Indonesia Positif

Perjuangan DeGus Alumni UC Surabaya dalam Berbisnis Madu Fermentasi di Tengah Pandemi

Jumat, 01 Oktober 2021 - 13:03 | 174.24k
Kemasa Madu Ningrat Kencana.
Kemasa Madu Ningrat Kencana.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BALI – “Entrepreneur terlahir bukan hanya karena The Power of Talent, tetapi juga karena The Power of Kepepet”. Itulah yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Bali di era pandemi virus corona ini yang telah menghancurkan pariwisata Bali bahkan seluruh dunia pun ikut terdampak. Alumni Universitas Ciputra atau UC Surabaya, I Gede Bagus Angga Pradana, yang biasa disebut DeGus yang berarti “Gede Bagus”, juga mengalami hal yang sama selama Pandemi.

DeGus sudah berkeluarga memiliki istri dan 2 anak perempuan, dia berasal dari Sanur yang terletak di Ibu kota Bali yaitu tepatnya di Denpasar Selatan. Dia terlahir di keluarga yang cukup dan memiliki usaha family bisnis yaitu Perhotelan yang dibangun sekitar tahun 2007.

Advertisement

Dia membantu ayah mengelola hotel milik sendiri di tahun 2016 yang bernama The Yuma Bali Hotel dengan konsep hotel transit yang memiliki 21 kamar, dan Puri Yuma Hotel Villa (Grand Yuma) yang memiliki 65 kamar termasuk private villa yang semua berlokasi di Sanur.

Dia juga memiliki usaha bersama teman-teman yaitu menjadi Sub-Contractor ke perusahaan BUMN. Sebelumnya mem dia juga membantu orang tua. Lulusan S1 di Universitas Ciputra Surabaya sempat juga menjalani kerja di bagian manajemen sebagai sales executive di Ciputra Golf Resort yang juga terletak di Surabaya.

Setelah 2016 menikah di bulan Mei, dia kembali ke bali bersama istri untuk membantu mengelola usaha hotel orang tua. Sebelum pandemi merusak tatanan keuangan dan kehidupan masyarakat Bali, kehidupan DeGus dan keluarga baik-baik saja.

Ketika pandemi melanda di seluruh dunia, termasuk di Bali pada awal tahun 2020, usaha hotel keluarga tutup cukup lama dan proyek subcontractor macet semua sehingga tidak ada pemasukan sama sekali tetapi kewajiban seperti menghidupi keluarga dan tanggungan hutang tetap berjalan. Istilahnya, pengeluaran seperti air keran yang tak berhenti mengalir, tetapi pemasukan seperti air di gurun yang terbatas.

Dari dunia luar tidak begitu terlihat bagaimana melaratnya masyarakat Bali yang terbiasa nikmat dengan hasil pariwisatanya mendadak semua tidak ada pemasukan sama sekali. Sehingga  sebagian besar masyarakat hidup dari asset dan tabungan mereka. Dan semua terjadi sampai 1 tahun lebih dari 2020 maret sampai sekarang 2021 pertengahan tahun.

Karena keadaan yang sangat terdesak, mendadak semua menjadi pedagang, bahkan banyak yang rela mempertahankan mobilnya yang cukup mewah dengan digunakan sebagai jualan bubur / dagangan lainnya dipinggir jalan. Dan itu terjadi hampir 2 tahun belakangan ini.

Seperti halnya yang dialami banyak orang di Bali, DeGus, juga mengalami hal yang sama. Dia harus  berjuang menjadi pengais receh atau serabutan untuk menghidupi keluarga, yang kalau digambarkan, esok hari harus beli beras dengan uang seadanya.

Bukan hanya itu sebagai rakyat Bali juga tetap menjalankan adat Bali yang cukup banyak mengeluarkan biaya di era sulit seperti ini. Tetap semua kembali adalah rencana Tuhan pada umatnya, untuk menjadikan kita sebagai manusia yang kuat, “What doesn’t kill you, make you stronger”. Setelah semua yang dijalankan sebagai pejuang receh, tiba waktunya takdir Tuhan memberikan jalan untuk hidup dia dan keluarga.

