
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang zuhud. Meski demikian, dia juga seorang pemimpin yang pekerja keras. Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang zuhud. Meski demikian, dia juga seorang pemimpin yang bekerja keras. Karena itu dia akan menegur jika ada umat Islam yang tidak bekerja untuk mencari rezeki atau malas.
Kisah nabi yang melamar kerja
Sebagai salah satu contoh, Umar pernah menegur salah seorang sahabat bernama Abu Hurairah yang juga dikenal sebagai sahabat yang zuhud karena tidak bekerja.
Advertisement
Lalu Umar Bin Khattab bertanya kepadanya, "Apakah engkau tidak bekerja?" Abu Hurairah menjawab, "Saya tidak mau bekerja."
Umar lalu berkata, "Ada yang melamar pekerjaan, orangnya lebih baik darimu, namanya Nabi Yusuf AS."
Lalu, Umar membacakan salah satu ayat dalam Alquran yang menguatkan perkataannya itu: "Berkata Yusuf, "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS: Yusuf (12):55).
Bekerjalah jangan jadi pengangguran
Suatu saat Khalifah Umar bin Khatab pergi ke zaman melihat keadaan rakyatnya. Khalifah melewati sebuah masjid. Di dalamnya terlihat sekelompok anak muda sedang asyik beribadah. Diantaranya terlihat sangat khusyuk beribadah. Lalu Khalifah Umar pun masuk ke masjid tersebut.
“Siapakah kalian,” tanya sahabat Khalifah Umar. Salah satu diantaranya kemudian menjawab, ”Kami adalah sekelompok anak muda yang berserah diri (bertawakal) kepada Allah. Sepanjang hari kami habiskan waktu untuk berdzikir, berdoa dan melakukan sholat sunat.”
Mendengar jawaban tersebut Khalifah Umar berkata dengan lantang, ”Hai anak muda keluarlah dari masjid dan bekerjalah! Jangan kalian menjadi pembohong. Harap tahu saja Allah tidak akan menghujankan emas dari langit.”
Mendengar bentakan Khalifah Umar, para pemuda tersebut menjadi terkejut. Padahal sebelumnya berharap akan mendapatkan pujian dari Khalifah.
"Wahai Amirul Mukminin, bukankah Allah memberi kecukupan kepada orang yang berserah diri dan Dia pulalah yang berjanji untuk memberikan jaminan rizki kepada makhluk-Nya?" ungkap salah seorang diantara pemuda itu berargumentasi.
Kata Umar, kalian bukan tipe orang yang berserah diri kepada Allah. Orang yang berserah diri kepada Allah adalah orang yang rajin bekerja untuk menggali potensi alam dengan tanpa meninggalkan doa kepada-Nya.
Kemudian Umar berkata, ”Hai umat manusia carilah rizki di muka bumi, jangan kalian menjadi beban orang lain. Bekerjalah secara baik dan benar karana bekerja dengan seperti itu banyak dibutuhkan. Bila diantara kalian yang pandai berdagang, maka jadilah pedagang yang handal."
Umar melanjutkan, "Janganlah ada diantara kalian orang yang duduk bermalasan sambil berdoa, ”Ya Allah berikanlah aku rizki yang halal, yang banyak yang membawa berkah. ”Ingatlah Allah tidak akan menurunkan hujan emas dari langit. Allah memberikan rizki kepada umat manusia dengan disertai usaha, tidak datang begitu saja. Sesuai dengan usahanyalah seseorang akan memperoleh rizki.”
Selanjutnya Khalifah Umar mengutip jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya oleh seorang sahabat. “Ya Rasulullah amal manakah yang terbaik ?” jawab beliau,” Bekerjalah dengan tangannya sendiri.”
Bahkan lebih jauh Rasulullah memerintahkan umatnya untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan sendiri. ”Tangan di atas lebih baik dari pada tangan dibawah.” Bagaimana bisa memberi sesuatu kepada orang lain kalau kita sendiri serba kekurangan.
Islam membenci pengangguran sebab kemalasan, dan—sebaliknya—menyukai orang-orang yang mau bekerja keras. Secara fiqih, bekerja mencari nafkah adalah wajib, sedangkan berpangku tangan hukumnya adalah haram. Sebab, orang menganggur berarti tidak memanfaatkan anugerah yang telah Allah berikan, berupa nikmat pikiran, nikmat kekuatan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Secara fitrah, manusia adalah makhluk sempurna yang memiliki kompetensi diri yang unik, beragam, dan sesuai dengan bidang pekerjaan tertentu. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, manusia memiliki potensi yang bisa digunakan untuk bekerja.
Berpangku tangan bukan hanya membuat orang tak mendapat penghasilan, tapi bisa juga menjerumuskannya pada perilaku buruk meminta-minta, bahkan merugikan orang lain, demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Orang gemuk
Dalam suatu kisah, sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya.
"Kenapa perutmu besar seperti ini?", tanya Umar bin Khattab radhiyallahu 'Anhu.
"Ini karunia dari Allah," jawab orang tersebut.
"Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!", seru Umar.
Umar pun melanjutkan:
"Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia. Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah."
Ada beberapa dalil yang menunjukkan celaan bagi orang gemuk karena banyak makan.
Dari Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)
Dalam riwayat lain, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik umatku adalah masyarakat yang aku di utus di tengah mereka (para sahabat), kemudian generasi setelahnya. Kemudian datang kaum yang suka menggemukkan badan, mereka bersaksi sebelum diminta bersaksi.” (HR. Muslim 6636 dan Ahmad 7322)
Perut nabi tu gak buncit:
Dari Al-Hasan, dari Hindi, ia berkata, "Rasulullah itu berdada lebar. Antara perut dan dada berukuran sama." (HR. Ath-Thabarani dan Az-Zabidi)
Perut nabi tu six pack: Dari Ummu Hani, ia menuturkan, "Saya tidak melihat bentuk perut Rasulullah kecuali saya ingat lipatan kertas-kertas yang digulung antara satu dengan yang lain." (HR. Ath-Thabarani) dalam riwayat lain: "perutnya bagai batu-batu yang bersusun"
Badan yang terlalu gemuk dan perut buncit dikaitkan dengan proses ibadah. Jika memiliki badan yang terlalu gemuk maka akan sulit menjalani gerakan sholat. Orang yang gemuk juga cepat merasa lelah sehingga sulit melakukan berbagai aktivitas. Tak hanya itu, orang yang terlalu gemuk juga berpotensi lebih mudah terserang penyakit. Oleh karena itu Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam segala hal. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |