Indonesia Positif

Gelar Bimtek di Badung, Polbangtan Malang Dorong Produktivitas Petani dan Penyuluh

Jumat, 20 Mei 2022 - 14:00 | 32.67k
Kementan melalui Polbangtan Malang bersama Komisi IV DPR RI menggelar Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Badung. (Foto: Polbangtan Malang for TIMES Indonesia) 
Kementan melalui Polbangtan Malang bersama Komisi IV DPR RI menggelar Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Badung. (Foto: Polbangtan Malang for TIMES Indonesia) 
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BADUNG – Kementerian Pertanian melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) berkolaborasi dengan Komisi IV DPR RI terus berupaya meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Salah satu upayanya dengan meningkatkan kapasitas dan kompetensi penyuluh pertanian di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Badung, Bali.

Sejumlah 100 orang meliputi 43 orang petani dan 57 orang penyuluh di Kabupaten Tabanan hadir dalam kegiatan Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh yang digelar di Hotel Made Bali, Jumat (20/5/2022).
Bimtek kali ini membahas mengenai pemanfaatan teknologi pertanian menuju pertanian yang lebih efisien, ekonomis, dan modern. 

Advertisement

Agenda bimtek dibuka oleh anggota Komisi IV DPR RI Drs. I Made Urip, M.Si, Kepala Bagian Umum Polbangtan Malang Novi Nuraini, S.Si., MP., dan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana, S.Sos., M.Si.

I Made Urip menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian dan anggota Komisi IV DPR RI serius untuk mewujudkan peningkatan produktivitas sektor pertanian. 

"Bimtek ini merupakan upaya dari kami di tingkat Kementerian Pertanian dan DPR RI agar kapasitas petani semakin meningkat dengan diimbangi penyuluh pertanian yang kompeten," ujarnya. 

Dia menambahkan bahwa sektor pertanian tumbuh selama pandemi Covid-19, sehingga Bali tidak boleh bergantung pada sektor pariwisata saja, sektor lain harus kuat juga salah satunya pertanian yang sudah menjadi kultur masyarakat Bali.

Sementara Novi Nuraini mengatakan, Polbangtan Malang tetap konsisten dalam meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh pertanian dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat Indonesia. 

Polbangtan-Malang-2.jpgBimtek Peningkatan Kapasitas Petani dan Penyuluh di Badung, Bali. (Foto: Polbangtan Malang) 

"Harapannya petani dan penyuluh berkolaborasi. Petani usia muda harus memberikan sumbangsih ke dunia pertanian melalui inovasinya, sehingga pertanian kita menjadi maju mandiri modern," ujarnya. 

I Wayan Wijana menyambut baik diselenggarakannya bimtek peningkatan kapasitas petani dan penyuluh di Kabupaten Badung. Menurutnya, semua harus memperhatikan kualitas petani dan penyuluh.

Teknologi, informasi, dan daya dukung sarana prasarana pertanian harus menjadi perhatian kbersama. Apabila tidak diperhatikan maka akan tertinggal baik dari segi kualitas maupun produktivitas. 

"Kita memiliki keterbatasan lahan sehingga petani dan penyuluh harus memanfaatkan teknologi pertanian," ujarnya.

Terdapat dua materi yang disampaikan oleh dua narasumber. Materi pertama tentang inovasi teknologi pertanian menuju pertanian maju, mandiri, dan modern. Materi ini disampaikan oleh Dr. drh. I Made Rai Yasa, MP. 

Dia menyampaikan bahwa terdapat beberapa varietas unggul komoditas pertanian yang dapat diaplikasikan di Bali, misalnya varietas padi Inpari Nutri Zinc yang memiliki potensi hasil 9,98 ton/hektare dan varietas jagung Nakula sahadewa (Nasa) 29 yang memiliki keunggulan terhadap penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun. 

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa bagi petani yang memiliki itik untuk dapat melepaskannya ke sawah saat pra olah tanah karena itik tersebut dapat mengurangi populasi keong, serangga, gulma, dan lain-lain.

Materi kedua tentang pertanian organik yang disampaikan oleh Dr. Ir Abdul Farid, MP. Dia menjelaskan tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan tidak merusak lingkungan. 

Lebih lanjut dosen Polbangtan Malang itu menjelaskan, untuk mengubah lahan anorganik menjadi organik membutuhkan konversi selama satu hingga tiga tahun dengan pengelolaan berdasarkan prinsip pertanian organik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES