Kementan RI Sinergi dengan DTPHP Kabupaten Malang Gelar Pelatihan Limbah Ternak

TIMESINDONESIA, MALANG – Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu bersama dengan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang melaksanakan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik di Balai Pertemuan Kelompok Tani Karya Bhakti 3, Desa Purworejo Kec. Ngantang Kab. Malang, Selasa (09/10/2024).
Pelatihan merupakan bagian dari program UPLAND yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pertanian terintegrasi di kawasan dataran tinggi di seluruh Indonesia. Kecamatan Pujon dan Ngantang, Kabupaten Malang dipilih sebagai salah satu lokasi program UPLAND dengan mengintegrasikan ternak sapi perah dengan tanaman bawang merah sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Malang.
Advertisement
Kabupaten Malang sendiri dikenal sebagai kawasan pengembangan sapi perah berskala nasional. Populasi sapi perah pada tahun 2020 di Kabupaten Malang mencapai 81.150 ekor yang menyumbangkan sekitar 14% populasi sapi perah nasional. Tingginya populasi sapi perah di Kabupaten Malang diikuti dengan tingginya produksi limbah kotoran sapi setiap harinya.
Masih banyak limbah kotoran sapi tersebut yang terbuang percuma ke sungai dan belum termanfaatkan dengan baik, sehingga pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik akan menjadi solusi yang tepat.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi tulang punggung penggerak pembangunan pertanian. Karenanya sudah seharusnya SDM pertanian memiliki kualitas yang mumpuni.
“Empat kunci yang perlu dipegang teguh agar SDM kita menjadi mumpuni, diantaranya ialah bekerja yang terbaik, fokus, cepat, dan berorientasi hasil”, sebut Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengatakan bahwa pertanian organik merupakan tantangan bagi anak-anak muda. Kita harus bijak memanfaatkan pupuk organik maupun pupuk kimia, kita bisa menjaga keseimbangan alam menuju pertanian berkelanjutan.
“Mendorong digitalisasi terus dilakukan. Teknologi terus diterapkan agar menjembatani kebutuhan konsumen akan produk-produk inovatif bagi konsumen," ujar Santi.
Pupuk organik dapat dibuat dari limbah ternak segar berupa kotoran ayam, kotoran kambing maupun kotoran . Namun dapat juga menggunakan bahan organik lain, salah satunya adalah bioslurry, yang mana bahan tersebut didapatkan dari hasil samping biogas. Di kawasan kecamatan Pujon dan Ngantang banyak terdapat instalasi biogas baik milik peternak pribadi maupun milik kelompok ternak.
Keberadaan bioslurry selama ini belum dimanfaatkan, hanya sekedar dibuang begitu saja karena ketidaktahuan petani untuk memanfaatkannya. Sehingga dalam program UPLAND ini, petani dilatih untuk bisa memanfaatkan bioslurry sebagai bahan baku pupuk organik. Pelatihan melibatkan pemateri dari DTPHP Kab. Malang, BBPP Batu, serta P4S Bengkel Mimpi.
Pelatihan yang diikuti oleh 35 orang petani bawang merah dari Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang ini dibuka oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang yang diwakili oleh Kepala bidang Hortikultura, Mursyidin.
Materi Implementasi UPPO dan Pemanfaatan Bio Slurry Untuk Pembuatan Pupuk Organik disampaikan oleh Widyaiswara BBPP Batu, Haris Khoirul Usman, pada kesempatan tersebut Haris menyampaikan bahwa bioslurry mempunyai potensi yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik dengan melibatkan proses yang tepat. Penggunaan pupuk bioslurry memiliki kontribusi positif bagi peningkatan produktivitas lahan pertanian. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Sholihin Nur |