Tutup Rangkaian Hari Disabilitas Internasional dengan Nobar Film Dua Berlian di Cinepolis Lippo Plaza Jember

TIMESINDONESIA, JEMBER – Sebagai penutup dalam perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) di Jember yang telah berlangsung selama kurang lebih 15 hari, panitia gotong royong yang bekerjasama dengan Lippo Plaza Jember dan Cinepolis menggelar nonton bareng karya visual "Dua Berlian" dari teman-teman disabilitas, Kamis (15/12/2022).
Marcom Manager Lippo Plaza Jember, Belinda Ameliyah mengaku senang jika pihaknya bisa ikut terlibat dalam perayaan HDI. Diketahui juga sebelumnya, Lippo Plaza Jember turut menggelar Gebyar Inklusi pada Minggu, (04/12/2022).
Advertisement
"Dalam kegiatan kali ini, Lippo Plaza Jember bersama Cinepolis sudah berkomitmen untuk mewujudkan mall yang ramah disabilitas, selain itu juga ingin menjadi sahabat anak yang bisa mendukung inklusi," ujarnya kepada TIMES Indonesia.
Film berdurasi 31 menit ini bercerita tentang persahabatan Saras (19), perempuan enerjik yang bekerja sebagai tukang tambal ban dan sahabatnya Jalu (18) seorang disabilitas netra dan daksa. Jalu melakukan segala aktivitasnya menggunakan bantuan kursi roda dan dibantu sahabatnya Saras. Saras diceritakan Ingin berusaha mewujudkan mimpi sahabatnya jalu untuk bisa pergi jalan jalan menikmati alam indonesia, yang sempat tertunda karena suatu peristiwa.
Film yang disutradarai Wiviano Rizky Tantowi dan Muhammad Luthfi A.G tersebut ingin memotret keadaan lingkungan yang kurang ramah terhadap kawan difabel di Indonesia. Realitas yang terjadi di masyarakat terdapat kesenjangan kesempatan bertumbuh pada disabilitas yang menyebabkan paradigma difabel adalah suatu kelompok yang eksklusif dan berbeda.
"Banyak masyarakat yang pada akhirnya tidak melibatkan kawan difabel karena dianggap bukan komunitasnya," kata Luthfi.
Film yang tak hanya mengangkat isu disabilitas sebagai fokus utama, tetapi inklusifitas dalam kelompok masyarakat juga diambil dalam rangka menggaungkan kesetaraan hidup bermasyarakat tanpa adanya pengelompokan.
"Seringkali masyarakat melihat disabilitas sebagai objek terutama dalam hal bersyukur. Padahal tak ada yang ingin mereka menjadi disabilitas. Nah, di film dua berlian, stigma tersebut akan teralihkan dengan kehebatan karya dan narasi-narasi inklusif yang digaungkan," jelasnya.
Senada dengan Luthfi, Wiviano membeberkan jika kru dan talent yang terlibat dalam film ini berasal dari disabilitas dan non disabilitas. "Ini adalah komitmen kami untuk mewujudkan inklusifitas itu sendiri sebelum berbicara tentang pesan-pesan yang akan disampaikan dalam film," tutupnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Rochmat Shobirin |