Di mana teman lama DeGus memberikan jalan untuk menjadi pengusaha madu dengan resep langka yaitu madu fermentasi. Awalnya madu yang dimiliki teman DeGus tidak diperjualbelikan; namun digunakan hanya untuk pengobatan keluarganya dan kerabatnya yang berada merantau diseluruh Indonesia.

Karena stok yang berlimpah di desanya yang terletak di salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur dan ingin juga membantu desanya. Diajaklah DeGus sebagai partner untuk mengembangkan produk madu fermentasinya.

Dimulai dari tanggal 9 mei, dengan uang yang tersisa 10ribu, DeGus mencoba membeli botol plastik yang dijual dipinggir jalan. Kemudian dia packing madunya dengan brand dari logo yang dibuat dengan aplikasi gratis di smartphone, bahkan mencetaknya stikernya pun dengan berhutang ke teman yang punya usaha percetakan.

Dengan harga yang cukup mahal sekitar Rp 250ribu/ botol 250ml sampai Rp 400ribu/ 500ml, banyak yang awalnya tidak percaya dan takut membeli karena dikira palsu dan madu fermentasi masih asing ditelinga masyarakat kita.

Tetapi berjalannya waktu, banyak konsumen yang mulai merasakan manfaatnya apalagi di era ppkm berjilid-jilid serta berita banyaknya kematian akibat covid membuat konsumen berani mencoba produk-produk kesehatan dan menyadari pentingnya hidup sehat.

Sebagai seorang yang awalnya owner Hotel dan kontraktor menjadi pedagang madu membuat kita menyadari pentingnya beradaptasi disetiap situasi dan tidak mudah terlena dengan zona nyaman.

Dengan berjalannya waktu, dia, istri dan partner bisnisnya sedikit demi sedikit meningkatkan kualitas produk madu fermentasi dari packaging, mengurus perizinan yang dibutuhkan. Dia akhirnya menamakan perusahaannya CV. Ningrat Kencana, dan sudah mendapatkan izin industri rumah tangga dari dinas kesehatan untuk meningkatkan dan menjamin kualitas.

Sampai sekarang ini di bulan September akhir 2021 (5 Bulan); dia  sudah berhasil menjual 700 botol hampir ke seluruh Indonesia. Dan sekarang dalam proses untuk izin BPOM. Karena stok yang terbatas akibat harus melalui proses fermentasi yang cukup lama yaitu 1-2 tahun, menjadikannya belum bisa menjadi industri besar dalam menyediakan stok untuk perusahaan retailer atau supermarket.

Sehingga dia menjual produk dalam keadaan ekslusif atau terbatas. Dan dia sudah bersiap untuk menyediakan produk-produk kesehatan herbal alami lainnya untuk membantu menyeimbangkan penjualan.

Madu yang merupakan produk dari DeGus merupakan satu-satunya produk madu dengan metode pengendapan fermentasi alami (seperti anggur) beserta dengan sarang lava lebah selama kurang lebih 1-2 tahun. Madu tersebut dipanen dari dari Lebah Trigona Hutan (Klanceng).

Madu adalah cairan yang dihasilkan dari proses nektar yang dikonsumsi para lebah lalu diolah oleh zat dari asam lambung  khusus dari lebah dan dimuntahkan. Sehingga menghasilkan cairan yang bernutrisi tinggi seperti asam amino, vitamin, dan mineral. Pengobatan manusia bahkan hewan menggunakan madu sudah terjadi beribu-ribu tahun yang lalu dan sampai sekarang menjadi pengobatan tradisional paling mujarab.

Banyak jenis madu dari lebah yang berbeda-beda bahkan madu banyak diambil dari hasil peternakan lebah secara madiri ataupun industri seperti jenis lebah apis melifera yang banyak hasil madunya dijual dipasaran. Dengan banyaknya permintaan madu dipasaran, terkadang membuat produsen menggunakan cara yang tidak baik untuk memproses madu agar cepat produksi skala besar.

Contoh, banyak industri madu menggunakan air gula untuk memberi pangan ternak lebah sehingga mempercepat proses panen yang mengakibatkan lebah tidak secara alami memproses nektar menjadi madu. Bahkan banyak industri kecil juga mencampir madu dengan air rebus caramel khusus sehingga madu yang diproduksi tidak asli atau bahasanya oplosan. Sangat susah membedakan madu asli dan palsu bahkan uji laboratoriumpun tidak bisa 100% valid.

Perihal madu, sebenarnya kandungan yang sangat mahal di sarang lebah bukanlah madu melainkan sarang lebah itu sendiri. Selain cairan madu, di dalam sarang larva lebah terdapat kandungan Bee Pollen (Serbuk Sari atau nectar yang dikumpulkan tapi belum sepenuhnya diolah lebah menjadi madu), Royal Jelly (sarang kecil berbentuk bulat ukuran jempol yang didalamnya terkandung olahan susu khusus untuk dikonsumsi oleh ratu lebah agar dapat terus bereproduksi), dan Propolis (kandungan lem atau wax yang membentuk sarang lebah menjadi bentuk segi enam, dan berasal dari ludah lebah yag tinggi akan gizi). Semua nutrisi yang dijelaskan tersebut sangat mahal, bergizi tinggi dan sangat susah diolah untuk dikonsumsi langsung karena sangat sedikit.

Dalam metode moderen, Nutrisi selain cairan madu akan dipisah oleh industri besar dan diolah secara kimia untuk mendapatkan ekstraknya. Tetapi di suatu pedalaman Hutan di Nusa Tenggara Timur, metode yang digunakan adalah merupakan tradisi para leluhur terdahulu yang diyakini berasal dari kerajaan di Jawa zaman dahulu.

Cara yang digunakan adalah mengendapkan madu beserta sarang larvanya selama kurang lebih 1- 2 tahun tanpa campuran apapun (Fermentasi Alami), Sehingga seluruh nutrisi dari sarang larva terekstrak menjadi satu dengan madu. Karena melalui proses yang begitu lama, menjadikan madu fermentasi sangat jarang ditemui dipasaran.

Ada 500 jenis lebah trigona, dan di Indonesia terdapat 37 jenis. Lebah Apis Florea Trigona bersifat monoflora, jadi hanya mengkonsumsi 1 nektar. Hanya madu dari sarang liar hutan yang dapat menjalani proses fermentasi dan tidak bisa basi / rusak dikarenakan prosesnya bersifat alami tanpa campur tangan manusia seperti pemberian antibiotic, flora yang sudah terkontaminasi oleh pestisida, dan lingkungan berpolusi. Karena proses inilah yang menjadikan madu fermentasi berbeda dari madu dipasaran dan cukup langka.

Madu fermentasi lebih mudah terserap oleh tubuh dibandingkan dengan  madu biasa karena melalui proses fermentasi yang begitu lama, kadar gula madu murni dalam madu menurun drastis serta larutnya semua nutrisi sarang lebah  menjadi satu jadi sangat baik untuk pengobatan organ dalam serta sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Fungsi madu fermentasi yang utama adalah untuk mengobati asam lambung akut, meningkatkan imunitas, meredakan demam, sakit tenggorokan, flu bahkan meningkatkan metabolisme dan vitalitas. Konsumsi madu fermentasi sangat efisien karena hanya 1 sendok teh dalam keadaan perut kosong dalam kondisi baru bangun atau sebelum makan.

Jadi sangat hemat dan efektif membantu penyembuhan. Madu Ningrat Kencana buatan DeGus menggunakan packaging khusus untuk pengiriman luar pulau dikarenakan tingginya gas polifenol dalam madu sehingga dapat terjadi peluapan dan bahkan meledak saat diperjalanan yang melewati tekanan udara yang sangat tinggi.

Harapan DeGus supaya dia memperbesar bisnis madu fermentasinya, dan juga bisa membantu masyarakat desa dimana asal madu fermentasi ini berasal supaya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat di sana. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bisnis madu DeGus bisa dilihat di Ig.kencana.madu.

Dalam hal ini, ilmu dan pengalaman dia selama kuliah di Universitas Ciputra atau UC Surabaya, mampu membuat dia menjadi pribadi yang tangguh , ulet dan siap untuk memulai bisnis baru di tengah kesulitan yang dia hadapi karena pandemi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES