Indonesia Positif

Dua Kiai NU Pamerkan Karya Lukis Sarat Reliji

Sabtu, 10 September 2022 - 23:28 | 66.41k
Acep Zamzam Noor berfoto didepan karya lukisnya yang dibuat pada tahun 2020 (Foto: Megha Nugraha/Times Indonesia)
Acep Zamzam Noor berfoto didepan karya lukisnya yang dibuat pada tahun 2020 (Foto: Megha Nugraha/Times Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Dua kiai Nahdhatul Ulama (Kiai NU) melakukan pameran karya lukis tunggal dalam satu galeri, pada Sabtu (10/9/2022).

Pameran seni rupa yang dihelat di Galeri Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan, Bandung ini menampilkan karya-karya dari Acep Zamzam Noor dan Ahmad Faisal Imron.

Advertisement

Meski berbeda konsep dalam berkarya, karya lukis mereka kali ini sama-sama bercorak abstrak. Dalam karya Acep Zamzam Noor tampak lebih kontemplatif dan relijius, sementara Ahmad Faisal Imron berbicara pesan moral dan kritik sosial terhadap perilaku manusia.

Dikuratori oleh Isa Perkasa, menurutnya seni menjadi salah satu media untuk menyampaikan dakwahnya untuk umat. Dengan begitu lukisan abstrak kontemporer karya seniman ini sarat akan religi. Karya seni rupa relijius islami tidak harus dengan bentuk kaligrafi arab, yang terpenting adalah isi muatannya.

“Mengingatkan kita terhadap bagaimana kondisi dan situasi Islam itu dalam bernegara. Karena banyak berita ketidakharmonisan dalam Islam itu sendiri. Ketika mereka hadir, bahwa seni juga dapat membawa pencerahan dan bisa memberikan dakwahnya untuk umatnya,” jelas Isa disela pameran saat diwawancarai TIMES Indonesia, pada Sabtu (10/9/2022).

Menariknya,  pada karya mereka tambah Isa, terdapat banyak sekali kesamaan baik dari kekaryaannya maupun dalam proses berkeseniannya.

“Keduanya selain sebagai pelukis juga penulis puisi yang bagus,” ungkapnya.

Seni-Lukisan.jpg

Pada kesempatan itu, Acep Zamzam Noor mengungkapkan karya lukisnya berupa doa dan harapan yang divisualkan tanpa beban. Konsep lukisan puisi yang bergaya abstrak tanpa unsur figuratif. Sehingga beberapa lukisannya dikerjakan seperti sedang menulis catatan harian yang spontan, mengalir dan sepenuh hati.

“Garis, warna, bidang saling merespons, kadang muncul juga tulisan sebagai bagian dari komposisi, sebagai penampakan suara hati,” jelas Acep.

Karya lukis yang dipamerkan sebanyak 30 karya yang bergaya abstrak ini, merupakan lukisan puisi bagi dia.

Peralihan dari abstrak figuratif ke abstrak relijius ini jelas Acep dikarenakan saat covid-19 yang sudah terjadi lebih dari dua tahun. Mengharuskan dirinya berdiam diri  di rumah tanpa bisa kemana-mana.

Kontemplasi di saat malam hari menjelang subuh adalah waktu yang tepat untuk berkarya. Keheningan dalam tahajud dan doa menjadi inspirasi bagi pria kelahiran Cipasung Tasikmalaya ini.

Sementara dalam karya Ahmad Faisal Imron berbicara persoalan perilaku manusia. Pengendalian diri, semacam bentuk telaah dan sindiran atas peristiwa atau kasus-kasus yang selama ini terjadi.

Ahmad-Faisal-Imron.jpgAhmad Faisal Imron berfoto didepan karya lukisnya yang berjudul 'Setiap Manusia Adalah Nabi' (Foto: Megha Nugraha/Times Indonesia)

“Tidak adanya kontrol diri dalam hidup bermasyarakat, dalam bertetangga, dalam membuang sampah, dalam menjaga lingkungan, pelecehan hingga korupsi,” papar dia.

Menurutnya, perenungan saat malam menuju subuh melakukan wirid dan dzikir adalah waktu yang tepat untuk proses kreatif karya seni rupa, puisi dan musik. Sebanyak 23 lukisan dan satu karya mix media berupa print yang dikolaborasikan dengan tanah dan daun, yang diolah lagi dengan coretan drawing.

Pesan moral atas karya lukis Ahmad ini juga berkaitan dengan kerusakan lingkungan dan akhlaq, perilaku manusia, korupsi, hingga pelecehan seksual. “Seperti yang terjadi belakangan ini di pesantren yang dilakukan oleh oknum guru ngaji. Oknum kiai sebagai predator seksual,” papar pria kelahiran Ciparay, Kabupaten Bandung ini.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES