Dosen Faperta Unisma Malang Teliti Tanaman Pakcoy dan Kembang Kol untuk Atasi Pencemaran Tanah Akibat Logam Berat Tembaga

TIMESINDONESIA, MALANG – Tim dosen dari Fakultas Pertanian Unisma Malang bersama mahasiswa melakukan penelitian dalam rangka implementasi program Hibah Institusi Unisma (HI-ma). Tanaman pakcoy dan kembang kol dipilih sebagai upaya mengatasi pencemaran tanah akibat logam berat Tembaga.
Tim dosen yang terdiri dari Anis Rosyidah dan Siti Muslikah, menyampaikan bahwa mereka telah berkomitmen untuk meneliti tentang pencemaran akibat logam berat ini sebagai solusi untuk mengurangi pencemaran yang terjadi di tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas pangan yang sehat. Penelitian ini dijalankan selama empat bulan penuh di Desa Pandanrejo - Batu.
Advertisement
Tembaga (Cu) adalah salah satu logam berat dan mikronutrien penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun demikian, pada konsentrasi tinggi tembaga dapat menjadi sangat beracun bagi tanaman yang menyebabkan gejala seperti klorosis dan nekrosis, kerdil, perubahan warna daun, dan terhambatnya pertumbuhan akar.
Selain menyebabkan penurunan kualitas tanaman dan produksi pertanian, juga menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan manusia karena terakumulasi di dalam tubuh melalui rantai makanan dan pernapasan. Untuk membersihkan tanah dari pencemaran logam berat, dapat dilakukan dengan berbagai teknologi, salah satunya adalah Fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan metode yang didasarkan pada penggunaan tumbuhan untuk membersihkan wilayah yang terkontaminasi logam berat.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Secara alami Tembaga sudah ada di dalam tanah, namun seiring dengan aktivitas manusia seperti pertambangan, industrialisasi dapat meningkatkan konsentrasi Tembaga dalam tanah secara signifikan. Praktik pertanian seperti penggunaan pupuk dari kotoran unggas, pestisida, fungisida dan bakterisida juga sangat mempengaruhi meningkatnya konsentrasi tembaga.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa, penanaman tanaman sayuran pakcoy dan kembang kol dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran Tembaga yang ada di tanah dengan kemampuan menyerap yang hampir sama.
Namun, apabila dibandingkan pada organ tanaman yang menyerap Timbal, maka konsentrasi Timbal ditajuk lebih banyak pada tanaman Pakcoy, sedangkan konsentrasi Timbal di akar tanaman lebih banyak pada tanaman kembang kol. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Pewarta: Dr. Ir. Anis Rosyidah, MP, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang (UNISMA)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |