Tokoh dan Pemuka Agama di Kota Cirebon Sepakat Rawat Toleransi

TIMESINDONESIA, CIREBON – Memperingati Hari Toleransi Internasional, para pemuka agama di Kota Cirebon berkumpul untuk menyebarkan sikap toleransi antar sesama.
Hal ini lantaran Cirebon dianggap sebagai daerah yang sangat toleran. Sikap toleran di Cirebon bisa dilihat dari kehidupan bermasyarakat sekitar Cirebon. Di mana masyarakat antara satu sama lainnya saling menghormati meski berbeda suku, adat, budaya, dan agama.
Advertisement
Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali, Prabu Diaz mengatakan, pihaknya terus menggelorakan toleransi. Pasalnya, sikap toleransi mampu membuat kehidupan menjadi damai. Menurutnya, Cirebon sudah sejak dulu bersikap toleran, masyarakat Cirebon saling menghormati satu sama lain.
"Dari tahun 1527, keberhasilan pasukan Kasultanan Cirebon mengusir Portugis karena saat itu masyarakat dari berbagai suku dan agama bersatu dan kompak," katanya, usai pelaksanaan kegiatan peringatan Hari Toleransi Internasional di Grage Mall Kota Cirebon, Kamis (1/12/2022).
Menurut Diaz, berangkat dari ras toleransi yang tumbuh sejak jaman para leluhur, Cirebon kemudian menjadi pusat perkembangan Islam dimana para Wali atau Wali Songo datang.
"Semua warga rukun dan saling menghormati atas perbedaan, seperti halnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semuanya bertoleransi. Berbeda-beda namun satu jua," tuturnya.
Di tempat yang sama, perwakilan dari Grage Group, Bamunas Setiawan Boediman atau yang biasa disapa Oki mengapresiasi Laskar Agung Macan Ali yang selalu menggolarakan toleransi.
Dikatakan Oki, Cirebon merupakan miniatur dari Bhineka Tunggal Ika. Pasalnya, dari sejak jaman nenek moyang, warga Cirebon selalu saling menghargai, saling menghormati tanpa memandang suku, dan agama.
"Keberanekaragaman di Cirebon ini dari dulu sudah ada, dan di Cirebon ini tidak pernah ada konflik atas perbedaan suku dan agama. Semuanya baik-baik saja dari dulu," ujarnya.
Masih dikatakan Oki, toleransi ini tidak hanya dijaga dan diamalkan, namun juga perlu di ajarkan kepada anak cucu kita tentang bagaimana menghargai perbedaan.
"Saya setuju ya, kalau toleransi ini diperkenalkan kepada murid Taman Kanak-kanak (TK). Dulu waktu saya kecil itu, tidak pernah ada ribut-ribut soal toleransi, jadi anak-anak sejak dini itu saya rasa harus diberikan edukasi dan pemahaman tentang toleransi," ungkapnya.
Oki menambahkan, kunci agar negara bisa maju adalah kekompakan. Saat ini, lanjut Oki, ada pihak-pihak yang berusaha memecah belah bangsa dengan isu-isu perbedaan suku dan agama. Oleh karena itulah pemuka agama di Kota Cirebon sepakat merawat toleransi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |