Indonesia Positif

Bupati Ponorogo Hadiri Kirab Sedekah Bumi Kamoksan Ki Ageng Kutu

Kamis, 01 Juni 2023 - 20:50 | 73.24k
Bupati  Sugiri Sancoko didampingi sesepuh Desa ikuti kirab sedekah bumi dan nyekar dan kirim doa di makam Eyang Tengger di Kecamatan Sambit Ponorogo. (Foto: Marhaban/TIMES Indonesia)
Bupati Sugiri Sancoko didampingi sesepuh Desa ikuti kirab sedekah bumi dan nyekar dan kirim doa di makam Eyang Tengger di Kecamatan Sambit Ponorogo. (Foto: Marhaban/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGOKi Ageng Kutu adalah salah seorang tokoh yang ada dalam kisah berdirinya wilayah Ponorogo. Dalam hal ini dia adalah salah satu penguasa di daerah Wengker yang juga bertindak sebagai guru yang sakti. 

Ki Ageng Kutu memiliki nama lain Ki Demang Ketut Surya Alam ini seorang majelis dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.

Advertisement

Pada saat itu Ki Ageng Kutu bertugas di Bhre Kertabumi (sering disamakan dengan Brawijaya V), Brawijaya V adalah raja terakhir dari kekaisaran Majapahit. Akan tetapi, selama itu kekaisaran Majapahit mengalami kemunduran dan sang raja dianggap tidak kompeten.

"Akhirnya Ki Ageng Kutu memutuskan meninggalkan istana dan mendirikan peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai barat Gunung Wilis  yang kemudian dikenal dengan nama Wengker atau sekarang di wilayah seputaran Desa Kutu Kecamatan Jetis Ponorogo," ujar Bupati Sugiri Sancoko, Rabu (31/5/2023) malam.

Di Desa Kutu, kata Bupati Sugiri Sancoko ada petilasan yang bernama Surukubeng, konon petilasan tersebut tempat semedi Ki Ageng Kutu.

"Dan saya pun meyakini Surukubeng salah satu bukti otentik adanya Ponorogo," ulas Bupati Sugiri Sancoko.

Ia pun menjelaskan, konon Ki Ageng Kutu yang kalah perang melawan Batoro Katong, moksa.

Sugiri-Sancoko-b.jpg

"Moksa sendiri adalah bahasa sansekerta yang artinya adalah pelepasan atau kebebasan dari duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi atau punarbawa kehidupan," jelasnya.

Untuk itu, kita sebagai masyarakat berbudaya yang tidak lepas dari adanya para leluhur, sudah sepantasnya untuk nguri-uri keberadaan petilasan luluhur dengan mengadakan sedekah bumi.
Sedekah bumi dan kirab kamoksan Ki Ageng Kutu dilaksanakan di Dukuh Tengger dan Dukuh Kedung Watu, Desa Bancangan Kecamatan Sambit Ponorogo Rabu (31/5/2023) malam.

Bupati  Sugiri Sancoko dan sesepuh desa berjalan kaki menuju petilasan moksanya Ki Ageng Kutu dan makam Eyang Tengger yang terletak di Bukit Tengger. Nyekar dan kirim doa kepada leluhur pun dilakukan bersama-sama. Usai ziarah dan doa bersama, gunungan hasil bumi yang diarak kemudian dipurak dan dibagi-dibagikan kepada warga.

Bupati Sugiri Sancoko berharap sedekah bumi dan kirab kamoksan Ki Ageng Kutu rutin digelar setiap tahun. Baginya inilah salah satu cara generasi saat ini mengenang leluhur dan nguri-nguri budaya yang mereka tinggalkan.

Bupati Sugiri Sancoko menegaskan, untuk menjadi bangsa besar di antara syaratnya adalah tidak lupa leluhur dan sejarah dari mana mereka berasal.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang ta`dzim pada leluhur. Nguri-nguri kabudayan dan memahami makna leluhur seperti yang dibuktikan malam ini," paparnya.

Selain itu, sedekah bumi dan kirab kamoksan ini,  bisa menjadi wisata kebudayaan Desa Bancangan, sekaligus melengkapi wisata budaya Ponorogo. Karena itu, Bupati Sugiri Sancoko meminta penyelenggaraan berikutnya dirancang lebih besar.

"Dari perspektif wisata ini luar biasa jika dijadikan agenda tahunan. Ponorogo ini kota wisata kota budaya, pemuda dua dusun mampu mewujudkan hal itu dan tahun depan semoga direncanakan lebih matang, semakin meriah dan khidmat," kata Bupati Ponorogo pada Kirab Sedekah Bumi Kamoksan Ki Ageng Kutu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES