Kisah Usaha Petani Milenial Asal Kupang, Cerita dari Agripolyfest

TIMESINDONESIA, MALANG – Lepas dari isu ketergantungan pada pupuk kimia menjadi salah satu kesuksesan yang dilakukan oleh tiga petani milenial asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Maria Yumetri Omenu, Arlot Sanam, dan Jecko Melkisedek, sukses membudidayakan buah labu dan beet root di daerahnya.Mereka juga berhasil mengembangkan insemninasi buatan untuk ternak babi.
Meti -sapaan Maria, Arlot, dan Jecko, merupakan alumni SMK PP Negeri Kupang. Para petani milenial ini hadir mengisi stan pameran dalam Agriculture Polytechnic Festival 2022 (Agripolyfest 22) yang digelar di Polbangtan Malang, 18-20 November 2022 lalu.
Advertisement
Maria Yumetri Omenu menuturkan, mulai dari persemaian hingga panen mereka menggunakan cara yang organik. Ada pula beberapa hasil lainnya seperti kubis, sawi putih, terong, paprika, buncis, kacang panjang.
"Ada hampir 20 jenis (tanaman), kita memenuhi kebutuhan dan kebetulan kita adalah binaan dari SMK PP Negeri Kupang, kita juga didampingi ketika ada program seperti ini kita dilibatkan," ujar perempuan yang akrab disapa Methy saat ditemui TIMES Indonesia beberapa waktu lalu.
Pameran hasil pertanian dan produk dari binaan SMK PP Kupang juga didampingi Lulu Juan Pertiwi, salah satu pengajarnya. SMK PP Kupang, kata Lulu, memiliki alumni yang bergerak di bidang pertanian. Metri, Arlot, dan Jecko termasuk di dalamnya.
Produk yang sudah dalam keadaan tervakum. Sabtu,(19/11/2022). (Foto: Rania Fadilla/Times Indonesia)
"Mereka kebetulan kemarin kan sudah akses KUR (Kredit Usaha Rakyat). Nah jadi saya bawa (alumni SMK PP Kupang) ke sini (Pameran Agripolyfest 22 di Polbangtan Malang) supaya sekalian pameran dan menghadiri acara KUR," kata Lulu.
Dalam pameran kali ini, SMK PP membawa buah labu hasil budidaya, juga bibit buah beetbeet, dan bibit jamur. Buah labu yang dibudidayakan di Kupang, dapat dikreasi menjadi berbagai produk olahan seperti stik labu. Pun dengan buah beetbeet yang biasa menjadi bahan minuman jus. "Jamurnya dijadikan jamur krispi," ujar Arlot Sanam.
Arlot sebagai pemilik usaha Arlot Farm mengatakan, tidak seperti daerah Jawa yang sudah familiar dengan jamur, di NTT tidak banyak yang bertani jamur. Ia juga mengenalkan kegiatan bertani jamur tram, baglog jamur, bokasi limbah jamur, dan pelayanan IB babi.
"Ini memang yang kami bawa ini yang prospek bisnisnya tinggi. Kalau untuk yang produk lokal kami kurang kemarin kami tidak bawa. Contohnya seperti jamur tiram di sini per kilo harganya Rp13.000 kalau kami di sana Rp40.000 sedangkan HPP-nya sama dengan di sini," terangnya.
Para petani milenial ini juga telah melakukan inovasi pertanian. Berawal dari pembagian hari panen yang dilakukan beberapa bulan sekali hingga panen yang dilakukan setiap hari.
Maria mengucapkan bahwa proses penanaman sudah memiliki jadwal setiap hari hingga panen bisa dilakukan setiap hari. Di mulainya dari pengolahan lahan mereka juga berbagi. Ada pula yang khusus di bidang pengolahan, pembibitan, juga sambil menanam.
"Jadi kita tanamnya bertahap, sehingga kuta panennya setiap hari untuk sesuai dengan permintaan (pasar)," katanya.
Melihat dari peluang usaha, petani millenial di NTT sadar bahwa tempatnya memang cocok menjadi daerah pertanian. Masyarakat yang ingin usaha di bidang pertanian itu masih sangat jarang jadi mereka mengambil peluang tersebut untuk bisa usaha.
Peternakan hewan juga menjadi peluang usaha besar di NTT. Sebagian besar peternak di Kupang itu merupakan peternak babi dibanding sapi karena harga dan selera masyarakat lebih tinggi kepada daging babi. Kebutuhan babi dalam setiap acara adat, seperti pernikahan pasti yang lebih banyak ketimbang sapi.
Peternak seperti Arlot dan Jecko juga memiliki ide dalam menernak babi. Inseminasi buatan yang dilakukan dengan cara menyuntikkan sperma babi jantan ke dalam babi betina. Kemudian babi betina akan bunting dan menernak tanpa harus menunggu lama. Babi yang masuk dalam inseminasi buatan bisa melahirkan sekitar 8 hingga 16 sampai 21 ekor babi kecil.
Babi yang dihasilkan merupakan babi yang sehat dan layak untuk dimakan. Harga babi yang dijual juga berbeda untuk babi yang berumur 2 bulan harganya Rp1,5 juta per ekor. Indukan babi juga memiliki harga yang berbeda kisaran Rp6 juta per ekor dan bisa lebih apabila babi tersebut adalah pejantan.
SMKPP Kupang mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dan peternakan. Para petani milenial didorong unutk maju, mandiri, dan modern sangat sesuai visi misi SMK PP Kupang. Produk beserta hasil peternakan yang dibawa juga merupakan salah satu hasil dari Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura (ATPH). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |