Reses di Lamongan, Anggota DPD RI Lia Istifhama Jadi Narasumber Pengasuhan Multikultural ISNU Paciran
TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Anggota DPD RI Dr. Lia Istifhama, M.E.I. menjadi pembicara seminar Pengasuhan Multikultural Upaya Menyiapkan Generasi Emas. Seminar ini merupakan rangkaian acara Pemilihan Duta Santri 2024 yang digelar Pimpinan Anak Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Paciran Lamongan.
Di hadapan sekitar 400 peserta yang hadir di GOR Kemantren 2 November lalu, Ning Lia, begitu sapaan akrab Lia Istifhama berhasil memantik antusiasme peserta.
Advertisement
Menurutnya, era digitalisasi identik dengan segala kemudahan akses informasi. Namun, era digitalisasi tetap harus diantisipasi dari potensi ‘Post Truth. Dalam hal ini, potensi terjadinya kebohongan yang dianggap sebagai kebenaran.
"Jika kebohongan menjadi pembenaran, tentu efek dari digitalisasi atau modernisasi tidak lagi sebatas disrupsi sosial. Sebelumnya, istilah disrupsi disebut oleh Francis Fukuyama sebagai perubahan hubungan sosial, yaitu melemahkan ikatan sosial gemeinschaft (kekerabatan) dan menguatkan gesselschaft, yaitu ikatan yang terbangun karena kesamaan kepentingan di dalam suatu kelompok sosial,” tuturnya.
Disrupsi tersebut jika tidak disikapi dengan bijak, juga akan berpotensi ketidakbijakan dalam pemanfaatan digitalisasi. Inilah yang kemudian dikhawatirkan, yaitu terjadinya potensi degradasi nilai sosial, moral, dan kultural.
“Dari sinilah kemudian kita tarik fungsi strategis santri. Bahwa santri memang pemuda sejati yang dibutuhkan dalam pertahanan bangsa. Dengan bekal Hubbul Wathan yang sangat kuat seperti yang menjadi pesan Sang Hadratus Syaikh dan ilmu yang mumpuni, maka santri tidak bisa terbantahkan lagi sebagai tonggak bangsa,” tegasnya.
“Santri, yang saat nyantri mendapatkan pembelajaran secara Rabbani, yaitu pembelajaran secara bertahap dari ilmu pengetahuan yang sederhana berangsur menjadi ilmu pengetahuan yang besar (sulit), diharapkan memiliki keilmuan cukup dan kelak memberikan kemaslahatan bagi bangsa. Santrilah yang diharapkan mampu meluruskan disinformasi, mampu menepis hoax, fitnah, dan ujaran kebencian,” tambahnya.
Dalam kesempatannya yang memasuki masa reses itu, ning Lia pun menerima beberapa aspirasi sesuai dengan Komite III yang menaunginya.
“Ada dua aspirasi yang tadi saya terima, diantaranya adalah ketersediaan PPPK Guru PAUD dan ketersediaan kerja yang layak bagi putra daerah. Jadi semisal di Paciran, bagaimana pabrik sekitar bisa menerima tenaga kerja asal daerah sendiri. Tentunya, ini terlaksana jika putra daerah menerima bekal soft skill sesuai kebutuhan pabrik,” jelasnya.
“Terkait kuota guru PAUD, kita ketahui bahwa Pendaftaran Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) baru dibuka pada 2024 yang tentunya wajar jika di daerah banyak belum tersosialisasi secara baik, apalagi memenuhi harapan guru PAUD. Ini merupakan PR besar yang mana seusai bidang kerja Komite III, yaitu pendidikan, dan ketenagakerjaan terkait putra daerah tadi,” ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |