialah yang pandai mencari rezeki untuk keluarganya dengan cara halal. Bekerja keras untuk keluarga termasuk jihad yang istimewa menurut pandangan agama. Bersyukurlah dengan upah dari tempatmu bekerja, meskipun tidak membuatmu kaya, tetapi setidaknya bisa membuatmu hidup. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |