Indonesia Positif

Pakar Ekonomi UNAIR: Penyesuaian Harga BBM Momentum Perbaikan Struktur Pemberian Subsidi

Senin, 12 September 2022 - 13:42 | 27.38k
Ilustrasi BBM Subsidi. (FOTO: kompas.com)
Ilustrasi BBM Subsidi. (FOTO: kompas.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Wisnu Wibowo menilai, langkah pemerintah menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dapat dijadikan momentum untuk memperbaiki alokasi dan struktur pemberian subsidi kepada masyarakat.

Kata dia, keputusan pemerintah menyesuaikan harga BBM saat ini sudah sangat tepat, pasal sejak awal tahun harga minyak mentah dunia terus merangkak naik. Bahkan pada bulan Maret sempat tembus lebih dari USD 100 per barel.

Advertisement

”Sekarang memang ada penurunan yaitu sekitar USD 85 per barel, tapi jangan lupa asumsi APBN kita untuk BBM hanya USD 63 per barel. Ini yang membuat sistem fiskal kita jebol. Jadi penyesuaian harga ini adalah alternatif yang bisa ditempuh pemerintah untuk menyelamatkan APBN kita,” ujar Wisnu, Senin (12/9/2022).

Wisnu lalu menjelaskan, sejak Maret pemerintah sebenarnya berkeinginan menaikkan harga BBM karena besarnya disparitas antara asumsi harga BBM di APBN dengan harga minyak dunia.

Tetapi pemerintah menilai saat itu waktunya belum tepat karena mendekati puasa dan Hari Raya Idul Fitri sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Sementara untuk saat ini, Wisnu berpendapat merupakan waktu tepat karena imbas inflasi dari puasa dan Lebaran sudah terkendali juga masih ada waktu dari momen hari besar lainnya yaitu Natal dan tahun baru.

Penyesuaian harga yang dilakukan sekarang ini menurutnya juga sebagai momentum memperbaiki alokasi dan struktur pemberian subsidi kepada masyarakat. 

Selama ini lanjut Wisnu, masih banyak masyarakat di luar kelompok tersasar yang ikut menikmati subsidi BBM. Ia mencontohkan banyak kendaraan di atas 2000 CC yang mengonsumsi BBM subsidi jenis Pertalite sehingga megakibatkan kuota jebol.

"Selain itu dengan berkurangnya disparitas harga antara Pertalite dan Pertamax diharapkan bisa membuat kelompok masyarakat yang lebih mampu untuk beralih menggunakan BBM yang tidak bersubsidi namun lebih ramah lingkungan," beber Wisnu.

Selain itu, Wisnu menilai, uji coba pendaftaran kendaraan melalui website Pertamina merupakan peluang bagi pemerintah membangun data base terkait siapa yang layak menerima subsidi.

”Kita kan sudah terbiasa menggunakan peduli lindungi. Nah ini nanti kurang lebih sama. Ketika database siapa yang layak menerima BBM subsidi sudah terbangun dengan pendekatan digitalisasi data, maka pemerintah akan semakin berani memberikan subsidi karena potensi kebocoran lebih bisa dikendalikan,” demikian Wisnu, Pakar Ekonomi UNAIR Surabaya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES