Indonesia Positif Universitas Islam Malang

Dr. Sama’ Iradat Tito, Penguak Misteri Hama Kutu Sisik Tanaman Apel Batu Malang

Senin, 19 Oktober 2020 - 09:40 | 202.55k
Dr. Sama’ Iradat Tito sedang mewawancarai salah satu petani apel di Desa Madiredo. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Dr. Sama’ Iradat Tito sedang mewawancarai salah satu petani apel di Desa Madiredo. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Dosen Biologi FMIPA Unisma Malang, Dr. Sama’ Iradat Tito, S.Si., M.Si, mengkaji, mendalami dan mengembangkan dari hasil disertasinya yang telah dilakukan di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Ia mengkaji tentang penyusutan jumlah perkebunan apel di Malang Raya. Lahan tanaman apel di Kabupaten Malang pun menyusut semula 1.016 hektar, tersisa 370 hektar. Alih lahan apel ke tanaman lain terjadi sejak tahun 2011.

Advertisement

Dr Tito mengungkapkan adanya hama seperti kutu sisik menjadi masalah besar yang dirasa sampai saat ini belum terdapat solusinya.

Total sebanyak 420 hektare kebun apel di Desa Madiredo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang terserang hama kutu sisik. Sekitar 90 persen area kebun teridentifikasi terserang hama ini. Sedangkan 10 persen sisanya hanya apel muda yang belum siap panen.

Apel

Kasus lain terjadi di Tulungrejo Kota Batu, hasil panen petani apel turun hingga 60 persen. Yang semula 1 hektar  dapat menghasilkan 30 ton apel tapi sekarang hanya 10 ton apel. Serangan hama kutu sisik biasa disebut warga sekitar sebagai penyakit mata ayam. Apel yang terinfeksi akan berwarna merah dengan dengan bintik-bintik pada kulit apel dan lama kelamaan buahnya (apel) akan membusuk.

Pada tahun 2020 ini, para petani apel secara umum menyatakan serangan hama kutu sisik  yang terparah. Menurut para petani, serangan hama kutu sisik selalu menyerang buah apel petani ketika memasuki musim penghujan tiba.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

“Hama kutu sisik di Batu telah berevolusi dimana hama ini sebenarnya adalah hama apel pada kawasan subtropis namun dapat bertahan di lokasi Batu yang beriklim tropis, yang bukan merupakan habitat aslinya.” Jelas Putra dari Prof. Dr. Agus Suryono, Dosen FIA Universitas Brawijaya Malang ini.     

Gagang Apel

Lebih lanjut, pria berkacamata yang menjabat sebagai kepala pusat studi kelestarian dan keseimbangan lingkungan (Pusdi K2L) FMIPA Unisma Malang tersebut menjelaskan evolusi yang dilakukan oleh hama kutu sisik di Batu, salah satunya adalah pembuatan perisai kutu sisik yang dapat berlangsung paling cepat dalam waktu satu hari dan paling lama dalam waktu tiga hari.

Hal inilah yang mengakibatkan kurang efektifnya penyemprotan yang dilakukan petani. Dan untuk boomingnya pada tahun 2020 ini adalah akibat adanya akumulasi pada tahun-tahun sebelumnya mengingat kutu sisik berumur 7,20 bulan dan fasenya yang tumpang tindih antara satu sama lain di lapangan. 

“Menurut penelitian yang saya lakukan, kematian kutu sisik dalam jumlah sedikit pada umur muda dan tinggi pada umur tua. Tipe seperti ini jarang diketemukan  pada serangga sehingga memang berpotensi over populasi,” papar suami dari Fitrah Kosasih.

Saran yang diberikan oleh pria yang dulu bekerja menjadi staff riset kelapa sawit Sinar Mas dan Musim Mas tersebut adalah perlu dilakukan pemangkasan (pruning) ranting yang terkena serangan kutu sisik dan pembuatan kanopi yang baik. Penggunanan perangkap lekat dan warna untuk monitoring dan pengendalian. Memberikan ruang pemaksimalan potensi serangan musuh alami terhadap kutu sisik pada bulan April-Mei dengan tidak mengadakan penyemprotan pada bulan tersebut serta menambahkan vegetasi sekitar kebun untuk kehidupan musuh alam. Dan penyemprotan intensif sebaiknya dilakukan pada awal Maret sampai akhir April dan pertengahan Juni sampai awal Oktober. Hal ini didasarkan hasil tabulasi dalam sejarah hidup kutu sisik di Batu.

Harapan dari Dr. Tito, dosen Biologi FMIPA Unisma Malang semoga apa yang disampaikan ini dapat membantu mengatasi hama kutu sisik tanaman apel. Dan semoga kita semua masih dapat menikmati apel produksi lokal dari hasil tangan bangsa sendiri. Semoga dan semoga. Salam hormat terhadap semua petani apel dan pecinta apel di Indonesia. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. Sama’ Iradat Tito, S.Si., M.Si, Dosen Biologi FMIPA Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-4 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES