MI Ya BAKII Welahan Wetan Diguncang Gempa, Siswa dan Warga Berlarian Selamatkan Diri

TIMESINDONESIA, CILACAP – Ratusan siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ya BAKII Welahan Wetan berlarian keluar gedung sekolah menuju halaman sekolah di lantai bawah untuk menyelamatkan diri menyusul terjadinya gempa bumi dengan Magnitudo 8,1 pada Skala Richter, Sabtu (22/10/2022). Para siswa berkumpul di area assemby point sambil menunggu gempa reda dan mendapat pertolongan.
Sementara, warga Desa Welahan Wetan terlihat berlarian menyelamatkan diri menuju halaman MI Ya BAKII tersebut. Mereka berkumpul di tenda pengungsi.
Advertisement
Warga berlarian sejauh 1 kilometer. Ada juga bunyi sirene ambulans yang membawa korban dan dilarikan ke tenda PMI untuk mendapatkan pertolongan.
Hal itu merupakan bagian dari simulasi penanganan bencana tsunami yang diselenggarakan NU Cilacap Peduli bersama BPBD Kabupaten Cilacap di halaman MI Ya BAKII Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Cilacap.
Warga berlarian menyelamatkan diri menuju tenda pengungsian. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Warga tampak antusias mengikuti simulasi bencana yang digelar. Mereka yang terlibat dalam simulasi tersebut diantaranya NU Cilacap Peduli dan para Banom NU seperti IPNU, IPPNU, GP Ansor, Banser, Pagar Nusa, dan Bagana.
Lantas personel dari BPBD, TNI-Polri, PMI, Tagana, Dinas Sosial, PTB Baznas, Pertamina RU IV, PT S2P, PLTU Indo Power, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Cilacap, Basarnas, dan stakeholder lainnya.
Beberapa petugas yang berperan melakukan evakuasi korban dan memberikan pertolongan medis saat simulasi bencana dilakukan.
Cilacap merupakan wilayah dengan kerawanan bencana tertinggi di Jawa Tengah, sehingga potensi ancaman bencana ada di kawasan kabupaten di pesisir selatan ini. Mulai dari gelombang tinggi, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin kencang, dan kebakaran.
Dengan tingginya kerawanan bencana ini, sosialisasi dan mitigasi bencana menjadi tanggung jawab semua pihak bersama segenap masyarakat, agar ketika terjadi bencana, dampak dan korban jiwa yang timbul dapat diminimalisir.
Dengan latar belakang tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cilacap melalui salah satu badan otonomnya, NU Cilacap Peduli bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap menggelar Simulasi Penanganan Bencana Tsunami di Desa Welahan Wetan, Kecamatan Adipala.
Sekretaris NU Cilacap Peduli Basith Wahib menjelaskan, kegiatan yang dipusatkan di MI Ya BAKII ini diawali upacara Hari Santri Nasional di lapangan desa setempat.
Warga yang menjadi korban tsunami sedang dirawat. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Selanjutnya, simulasi digelar dengan tiga agenda utama. Yaitu simulasi bencana tsunami, dapur umum, dan mitigasi spiritual.
"Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana yang mungkin terjadi. Serta meningkatkan kapasitas relawan dalam penanganan kebencanaan, dapur umum, dan mitigasi spiritual," katanya.
Ketua PCNU Cilacap KH Nasrullah Muchson mengatakan, masyarakat perlu meyakini bahwa bencana terjadi atas kehendak Allah SWT.
Meski demikian, masyarakat harus memperkaya literasi melalui edukasi agar dampak bencana dapat ditekan.
Hal senada juga disampaikan pakar tsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr Ing Widjo Kongko.
Menurutnya, kajian ilmiah dapat menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil kebijakan upaya mitigasi bencana. Sehingga masyarakat makin tangguh menghadapi ancaman bencana.
Simulasi bencana ini untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menangani risiko-risiko bencana yang kemungkinan bisa terjadi.
Juga karena Kabupaten Cilacap rawan akan bencana, seperti gempa bumi dan tsunami.
Berdasarkan data ada sebanyak 370 ribu penduduk di pantai selatan yang tinggal dan sebagian besar warga NU. "Jadi, kami dari NU Cilacap Peduli sangat berkepentingan," ujar Basith menambahkan.
Sedangkan keterlibatan Banom NU dalam simulasi tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan masing-masing lembaga agar nantinya bisa memberikan pertolongan kepada para korban saat bencana terjadi.
"Harapannya semua elemen yang ada baik pemerintah maupun swasta selalu bersinergi dan saling menguatkan karena bencana bisa terjadi kapan saja, jadi penanggulangannya harus dilakukan dengan bersinergi secara bersama-sama," harap Basith Wahib.
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Cilacap Wijonardi menyampaikan, Desa Welahan Wetan merupakan salah satu wilayah yang berada di jalur gempa dan berpotensi tsunami, serta berdekatan dengan pantai.
"Yang harus dipahami bahwa di sini wilayah zona orange, ketinggian airnya masih tiga meter dan hasil akhir tadi sekitar 25 persen yang menjadi korban. Jadi, nanti akan kita evaluasi lagi untuk meminimalisir angka tersebut," ucapnya.
Untuk menuju ke zona hijau atau tempat yang aman, kata Wijonardi, jarak dari bibir pantai minimal 2,5 kilometer.
Ia mengimbau warga masyarakat, khususnya yang berada di wilayah bibir pantai agar selalu waspada dan siaga dengan ancaman bahaya gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami.
"Mereka harus menyadari bahwa hidup di sekitar pantai berisiko terdampak tsunami. Oleh karena itu, harus betul-betul siaga serta bisa melakukan mitigasi bencana secara mandiri dan untuk membantu mereka agar siaga dengan menggunakan EWS, 1 atau 2 unit sangatlah membantu," tuturnya.
Selanjutnya, dapur umum yang disediakan dalam simulasi bencana difungsikan sebagai tempat pengungsian dan perlindungan.
"Jadi, apabila nanti ada bencana dan ada warga yang berhasil diselamatkan, kemudian kita tampung di tempat perlindungan pengungsi tersebut, setelah itu, diurus oleh bagian logistik dengan menyediakan sekitar 800 nasi bungkus untuk pengungsi," katanya dalam simulasi penanganan bencana gempa bumi dan tsunami. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |