Indonesia Positif

BBPP Batu Tingkatkan Nilai Tambah Susu dengan Produk Olahan

Minggu, 28 Maret 2021 - 16:22 | 28.59k
Arahan Kabalai BBPP BATU saat pembukaan BIMTEK Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Arahan Kabalai BBPP BATU saat pembukaan BIMTEK Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh Pertanian. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Salah satu komponen subsektor peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah agribisnis persusuan.

Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan dibeberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang sesuai untuk pengembangan agribisnis persusuan.

Advertisement

Usaha peternakan sapi perah khususnya dan persusuan nasional umumnya tidak dapat diabaikan perannya dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Pada satu sisi, usaha peternakan sapi perah dan persusuan nasional merupakan salah satu sarana untuk mencegah terjadinya lost generation dari bangsa Indonesia (khususnya bagi generasi muda) akibat kekurangan asupan protein.

Berdasarkan data UNDP (United Nations Development Programme), bangsa Indonesia menduduki peringkat ke 110 dan berada di bawah Vietnam.

Pada sisi lain, usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang pertanian yang berperan besar dalam menopang perekonomian nasional dan sebagai penyedia lapangan kerja., dan kondisi diatas yang melatarbelakangi kegiatan Bimtek yang diselenggarakan di Jombang Minggu (28/3/2021) mengambil topik Pengolahan Hasil Susu (Susu Segar, Susu Pasturisasi, Susu Sterilisasi).

bbpp batu

Dalam Pembukaannya Dr. Wasis Sarjono, S.Pt M.Si menyampaikan bahwa rendahnya produksi susu di Indonesia juga disebabkan oleh keterbatasan pakan hijauan, ketidaktersediaan sumber bibit sapi perah yang baik karena sifat genetik sapi yang menurun antara lain akibat perkawinan inbreeding yang dapat menurunkan produktivitas susu hingga 20%.

Banyaknya ras sapi perah dikawinkan dengan sapi potong dari ras Simental dapat mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan susu.

Di lain pihak, rendahnya penanganan penyakit pada sapi perah di beberapa daerah penghasil susu mengakibatkan banyaknya penyakit mastitis dan penyakit brucelosis yang dapat mengganggu kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu,

Menurut Wasis Sarjono rendahnya kualitas susu yang dihasilkan oleh peternakan rakyat diantaranya merupakan akibat sistem manajemen pemerahan dan penanganan susu yang belum sesuai standar sehingga berimbas pada susu peternak yang dihargai relatif murah oleh IPS dengan penetapan standar mutu susu yang semakin ketat.

"Untuk itu aspek penanganan pascapanen yang sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan perlu diperhatikan dan dterapkan dengan baik oleh peternak sapi perah," ungkapnya.

Kegiatan Bimtek  kali ini turut hadir pula Anggota Komisi IV DPR RI, Ema Umiyyatul Chusnah, ST, M, MPd dari fraksi PPP,  yang sering disapa dengan nama akrab Ning Ema dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kita sebagai pemuda melenial harus berani membuat perubahaan bagi Jombang.

Kita harus tunjukan bahwa Jombang punya potensi terutama gernerasi mudanya, apa yang tdak ada di Jombang, semua ada, sumber daya alam kita punya dari mulai kekayaan tanah, air dan lainya, sumberdaya manusia, kita juga punya, oleh sebab itu sudah tidak ada alasan lain bagi Jombang untuk tidak biasa maju sejajar dengan kota - kota besar yang lainya," jelasnya. 

Menurut Pontjo Tri Andajani, S.TP, MP  yang juga widyaiswara BBPP Batu saat memberi materi pada kegiatan bimtek kali ini menyampaikan, bahwa susu selain dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat pula diolah terlebih dahulu menjadi susu olahan.

Konsumsi masyarakat terhadap susu olahan lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi susu segar. Pengolahan susu tidak saja dilakukan oleh IPS tetapi juga industri rumah tangga. Pengolahan susu oleh industri rumah tangga dapat memberikan nilai tambah yang besar bagi usaha sapi perah rakyat.

Salah satu bentuk olahan susu yaitu susu pasteurisasi susu adalah pemanasan susu di bawah suhu didih untuk membunuh kuman atau bakteri patogen namun sporanya masih dapat hidup.

Ada 3 cara pasteurisasi yaitu: pasteurisasi lama (Low Temperature Long Time/LTLT). Pemanasan susu pada suhu yang tidak tinggi (62-65°C) dengan waktu yang relatif lama (0,5 -1 jam), pasturisasi singkat (High Temperature Short Time/HTST).

Pemanasan susu dilakukan pada suhu tinggi (85-95°C) dengan waktu yang relatif singkat (1-2 menit), pasteurisasi Ultra High Temperature (UHT). Pemanasan susu pada suhu tinggi dan segera didinginkan pada suhu 10°C (suhu minimal pertumbuhan bakteri susu).

Pasteurisasi UHT dapat pula dilakukan dengan memanaskan susu sambil diaduk dalam suatu panci pada suhu 81°C selama ±0,5 jam dan dengan cepat didinginkan.

"Pendinginan dapat dilakukan dengan mencelupkan panci yang berisi susu ke dalam bak air dingin yang airnya mengalir terus menerus," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES