Indonesia Positif

Sevima Gelar Webinar Bahas Mengenai Kampus Negeri Dilarang Angkat Dosen Honorer

Selasa, 14 Desember 2021 - 14:04 | 58.59k
Webinar yang digelar oleh Sevima (FOTO: Tangkapan Layar Zoom Sevima)
Webinar yang digelar oleh Sevima (FOTO: Tangkapan Layar Zoom Sevima)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Serupa dengan fenomena guru honorer di sekolah, dosen di kampus negeri selama ini terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non-PNS (honorer). Mulai dari 1 Desember 2021 ini, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengeluarkan Surat Edaran yang tidak lagi memperkenankan pengangkatan dosen tetap non-PNS baru.

Melihat hal tersebut PT Sentra Vidya Utama (Sevima) menyelenggarakan Webinar dengan mengambil tema mengenai pengangkatan dosen harus melalui jalur Calon Aparatur Sipil Negara (CASN). Dengan beberapa narasumber yaitu Dr. Mohammad Sofwan Effendi selaku Direktur Sumberdaya Kemdikbudristek, Dr. Dede Yusuf selaku Pimpinan Komisi X DPR-RI dan Direktur SEVIMA Ridho Irawan.

Advertisement

Mengenai perekrutan dosen baru di kampus negeri wajib dilakukan melalui seleksi CASN, yang dulu biasa disebut sebagai Seleksi CPNS. Hal tersebut tertulis di Surat Edaran tersebut bernomor 68446/A.A3/TI.00.02/2021 dan ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kemdikburistek.

Diungkapkan oleh Dr. Mohammad Sofwan Effendi menjelaskan pada acara Webinar Komunitas Sevima bahwa larangan ini sebenarnya bukan dikeluarkan dari Kemdikbudristek. Kebijakan ini merupakan amanat dari Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah 49/2018, bahwa dosen di kampus negeri seharusnya memang berstatus sebagai pegawai negeri.

“Kemdikbudristek telah memberikan kelonggaran selama kurang lebih tiga tahun, sampai 1 Desember 2021. Kedepan, dosen wajib melalui seleksi CASN. Sehingga diharapkan, kualitas dan kesejahteraan dosen meningkat,” ungkap Sofwan.

Dede Yusuf

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Sevima Ridho Irawan menggarisbawahi besarnya dampak dari kebijakan ini kepada operasional kampus. Terlebih, mayoritas kampus negeri di Indonesia sebenarnya kampus kecil yang kekurangan dosen. Jika tidak ada dosen honorer, maka akan ada tantangan tersendiri untuk proses belajar mengajar.

“Memang ketika membicarakan kampus, yang biasa kita bayangkan adalah kampus besar yang sudah canggih dalam penggunaan Sistem Akademik Digital berbasis awan (Siakadcloud). Padahal sebenarnya ada lebih dari 4.500 kampus se-Indonesia, dan jumlah dosen non-PNS se Indonesia totalnya sekitar 180.000 orang,"

"Kampus-kampus yang mayoritas menengah kecil ini, jangankan memiliki jumlah dosen yang cukup. Sebagian diantaranya bahkan kekurangan mahasiswa dan terancam tutup,” lanjut Ridho.

Walaupun demikian, sambung Dr. Dede Yusuf selaku Pimpinan Komisi X DPR-RI yang membidangi pendidikan, peningkatan kualitas dosen di kampus memang sudah mendesak. Terlebih, perkembangan teknologi dan perubahan dunia berlangsung secara cepat.

Diperlukan pengajar terbaik untuk menyiapkan anak-anak bangsa dengan sebaik mungkin dalam menghadapi fenomena bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

Sevima a

“Selama ini di daerah, ada dosen honorer digaji 750 ribu rupiah sebulan. Maka dari itu, kita cari dosen yang terbaik di bidangnya, dan yang membayar nanti (sebagai PNS) adalah anggaran negara. Sedangkan dosen honorer yang sudah di kampus, akan diikutkan seleksi CASN sehingga kesejahteraannya ikut meningkat,” jelas Dede Yusuf.

Kesejahteraan diharapkan sejalan dengan peningkatan kualitas dosen. Oleh karena itu Dede Yusuf bersama para narasumber juga  berbagi tips dan strateginya bagi kampus dan para dosen untuk meningkatkan diri.

Pertama, dosen perlu memiliki kemampuan untuk menggerakkan mahasiswa dan teman sejawat. Tantangan pendidikan kedepannya akan semakin kompleks. Sehingga seorang dosen tak hanya bertugas mengajar saja.

Kedua, dosen harus bisa memanfaatkan literasi digital dengan baik. Sudah ada banyak teknologi yang tersebar luas di internet dan dapat digunakan untuk pengembangan diri dosen maupun kampus. Mulai dari sistem pembelajaran berbasis awan (Siakadcloud), hingga aplikasi berbasis video untuk pembelajaran seperti Zoom.

Ketiga, dosen perlu terus belajar dan meningkatkan kompetensi. Dosen tidak boleh lelah belajar, karena ilmu pengetahuan juga terus berkembang.

“Menjadi dosen adalah menjadi sosok yang terus belajar. Saran saya kepada Bapak/Ibu dosen yang juga akan mengikuti seleksi CASN, rajin belajar dan banyak berdoa. Tidak hanya saat ujian, tapi sepanjang hayat,” jelas Sofwan Direktur Sumberdaya Kemdikbudristek. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES