Dosen Arsitektur UC Surabaya Mendapatkan Pendanaan RISPRO-UKICIS 2022

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Setiap dosen dituntut untuk melaksanakan Tri-Darma Perguruan Tinggi, namun dana penelitian umumnya tidak sepenuhnya dapat ditanggung oleh masing-masing perguruan tinggi. Guna mendapatkan dana yang memadai, dosen dituntut untuk kreatif mencari peluang pendanaan dari luar kampus.
Namun tidak dipungkiri, kompetisi pendanaan penelitian umumnya cukup ketat dan mensyaratkan track record tertentu dari pengusulnya. Melihat adanya peluang dana luar, salah seorang dosen pada Program Studi Arsitektur Universitas Ciputra/ UC Surabaya, beberapa waktu lalu mencoba menyusun proposal penelitian untuk mengikuti seleksi pendanaan RISPRO UKICIS. UKICIS adalah kependekan dari UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences. Yaitu suatu lembaga nirlaba yang mendorong dan memfasilitasi penelitian bersama antara institusi di UK dan Indonesia.
Advertisement
UKICIS memperoleh dukungan dari Kedutaan Indonesia di London, Kedutaan Inggris di Jakarta, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dalam kompetisi pendanaan yang diselenggarakan pada 2022 ini, UKICIS juga menggandeng LPDP, sehingga skema pendanaannya dinamai RISPRO- UKICIS. Adapun RISPRO adalah skema pendanaan yang selama ini telah dikelola oleh LPDP, kependekan dari Riset Inovatif Produktif.
Dalam kompetisi ini, proposal dapat diusulkan oleh dosen dari institusi manapun sebagai ketua peneliti, namun wajib memiliki anggota pengusul dari (salah dua) anggota konsorsium di Indonesia (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor sebagai ketua konsorsium di Indonesia). Juga wajib bekerjasama dengan salah satu anggota konsorsium di UK (University of Nottingham, Warwick University, dan Coventry University).
Proposal juga wajib bermitra dengan instansi yang terkait topik yang diusulkan. Syarat-syarat inilah yang menjadikan kompetisi RISPRO-UKICIS tidak mudah diikuti sembarang dosen, karena setidaknya sudah pernah ada kerjasama dengan institusi-institusi yang diwajibkan terlibat, atau minimal sudah ada diskusi-diskusi awal.
Menurut informasi panitia penyelenggara, ada 130 calon ketua pengusul proposal yang mengajukan akun submission, 70 diantaranya akhirnya mengusulkan proposal lengkap. Ketujuhpuluh proposal yang diajukan berada dalam kualitas sangat baik, sehingga cukup sulit melakukan seleksi dan membutuhkan waktu lama untuk penentuannya.
Pada akhirnya, hanya 15 proposal yang didanai utuh tanpa ada pemotongan dana, dan dosen UC Prof. Christina Eviutami Mediastika merupakan salah satu diantaranya. Empat belas proposal lainnya yang lolos berasal dari PTN terkemuka, yaitu UI (4 proposal), UGM (2), ITB (5), IPB (2) dan Universitas Hasanuddin (1). UC menjadi satu-satunya PTS yang ketuanya lolos pendanaan. Prof. Christina mengusulkan anggota tim yang terdiri dari dosen ITB, UGM, staf Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, dan seorang peneliti dari University of Nottingham, serta bekerjasama dengan Bappeda Kota Yogyakarta.
Person-person dari Kota Yogyakarta dilibatkan karena topik penelitian yang diangkat adalah pariwisata di Yogyakarta, yaitu: Reviving immersive heritage tourism experiences using audiovisual technology for open-air museums. Case study: Kotagede Yogyakarta. Penelitian ini akan dimulai pada November 2022 sampai Oktober 2024. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |