Hukum dan Kriminal

Imbas Aksi Bunuh Diri di Malang, Polisi Petakan Jembatan Rawan Dipakai Loncat

Selasa, 30 Mei 2023 - 19:53 | 45.45k
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto saat ditemui awak media. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto saat ditemui awak media. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa waktu lalu, terjadi aksi bunuh diri dengan melompat dari Jembatan Soekarno-Hatta (Suhat), Kota Malang. Untuk meminimalisas kejadian tersebut terulang, Polresta Malang Kota akan memetakan jembatan-jembatan yang rawan digunakan untuk melompat.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Budi Hermanto mengatakan, anggota Intel hingga jajaran Polsek se Kota Malang diminta untuk segera mendata fasilitas umum di area jembatan yang kerap atau rawan digunakan untuk meloncat oleh oknum aksi percobaan bunuh diri.

Advertisement

"Kasat Intel dan Kapolsek saya sampaikan untuk bisa mendata jembatan mana saja yang biasanya digunakan oknum yang ingin mengakhiri hidupnya, seperti di Suhat yang memang tak lengkap pelindungnya," ujar pria yang akrab disapa Buher, Selasa (30/5/2023).

Pihaknya akan segera mengkaji fasilitas di setiap jembatan wilayah Kota Malang untuk memastikan rawan atau tidak digunakan aksi bunuh diri.

"Kita kaji dan beberapa jembatan seperti Kahuripan dan lainnya kita inventarisir," ungkapnya.

Pemetaan tersebut dilakukan untuk memastikan apakah fasilitas di jembatan tersebut apakah sudah memenuhi standar aman guna meminimalisir oknum untuk melakukan aksi bunuh diri.

"Kajian akan kami buat Minggu ini untuk kita bicarakan ke Forkopimda agar bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat," tuturnya.

"Jadi setidaknya bisa memagar atau memberi kawat di jembatan agar sedikit memberi peluang orang melakukan bunuh diri," sambungnya.

Ia membeberkan bahwa setiap jembatan di Kota Malang harusnya bisa segera tercover untuk fasilitas umumnya. Sehingga, kata Buher, jika ada oknum yang ingin melakukan bunuh diri dengan cara melompat bisa mengurungkan niatnya, karena tak ada akses untuk meloncat dari jembatan tersebut.

"Minimal sarana itu tidak mudah (untuk orang meloncat). Sekarang kan terbuka orang bisa lompat saat ada itikad bunuh diri, apalagi sudah ada kejadian," jelasnya.

Disisi lain, ia juga membenarkan bahwa tingkat bunuh diri di Kota Malang saat ini tengah meningkat. Entah persoalan pribadi atau depresi, seharusnya bisa diminimalisir secara berkala.

Seperti halnya dalam kurun waktu satu Minggu kebelakang, sudah ada satu aksi bunuh diri berujung tewas dan dua lainnya percobaan bunuh diri yang berhasil digagalkan oleh masyarakat.

"Persoalan diri pribadi, kesehatan dan kejiwaan bisa jadi. Itu bagian yang harus kita selesaikan. Ini jadi persoalan bersama. Kita harus terlibat dan polisi RW memiliki peran disini," ungkapnya.

Tak hanya itu saja, ia juga tengah melakukan MoU bersama sejumlah perguruan tinggi di Kota Malang untuk melakukan trauma healing dan juga menangani kasus bullying.

"Kita sudah MoU dengan kampus, pemerintah dan beberapa komunitas serta masyarakat. Termasuk orang sekitar juga harus aware dan peduli. Bagaimana melihat dia untuk bisa dirangkul kita ajak dia bercerita agar bebannya ringan," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES