TIMESINDONESIA, MALANG – Universitas Islam Malang (UNISMA) kembali menggelar wisuda untuk periode ke-67 secara serentak yang akan diikuti oleh 1.124 wisudawan. Mereka akan mengikuti prosesi wisuda yang dibagi dalam waktu dua hari, Sabtu-Minggu (14-15/5/2022) untuk mengurai kerumunan.
Wakil Rektor 1 Unisma Prof Drs H Junaidi MPd PhD menjelaskan bahwa wisuda periode ke-67 yang dilaksanakan selama dua hari adalah wisuda pertama yang tidak berbasis semester.
Advertisement
"Sebelumnya berbasis semester untuk mahasiswa yudisium semester ganjil dan genap. Sekarang dengan pertimbangan jumlah wisudawan dan lain lain, maka wisuda kita kali ini tidak menggunakan basis semester tapi periode saja yakni periode 67," ungkapnya.
Jumlah wisudawan yang mencapai 1.124 ini akan menjalani prosesi wisuda di tengah kondisi pandemi Covid-19. Pihak kampus membatasi pendamping maksimal 2 orang.
"Ini sudah seperti normal dalam prosesi wisudawan, tapi dalam teknis protokol kesehatan Covid-19 tetap diperketat. Yang sudah vaksin 3 tidak perlu menyertakan swab antigen," tegasnya.
Menurut Junaidi, Unisma konsisten memberikan pembekalan kepada mahasiswa dan calon wisudawan tentang keterampilan kewirausahaan agar mahasiswa tidak hanya berpikir mencari pekerjaan tapi juga menciptakan lapangan kerja.
"Kita dorong mahasiswa berpikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan," ungkapnya.
Wisuda kali ini UNISMA bertabur prestasi yang diisi oleh para jawara di masing-masing program studi. Ada 13 wisudawan terbaik mulai dari jenjang doktoral, magister, profesi dokter, dan jenjang S1.
Novi Dyastuti Rusidik, M.Kn misalnya, berhasil lulus predikat Dengan Pujian yakni mengantongi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4.00 yang ditempuh selama 3 semester.
Perempuan asal Malang ini bersyukur menjadi wisudawan terbaik. Hal ini menjadi kado untuk dirinya dan keluarga tercinta. Sebab, ia ingin menunjukkan kepada sang suami tercinta bahwa studi S2 bisa ia tempuh dengan maksimal dan penuh dengan prestasi.
dr Sagita Nindra Pratama, juga tampil sebagai wisudawan terbaik dari profesi dokter. Ia bercerita pengalamannya selama studi di Unisma.
"Berkesan banget bagi saya karena saya tidak pernah mondok. Di Unisma kan wajib di asrama 1 tahun pertama. Saya merasakan betul masa-masa keakraban bareng temen-temen dan meningkatkan spiritual kita," bebernya.
Sementara itu, kisah inspiratif juga ditebarkan oleh Firda Rahayu Aisyah, S.Ak dengan IPK 4.00 predikat Dengan Pujian. Mahasiswa yang menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini patut bersyukur. Sebab, kedua orang tuanya tidak selesai menamatkan jenjang studi di tingkat Sekolah Dasar (SD). Bahkan, ketika hendak kuliah di Unisma, Firda kerapkali mendapatkan statemen nyinyir dari rekan dan tetangganya.
"Anak-anak seusia saya di kampung saya enggak ada yang kuliah. Orang tua saya petani. Awal masuk kuliah dihujat tetangga. Mereka bilang buat apa kuliah. Begitu," ungkapnya.
Namun, Firda saat ini berhasil menunjukkan keseriusannya dengan menjadi wisudawan terbaik di UNISMA. Tak hanya itu, Firda mampu menempuh studi 7 semester. Ke depan, ia ingin mengajak saudara dan kawan-kawannya untuk sadar pentingnya pendidikan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |