Indonesia Positif

137 Bidan di Cilacap Dikukuhkan Menjadi Bidan Delima

Sabtu, 24 Desember 2022 - 22:44 | 105.05k
Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar memberikan sambutan sekaligus penyataan pengukuhan 137 bidan menjadi bidan delima. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar memberikan sambutan sekaligus penyataan pengukuhan 137 bidan menjadi bidan delima. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CILACAP – Ratusan bidan di Cilacap, Jawa Tengah dikukuhkan menjadi bidan delima di Edelweiss Ballroom Hotel Dafam Cilacap, Sabtu (24/12/2022). 

Hadir pada pengukuhan 137 bidan delima yaitu Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dr Pramesti Griana Dewi, dan Kepala Dinas KBPPPA Kabupaten Cilacap Farid Riyanto.

Advertisement

Ke-137 bidan delima tersebut berasal dari Ranting Sidareja, Kroya, Cilacap, dan eks-Kotatip dari puskesmas dan rumah sakit. Pengukuhan para bidan berkualitas ini dilakukan oleh Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar.

Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah itu menegaskan, bidan delima harus punya nilai-nilai kepatuhan, profesionalisme, kewirausahaan.

"Yang namanya pelayanan kesehatan, kepatuhan itu nomor satu, ada SOP-nya, ada standar pelayanannya. Bagaimana memberikan pelayanan kepada masyarakat mulai dari pendaftaran/registrasi, melakukan assesment, dan melakukan tindakan. Kepatuhan itu menjadi rohnya," ucap Yunita.

Yunita mengatakan kepada para bidan delima, selain kepatuhan, ada profesionalisme di mana tidak ada diskriminasi terhadap pasien.

"Ketika ada pasien yang nampaknya ada risiko tinggi, ya diajak diskusi dengan terbuka yaitu dengan menanggulangi risiko, disampaikan dengan cara yang baik. Dan kewirausahaan adalah kreatif, bagaimana ibu-ibu di desa khususnya untuk mau ke praktik bidan itu dengan kesadaran penuh. Berikan hadiah kepada pasien. Bidan delima harus berperan di tempatnya masing-masing. Bidan itu pintar, punya bakat untuk mengatur, dan membimbing," imbuh Yunita.

Pembacaan-SK-dan-pengukuhan-137-bidan.jpg

Menurutnya, bidan delima itu salah satu profesi bidan yang didorong untuk lebih patuh atau kepatuhan terhadap standar.

Ada simbol, delima itu adalah buah yang melambangkan dia subur. Merah itu berani, yakni berani mengambil keputusan karena dia mandiri. Hitam itu tegas, kemudian hati, dia harus bekerja dengan hati, dengan sentuhan terhadap pasien. Kemudian bagaimana mereka memberikan layanan secara komprehensif dinilai standarisasinya. Dimulai dari pendaftaran sampai profesi dia sendiri dan alat-alat yang mendukung untuk praktik mandiri.

Yunita mengatakan, dibandingkan dengan Kabupaten lain, di Cilacap ini cukup banyak karena bidannya semangat. Bidan di Pacitan juga menyadari bahwa praktik itu ya harus terstandarisasi supaya masyarakat tertolong, menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Cilacap.

Ditanya peran pemerintah daerah, ia menjelaskan bidan itu organisasi profesi, sementara Pemkab Cilacap akan melakukan pembinaan terhadap organisasi profesi.

"Tentu ini sangat membantu Pemkab Cilacap untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi terutama di daerah-daerah yang akses layanannya cukup jauh," ungkapnya.

"Saya berharap, bidan yang cantik-cantik itu terus lebih profesional, terus mengingat bahwa profesinya adalah sangat mulia karena menolong ibu dan bayi, dan juga keluarga," tutupnya.

Sedangkan menurut Ketua PC Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Cilacap Utami Puji Astuti kepada TIMES Indonesia, untuk menjadi bidan delima membutuhkan proses panjang dan harus memenuhi standar pelayanan. 

"Alat-alatnya harus lengkap, administrasi juga harus lengkap. Kemudian untuk sarana harus memiliki beberapa ruang, seperti ruang pemeriksaan, persalinan, dan ruang tunggu," ujarnya. 

Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Tengah Sumarsih menambahkan, bidan delima itu sebagai akreditasinya bidan dan merupakan program unggulan bidan se-Indonesia.

Pembacaan-SK-dan-pengukuhan-137-bidan-a.jpg

"Pengurus pusat mempunyai program unggulan yang dinamakan bidan delima. Tujuan dari bidan delima yaitu memberikan pelayanan yang bukan lagi kuantitas, namun kualitas seperti skill, peralatan, dan penunjang lainnya," katanya. 

Sehingga, lanjutnya, bidan bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh bidan delima tersebut. 

"Goal-nya dari bidan delima ini adalah turunnya angka kematian ibu dan anak, kemudian stunting. Itu goal dari pelayanan bidan delima ini," tandasnya. 

Bidan di Jawa Tengah, imbuhnya, terdapat 34.400 bidan, namun yang menjadi bidan delima baru sekitar 10 persennya atau 3.400 bidan. 

"Jadi ini tugas kami untuk mengajak teman-teman yang belum menjadi bidan delima dengan datang ke kabupaten/kota, bagaimana supaya bidan ini mau masuk ke bidan delima," katanya. 

Disinggung upaya yang telah dilakukan, Sumarsih mengatakan pihaknya telah memberikan sosialisasi tentang pentingnya menjadi bidan delima secara berkala dan memberikan inovasi-inovasi. 

"Yang kita tekankan kepada teman-teman bidan supaya sama-sama bersaing, namun dengan memberikan pelayanan yang berkualitas. Salah satunya dengan menjadi bidan delima, dan bidan delima ini tentunya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas. Nanti masyarakat akan bisa menilai antara bidan biasa dengan bidan delima," ucap Sumarsih. 

Sementara, Manajer WBD Provinsi Jawa Tengah Sri Astuti Rintawati menyebut, pengukuhan bidan delima di Kabupaten Cilacap terbanyak se-Jawa Tengah. Hal ini berkat kerja keras dan perjuangan dari IBI Cilacap, UPBD Cilacap, dan fasilitator. 

"Fasilitator ini berjumlah 20 orang, setiap fasilitator merekrut 5 calon bidan delima, dan rekrutmen itu muncul pada hari ini yang dikukuhkan dan diberikan SK dari pusat serta mendapatkan bantuan logistik seperti poster, celemek, sigma untuk praktik bidan, dan lain-lain," bebernya. 

Sedangkan untuk sertifikat, katanya, ada batas waktu hingga 5 tahun. 

"Nanti kalau sudah 5 tahun mereka akan dinilai kembali atau divalidasi. Kalau nilainya sudah 100 persen baru mendapat sertifikat lagi untuk bidan delima," ucap Rinta.

Ditambahkan, bidan delima tersebut sudah berstandar dan melalui proses dari pra kualifikasi, validasi hingga dikukuhkan. 

"Itu bidan delima. Kalau bidan biasa belum melalui proses itu dan bidan delima secara sarana dan prasarana sudah sesuai standar, sudah ada cheklist-nya. Jadi, peralatan, skill, attitude, dan lainnya itu sudah memenuhi standar dalam memberikan pelayanan terutama kepada ibu dan bayi," tuturnya. 

Harapannya, bidan-bidan delima nantinya akan memberikan upaya-upaya dalam penurunan AKI, AKP, dan stunting yang diharapkan oleh pemerintah. 

"Nanti dengan munculnya bidan-bidan yang berstandar ini, tentu akan membantu pemerintah yang sangat besar," ujar Rinta. 

Oleh karena itu, pihaknya mendorong bidan yang praktik mandiri menjadi bidan delima.

"Karena bidan delima ini adalah bidan yang bermerek," ucap Rinta singkat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES