Dedi Wahidi Berbagi Kisah Sukses Membangun Pesantren

TIMESINDONESIA, INDRAMAYU – Anggota DPR RI Dedi Wahidi berbagi kisah sukses perjalanan dirinya membangun pondok pesantren. Hal itu diungkapkan Dedi Wahidi saat menghadiri Halaqah Silaturahmi 100 Kiai dan Bu Nyai Pesantren se Jawa Barat, di Aula Dr. KH. Idham Chalid, Pondok Pesantren Darul Maarif, Kaplongan Indramayu, Minggu (20/11/2022).
Dedi Wahidi memaparkan ada tiga syarat yang harus dimiliki untuk dapat membangun pondok pesantren sehingga menjadi besar. Yang pertama adalah harus berjiwa besar.
Advertisement
"Karena pemimpin besar bukan lahir dari orang besar tapi dari orang yang berjiwa yang besar," ujar Dedi Wahidi.
Peserta Halaqah Silaturahmi 100 Kiai dan Bu Nyai Pesantren Se Jawa Barat. (Foto: Nurhidayat/TIMES Indonesia)
Dalam Halaqah Silaturahmi 100 Kiai dan Bu Nyai Pesantren Se Jawa Barat, hadir Ketua PWNU Jawa Barat Juhadi Muhammad, Ketua RMI PWNU Jawa Barat, Feri Siregar, Anggota DPRD Jawa Barat, Sidqon Jampi dan Ketua PCNU Indramayu, lembaga di bawah PCNU Indramayu serta sekitar 200 kyai dan bu nyai se Jawa Barat.
Dewa menjelaskan, sebelum menjadikan Pondok Pesantren Darul Maarif Kaplongan sebesar ini, dirinya telah melalui proses panjang. Selama 17 tahun dari tahun 1983 ia membangun dan menjadi Kepala SMP tanpa menerima honor.
"Jadi kalau ditanya orang berapa tahun tirakatnya ya 17 tahun itu, saya menjadi kepala sekolah SMP dan tidak digaji," ujar Dedi Wahidi.
Ia mengatakan, awalnya ia tidak memiliki keinginan membangun pondok pesantren, namun karena kebutuhan masyarakat ia pun memulainya pada tahun 2008. Kini Pondok Pesantren Darul Maarif yang berawal dari 4 santri, berkembang menjadi ribuan santri.
"Jadi jangan mudah putus asa dan ingin cepat hasilnya. Perlu perjuangan dan proses panjang," ujar Dedi Wahidi.
Syarat kedua, dijelaskan Dedi Wahidi adalah memiliki pemikiran dan cita-cita besar. Dedi Wahidi bercerita, pada saat awal tahun 2000 an, ia telah memulai menggambarkan kompleks pendidikan Yayasan Darul Maarif. Padahal saat itu, tanah yang saat ini ditempati masih menjadi milik orang lain.
"Belum saya beli tanahnya tapi saya sudah menggambarkan bagaimana konsep gedungnya dan tata letaknya, di mana jalannya dan detail lainnya," ujar Dedi Wahidi.
Saat ini Yayasan Pendidikan Darul Maarif, yang ia pimpin telah memiliki total aset lahan seluas 37 hektar. Selain pondok pesantren, berdiri pula 8 lembaga pendidikan lainnya mulai dari TK hingga perguruan tinggi yakni STKIP NU Indramayu.
Ketua PWNU Jawa Barat Juhadi Muhammad. (Foto: Nurhidayat/TIMES Indonesia)
"Cita-citanya harus besar bapak ibu, jangan kecil karena saya meyakini segalanya mungkin di dunia ini asal kita mau berusaha," ujar Dedi Wahidi.
Terakhir, kata Dewa, syarat untuk mampu membangun pondok pesantren harus mau berusaha keras dan mengerjakan hal-hal besar. Itu adalah konsekuensi dari dua syarat sebelumnya.
"Punya jiwa besar, cita-cita besar, maka harus mau bekerja dalam porsi yang besar," ujarnya.
Saat ini, Yayasan Pendidikan Darul Maarif Kaplongan telah memiliki lebih dari 7.000 orang santri dan siswa. Beberapa lembaga pendidikan formal bahkan menjadi yang terbesar di Indramayu bahkan wilayah Cirebon Raya.
Selain pengembangan lembaga pendidikan di Kaplongan Indramayu, Yayasan Darul Maarif juga berencana ekspansi ke wilayah Cirebon. Diantaranya di wilayah Cirebon Utara dan Selatan.
"Mohon doa bapak ibu para kyai dan bu nyai semoga saya selalu sehat dan umur panjang sehingga harapan-harapan ke depan bisa terlaksana," ujar Dedi Wahidi menutup pemaparannya pada Halaqah Silaturahmi 100 Kiai dan Bu Nyai Pesantren Se Jawa Barat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |