Indonesia Positif

Kemenag RI dan MUI Jatim Datang ke Malang, Pesan Mahasiswa Bersikap Toleran

Jumat, 23 Desember 2022 - 22:37 | 72.18k
Suasana kegiatan seminar toleransi yang diselenggarakan oleh Kemenag RI dan MUI Jatim. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Suasana kegiatan seminar toleransi yang diselenggarakan oleh Kemenag RI dan MUI Jatim. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGKemenag RI dan MUI terus menggelorakan sikap toleransi, khususnya di lingkungan perguruan tinggi (PT). Salah satunya, melalui kegiatan Dialog Interaktif bertajuk 'Merajut Toleransi dalam Bingkai Moderasi' yang di gelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jumat (23/12/2022) di Kota Malang.  

Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kemenag RI, Candra Nurkholis mengatakan, moderasi tentunya akan selalu beriringan dengan toleransi. Sebab menurutnya, seorang moderat tidak akan merasa bahwa dirinya yang paling benar. 

Advertisement

"Moderasi itu juga tidak akan menghilangkan perbedaan, karena perbedaan tidak bisa dihilangkan. Jadi bagaimana hidup dengan perbedaan. Moderasi tidak merubah paham, tapi perilaku," ujar Candra, Jumat (23/12/2022).

Candra mengungkapkan, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memperkuat karakter toleran. Terlebih, bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama hingga budaya. Maka, persatuan bangsa ke depan akan tetap terjaga. 

seminar-toleransi-2.jpg

"Ketika karakternya sudah kuat, insyaallah dengan sendirinya akan bisa meredam pengaruh dari luar," ungkapnya.

Sementara itu, Komisi Fatwa MUI Jatim, Ahmad Roziqi menyampaikan, ajaran agama islam sejatinya selalu mengedepankan toleransi. Para ulama Indonesia menurutnya juga selalu mengajarkan sikap toleransi.  

"Pesan saya, mahasiswa sebaiknya memperbanyak ilmu agama agar tidak terombang ambing dengan ajaran yang kurang baik," tuturnya.

Ia pun juga berpesan agar generasi muda bisa belajar ilmu agama kepada guru yang memang ahli di bidang agama. Sebab menurutnya, jika belajar agama pada guru yang tidak tepat maka generasi selanjutnya akan mudah saling menyalahkan. 

"Kalau kalau belajar dengan yang bukan ahlinya, bisa mudah saling menyalahkan. Ada perbedaan dianggap salah. Jadi perlu ditekankan untuk mencari ilmu agama secara orisinil yakni dari kyai atau ulama," ucapnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES