Komitmen Clara Soenarto Menuju Dua Dekade Kembangkan AMA Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Clara Soenarto, seorang tokoh yang dikenal dengan dedikasinya dalam bidang manajemen, telah melayani sebagai bendahara dalam Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) Chapter Malang selama hampir dua dekade.
Clara, yang saat ini berusia 66 tahun dan berasal dari kota Tuban, Jawa Timur, mulai terlibat dalam AMA Malang sejak tahun 1999 saat kepemimpinan Tung Desem Waringin.
Advertisement
"Saya mulai sebagai anggota biasa di AMA Malang pada tahun 1999. Saya tergugah untuk bergabung karena ajakan dari teman kuliah saya, Magister Business Administration. Waktu itu kan kita kuliahnya juga kuliah Business Administration. Otomatis kan juga harus berkenalan dengan para direktur, direksi, manajemen yang ada di kota Malang. Dan AMA Malang ini adalah wadah" ujar Clara.
Sejak awal keanggotaannya, Clara aktif dalam berbagai kegiatan dan acara yang diselenggarakan oleh AMA. Namun, peran dan kontribusinya semakin signifikan ketika ia dipilih sebagai bendahara pada tahun 2005.
"Setelah itu, saya bersama dengan rekan saya, Pak Cornelis, Saya menjalani masa jabatan sebagai bendahara selama 19 tahun. Bahkan setelah Pak Cornelis naik menjadi ketua, saya tetap bertahan sebagai bendahara hingga saat ini" tambahnya dengan senyum.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai bendahara, Clara tidak hanya bertanggung jawab atas administrasi keuangan AMA, tetapi juga mengelola berbagai aspek organisasi. Menurutnya, pengalaman ini membantu dirinya untuk mengembangkan keterampilan manajerial yang sangat berharga.
"Dengan adanya masukan dari pakar-pakar dan praktisi, saya dapat me-manage segala sesuatu, ya itu saya dapat dari AMA Malang, disamping saya mempunyai pelajaran di kelas yaitu di kuliah , tapi itu saja kan tidak cukup, itu kan hanya teoritis," ungkapnya.
Clara juga berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan dedikasi. "Setelah SMP, saya melanjutkan sekolah SMA di Surabaya dan kemudian belajar di sebuah akademi di sana sampai lulus," ujar Clara, mengingat masa muda yang penuh semangat.
"Di Surabaya, saya bekerja di sebuah yayasan pendidikan yang bekerja di asrama Santa Yulia. Di sana, saya mengurus anak-anak dari berbagai usia, baik yang sekolah maupun yang tinggal di asrama, mulai dari usia 5 tahun hingga SMA," jelasnya.
Dengan penuh dedikasi, Clara menjalani 11 tahun yang berharga di Surabaya sebelum akhirnya memutuskan untuk memulai babak baru dalam hidupnya di Kota Malang. "Saya pindah ke Malang dan bergabung dengan Kolose Santo Yusuf Malang. Di sana, selain mengurus anak-anak asrama, saya juga bekerja sebagai karyawan di kantor yayasan" ungkapnya dengan senyum.
Tidak berhenti di situ, Clara terus mengejar pendidikan lebih tinggi dengan melanjutkan studi hingga tingkat Magister "Saya menempuh dua program S2, yaitu Magister Business Administration (MBA) dan Magister Teologia dengan Manajemen Christiani, yang mengusung konsep Kepemimpinan Gaya Kristus" jelas Clara dengan antusiasme.
Setelah menyelesaikan studi, Clara memutuskan untuk tetap setia pada Kolose Santo Yusuf Malang hingga masa pensiunnya. "Saya pensiun sekitar 6 tahun yang lalu, meskipun seharusnya sudah 10 tahun yang lalu. Namun, saya masih diperlukan dan merasa masih memiliki kontribusi yang dapat saya berikan," tutur Clara dengan tegas.
Meski telah memasuki masa pensiun, semangat Clara dalam bekerja tidak pernah padam. "Saya masih tetap aktif sebagai mitra kerja di Kosayu, sehingga tetap dapat berkontribusi dalam dunia kerja," tambahnya.
Ketika ditanya mengenai alasan pindah ke Malang, Clara menjelaskan, "Saya pindah ke Malang karena ingin mencari pengalaman baru. Bukan karena hal-hal yang tidak menyenangkan di Surabaya. Di Surabaya, saya merasa senang dan pekerjaan saya sesuai dengan kepribadian saya".
Saat ini Clara juga sebagai Ibu dari empat asrama yang berisikan anak-anak dari SMA Kolose Santo Yusuf yaitu Asrama Dei Ricci 1, Dei Ricci 2, St. Martin 1, dan St. Martin 2. Clara juga berbagi pengalamannya dalam membina anak-anak dari latar belakang yang berbeda. "Tantangan di Malang lebih berat karena anak-anak yang saya bimbing kebanyakan berasal dari latar belakang ekonomi yang mapan. Kadang-kadang, mereka sulit untuk menerima bantuan dan nasihat dari kami," ungkap Clara dengan tulus.
Salah satu pencapaian yang sangat dihargainya adalah memiliki banyak relasi dan teman. Bagi Clara, kekayaan tidak hanya terukur dari segi materi, tetapi juga dari hubungan yang ia bangun dengan orang lain.
"Yang penting punya banyak teman, se-Indonesia ini teman saya banyak sekali, Surabaya, Bandung, Jakarta, Kalimantan, banyak sekali, everywhere. Dari NTT sampai Medan sampai mana pun punya saya bahkan di luar negeri juga" ujar Clara dengan bangga.
Baginya, memiliki banyak teman dan relasi tidak hanya penting dalam konteks bisnis, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Clara percaya bahwa hubungan yang dibangunnya tidak hanya sebatas transaksi bisnis, tetapi juga mengandung nilai-nilai persahabatan, kebersamaan, dan saling mendukung.
Selain itu, Clara juga menegaskan bahwa pelayanan kepada sesama adalah ekspresi langsung dari imannya. "Saya senang membantu karena menjalankan kasih Kristus, karena saya seorang Kristiani dan Bapa saya di Surga itu seorang yang penuh kasih, saya diberi kasih oleh Dia dan saya membagikan kasih," paparnya dengan tulus.
"Berbagi kasih bentuknya macem-macem, bantuan secara finansial, fisik, bantuan secara afeksi, perhatian kita kepada orang lain, membantu dalam kebutuhan mereka, masing-masing orang punya kebutuhan yang berbeda-beda. Ada orang kaya dia tidak butuh materi tapi dia butuh pendampingan " lanjut Clara.
Selain di AMA Malang, Clara Soenarto juga aktif dalam berbagai organisasi baik lokal maupun internasional. Salah satunya adalah Rotary Club International, sebuah organisasi sosial internasional yang diakui secara global dan masih bertahan hingga hari ini.
"Saya banyak ikut yang kecil-kecil, lokal-lokal banyak, Gloria Ministry, lalu apa ya, banyak lah, nggak bisa disebutin satu-satu," ungkap Clara, menunjukkan keterlibatannya dalam berbagai organisasi lokal seperti Gloria Ministry dan lainnya.
Bagi Clara, keterlibatan dalam organisasi tidak sekadar tentang jabatan atau pengakuan, tetapi lebih pada komitmen dan kesetiaan dalam memberikan kontribusi yang berarti. Pentingnya seseorang bukan dilihat dari seberapa pandainya seseorang, tetapi seberapa besar komitmennya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi. "Karena apa? Bukan segala macem itu bukan karena kita pandai, tapi karena kita punya komitmen, itu beda" jelasnya.
Dia menegaskan bahwa dalam organisasi non-profit, komitmen merupakan hal yang sangat penting karena tidak ada imbalan materi yang diperoleh. "Komitmen itu harus ada, karena kita tidak ada yang didapat kok, komitmen!" tambahnya.
Selain komitmen, Clara juga menekankan pentingnya kesetiaan dalam menjalankan peran dalam organisasi. "Kesetiaan, setia untuk hadir walaupun menjemukan. Kadang-kadang kan tidak menyenangkan kehadiran, hadir itu, menjemukan," ujarnya dengan tegas.
Dalam kesetiaanya di AMA Malang, Clara juga menyampaikan harapan-harapannya terhadap AMA Malang.
"Harapan saya untuk AMA Malang adalah menjaring anak-anak muda dan memastikan pembicara yang dihadirkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak muda sekarang tertarik pada investasi-investasi seperti saham, bitcoin, atau teknologi AI," jelas Clara dengan antusias.
Lebih lanjut, Clara juga menyuarakan ide untuk mengubah format acara AMA agar lebih menarik bagi generasi muda. "Acara-acara tersebut tidak harus dilaksanakan di dalam ruangan seperti biasanya. Mengapa tidak mencoba mengadakan acara di alam terbuka? Meskipun bukan seminar langsung, namun diskusi atau sharing pengalaman juga bisa menjadi bagian dari acara tersebut," tambahnya.
Melalui semangatnya dalam melayani sesama dan komitmennya yang tidak tergoyahkan, Clara Soenarto telah menjadi teladan bagi banyak orang dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan berdampak positif. Semoga harapan dan usahanya untuk memajukan AMA Malang menjadi kenyataan, dan semoga karya dan dedikasinya terus menginspirasi banyak orang dalam mengabdi kepada masyarakat dan menciptakan perubahan yang berarti. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |