Indonesia Positif

Tingkatkan Perekonomian Masyarakat, Kementan Dorong Potensi Ternak Babi di Nusa Tengara Timur

Jumat, 14 Juni 2024 - 20:40 | 112.27k
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KUPANG – Babi merupakan salah satu ternak yang di budidayakan di Indonesia. Usaha peternakan babi bersifat prolific atau produktif karena induknya mampu menghasilkan banyak anak setiap kelahiran. Selain itu, Babi juga menjadi hewan ternak yang paling efisien dalam mengubah pakan menjadi daging. Setiap 3,6 kg pakan babi bisa menghasilkan 1 kg bagian daging yang dapat dikonsumsi.

Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi peternakan babi di Indonesia.  Sebagai penyumbang produksi sebesar 30 % babi nasional,  babi merupakan ternak terpenting bagi peternak skala kecil di propinsi ini.

Advertisement

Dalam rangka mendorong perekonomian masyarakat melalui usaha ternak babi, maka Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Peternakan Provinsi bekerjasama dengan PRISMA (Promoting Rural Incomes trough Support for Markets in Agriculture) menyelenggarakan kegiatan Lokakarya berbagi Pengalaman Sektor Babi NTT. 

Kegiatan lokakarya di laksanakan pada Jumat (14/06/24), di Hotel Aston Kupang. Peserta Lokakarya berasal dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,  Pemerintah Kabupaten/Kota, Universitas, Asosiasi, Swasta, Program/Lembaga Pembangunan Internasional, Organisasi masyarakat dan juga tenaga ahli. Tidak terkecuali dari Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu.

Output kegiatan lokakarya ini salah satunya untuk pertukaran pengetahuan dalam mengembangkan industri ternak babi khususnya di NTT pada masa akan datang.

Kepala BBPP Batu, Roby Darmawan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan moment lanjutan yang diikuti oleh BBPP Batu dalam rangka desiminasi materi pembelajaran sektor pertanian khususnya peternakan babi ke sektor pemerintah, swasta universitas dan pemerhati peternakan babi

mateti.jpg

“Diharapkan berbagai sektor tersebut diatas dapat mengembangkan pertanian khususnya sektor peternakan babi,” ujar Roby.

Hal ini selaras dengan apa yang di sampaikan oleh  Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi bahwa Keberhasilan pembangunan pertanian tak lepas dari peran semua pihak. SDM Pertanian memberikan kontribusi yang cukup baik dalam mendukung program pembangunan pertanian. 

“Dalam mewujudkan hal tersebut BBPSDMP menekankan kepada UPT Pelatihan untuk berperan aktif dalam mewujudkan perannya selaku penyelenggara pelatihan yang secara langsung terjun dalam meningkatkan kapasitas SDM Pertanian,” sebut Dedi.

Turut hadir bersama Kepala BBPP Batu dalam kegiatan lokakarya, dua orang Widyaiswara BBPP Batu dari Divisi Kesehatan Hewan dan Reproduksi Ternak, salah satunya Widya Ayu Prasdini. 

Menurut Ayu, demam babi afrika atau ASF (African Swine Fever) di NTT telah mencatat 121.000 kasus kematian perbulan Agustus 2021 dan  terjadi kematian lebih dari 1,04 juta kasus kematian per bulan Maret 2022 berdasarkan hasil catatan dari PRISMA. 

Meski ditahun ini, kasus ASF ini kian menurun, namun karena vaksin belum tersedia dan terbatasnya akses memperoleh babi hidup bebas ASF serta buruknya prosedur penyediaan stock  dapat memicu wabah lain dan menghambat pemulihan sektor babi. 

Selain itu, pengetahuan peternak masih terbatas terkait pencegahan ASF dan penerapan biosecurity. “Oleh karena itu, BBPP Batu sebagai salah satu lembaga pelatihan peternakan turut berperan dalam peningkatan kapasitas SDM baik apatur dan non aparatur terkait permasalahan ASF,” jelas Ayu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES