Indonesia Positif

FISIP UB Bikin Perencanaan Bisnis dan Strategi Komunikasi Pariwisata di KJT

Senin, 30 Agustus 2021 - 11:16 | 36.05k
Pemaparan Materi terkait Pengelolaan Kampung Wisata Berbasis Lingkungan dan Keterlibatan Masyarakat dalam Pengabdian Masyarakat FISIP UB (29/08/21).
Pemaparan Materi terkait Pengelolaan Kampung Wisata Berbasis Lingkungan dan Keterlibatan Masyarakat dalam Pengabdian Masyarakat FISIP UB (29/08/21).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pandemi Covid 19 juga telah menutup semua kampung wisata yang ada di Kota Malang tak terkecuali Kampung Heritage Kayu Tangan (KJT). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) melihat peluang bagi KJT untuk melakukan kegiatan positif yaitu membuat perencanaan bisnis dan starategi komunikasi pariwisata.

FISIP UB menggelar sesi Program Pengabdian Masyarakat Tahun 2021 dengan mengusung topik “Peningkatan Kapasitas Pokdarwis Kampung Heritage Kayutangan dalam Perencanaan Komunikasi Pariwisata dengan Pendekatan Lingkungan dan Keterlibatan Masyarakat” Minggu (29/08/21).

Advertisement

Workshop daring kali ini fokus membahas proses pengembangan Kampung Wisata melalui kacamata komunikasi pariwisata, bisnis, dan lingkungan. Kegiatan yang diketuai oleh Maulina Pia Wulandari, Ph.D, adalah bagian dari Program Pengabdian Masyarakat 2021 Kelompok Jabatan Fungsinal Dosen (KJFD) Komunikasi Strategi FISIP UB, bekerja sama dengan Pokdarwis Kampung Heritage Kayu Tangan.

Dalam kesempatannya, Pia yang dikenal sebagai pakar Manajemen Isu dan Krisis UB yang juga fokus pada Komunikasi Pariwisata menjelaskan bahwa penting bagi Kampung Wisata untuk sadar betul kesiapan internal KJT dalam mengembangkan kampungnya sebagai kampung heritage secara serius.

Ia menegaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, sebagian besar kampung wisata di kota Malang belum memiliki perencanaan bisnis.

“Perencanaan bisnis yang matang dan professional harus dimiliki oleh setiap kampung wisata di Kota Malang agar kampung wisata bisa berjalan secara berkelanjutan, bisa maju dan menjadi destinasi unggulan”, kata Pia.

“Jadi jangan asal bikin saja tapi tidak tahu bagaimana running business tempat wisata,” tegas perempuan yang juga Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UB.

jembatan-ala-eropa-disalah-satu-sisi-wisata-Kampung-Kayutangan-Heritage-Kota-Malang.jpg

Menurut Pia, si masa pandemi ini, KJT tidak bisa diam menunggu wisatawan hadir. Justru momen ini sangat bagus bagi pokdarwis untuk membuat business plan atau perencanaan bisnis tidak hanya berbicara tentang perencanaan uang saja, tetapi perencanan dari semua aspek mulai dari evaluasi diri, SDM, lingkungan, asset, strategi pemasaran, hingga keterlibatan masyarakat. "Kita akan mendampingi pokdarwis KJT dalam mengisi Lembar Kerja Perencanaan Bisnis KJT,jelas Pia.

Dalam workshop ini turut dihadirkan Kepala Seksi Pemberdayaan Fasilitas dan Pengembangan SDM Koperasi, Bidang Koperasi Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Malang, Agus Sartono, yang menjelaskan pentingnya kemandirian dan sinergi masyarakat dalam peningkatan kapasitas Pokdarwis, melalui pendirian koperasi.

Agus menjelaskan bahwa kehadiran koperasi bisa memberikan membantu memenuhi kebutuhan bisnis kampung wisata. “Kampung wisata yang dikelola dan melibatkan masyarakat sejalan dengan semangat koperasi yang dikelola oleh anggota koperasi yang berasal dari masyarakat dan pengelola KJT”, kata Agus.

“Maju mundurnya koperasi ada di tangan anggota. Begitu juga dengan berkembangnya koperasi, bergantung dari adanya sinergi antara manajemen dan anggota untuk memanfaatkan peluang yang ada di lingkungan,” jelas Agus.

Ia juga mengungkapkan bahwa dibutuhkan keseriusan dan komitmen dari seluruh anggota KJT dalam pembentukan koperasi. Ia kembali menegaskan hakikat dari pendirian koperasi itu sendiri, yaitu adanya kebutuhan dan kepentingan ekonomi yang sama.

Kegiatan ini ditutup dengan pemaparan materi dari Syahirul Alim, S.Sos., M.Si, selaku dosen Ilmu Komunikasi UB, dengan berfokus kepada Pengelolaan Kampung Wisata Berbasis Lingkungan dan Keterlibatan Masyarakat. Alim mengatakan bahwa, sebagai Kampung Wisata, KJT harus memperhatikan prinsip pengembangan pariwisata, salah satunya adalah environmentally sustainable.

“Prinsip yang harus menjadi landasan dalam pengembangan Kampung Kayutangan di antaranya: tinggalan budaya dan alam yang lestari, harus dapat diterima oleh masyarakat lokal, memperhatikan manfaat ekonomi yang dihasilkan, dan tentunya kepuasan wisatawan,” jelas Syahirul.

Sementara itu, aspek partisipasi masyarakat turut menjadi perhatian dalam pembahasan kali ini. Sebagai kampung wisata yang melibatkan warganya secara langsung, Syahirul turut menegaskan bahwa penting diperhatikan tujuan dari keterlibatan masyarakat itu sendiri itu menghasilkan kesadaran dan tanggung jawab bersama.

“Tujuan dari partisipasi masyarakat adalah agar masyarakat sadar bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan, dan mereka berhak mendapat manfaat dari pengembangan pariwisata yang telah mereka rencanakan,” tutup Syahirul. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES