Habib Luthfi dan Habib Jindan, Dua Guru Hasan Chabibie
TIMESINDONESIA, KUDUS – Bagai ember kosong yang mendatangi sumur, Hasan Chabibie sering sowan ke Habaib, Ulama, Kiai dan guru-guru untuk mengisi ilmu.
Senyum itu melebar ketika Hasan Chabibie bertemu dengan Habib Jindan bin Novel. Hasan kemudian menarik tangan Habib Jindan dan mendaratkan ciuman lembut di tangan Habib Jindan. Pertemuan di rungan penjamuan tamu Pendopo Kabupaten Kudus adalah pertemuan ke sekian kali. Perbincangan kecil antara keduanya menyuguhkan susana yang menyejukkan. Santri yang bertemu dengan gurunya adalah suguhan penenang jiwa.
Advertisement
Habib Jindan adalah salah dua guru Hasan Chabibie yang terus mengisi gelas kespiritualisannya. Bagi Hasan, bertemu gurunya adalah obat yang selama ini ia yakini sebagai arah penyembuhan. Keduanya kemudian beranjak menuju panggung di pendopo Kabupaten Kudus untuk mengisi Silaturrahmi Kiai, Ulama dan pengasuh pondok pesantren se-Kabupaten Kudus pada pertentahan Januari 2024 lalu, beberapa hari setelah Hasan Chabibie dilantik menjadi Penjabat Bupati Kudus.
Dr. M. Hasan Chabibie adalah sosok teknokrat santri yang memegang teguh menghormati para keturunan Nabi (Ahlul Bait). “Jika kita belajar dengan para habaib, maka akan semakin mendekatkan kita kepada baginda Nabi Muhammad Shollallahu’alaihi wa sallam,” ungkapnya.
Dalam tayangan video yang diunggah oleh TV Edukasi News, Hasan Chabibie sowan ke Ponpes Al Fachriyah, Tangerang (12/03/2021). Hasan Chabibie mengungkapkan jika ingin membuat sebuah tradisi baru. Jika sebelumnya pihak kantor pemerintahan mendatangkan Habib Jindan, berbeda dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu. Hasan Chabibie yang saat itu menjabat sebagai Plt. Kepala Pusdatin datang sowan ke Habib Jindan di Tangerang. “Dimana-mana Ember itu mendatangi sumur,” seru pria yang juga menjabat sebagai Ketua Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (Matan).
Saat ini, Hasan Chabibie adalah teknokrat santri yang mengabdikan diri sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Kudus. Tahun ini, Penjabat Bupati yang meraih penghargaan Santri of The Year 2024 ini, mampu memajukan Kabupaten Kudus tetap pada jalur positif. Penanaman sikap good governence untuk mencapai sebuah prestasi menjadi sangat penting untuk dilakukan. Mengingat Kabupaten Kudus mempunyai banyak potensi yang seharusnya bisa berdaya saing di tingkat global.
Habib Luthfi dan Matan
Hasan Chabibie terlihat tertawa lepas sambil menundukkan kepala. Di sampingnya berbaring Habib Luthfi di atas bantalan dan berselonjor. Bentuk bantalannya hampir sama dengan bantal tidur pada umumnya, namun sedikit diperbanyak. Tempat duduknya juga hampir sama seperti sofa, namun tidak terdapat kaki-kaki. Dalam foto unggahan media instagram, tersebut, diperkirakan Habib Luthfi sedang bercanda kepada Hasan Chabibie.
Dengan mengenakan koko putih panjang dan berpeci, Hasan Chabibie menunjukkan wajah senang namun tetap takdhim dihadapan gurunya. Terlihat dalam potingan itu tertanggal 5 Oktober 2024. Keterangan postingan itu ditulis dengan keterangan doa Hasan Chabibie kepada Habib Luthfi. “Murabbi ruhina Maulana Habib Luthfi bin Yahya, semoga Abah senantiasa sehat dan panjang umur.” tulisnya.
Hasan Chabibie memang dikenal sangat getol berdiskusi. Dua bukunya Digital Leadership (2022) dan juga Kepemimpinan Berbasis Data (2023) menjadi buah karya dari berbagai diskusi. Pertemuan dengan Habib Luthfi tersebut memang sejatinya tidak jauh dari diskusi.
Dari raut wajah semringah di wajah Habib Lutfhi memang tidak terlihat sedang sakit. Doa yang dipanjatkan oleh Hasan Chabibie juga sebenarnya doa yang umum dipanjatnya setelah salat maktubah.
Kedekatan dalam foto tersebut, Hasan Chabibie, menaruh harapan penuh untuk diberi nasehat dari Habib Luthfi. Dalam foto tersebut juga hanya terlihat beliau berdua. Menandakan kedekatan tokoh kharismatik.
Bukan tanpa apapun, Hasan Chabibie yang notabene menjabat sebagai Ketua Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) saat itu memang sangat kental hubungannya dengan Habib Luthfi. MATAN sendiri berdiri setelah mendengarkan deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang cenderung radikal dan pragmatis saat itu, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan, “Kita dirikan MATAN!”.
Kiai Hamdani Mu’in dan Kiai Dimyati Rois yang saat itu sedang berdiskusi dengan Habib Luthfi sontak bertanya. “MATAN itu apa bib?” Habib Luthfi menjawab, MATAN itu Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah. Karena sangat disadari betul oleh para pengamal thoriqoh bahwa mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini. Bagi para pengamal thoriqoh, mahasiswa adalah aset bangsa yang harus dibina dan dijaga dari segala bentuk yang dapat merusak kepribadian dan akhlak mereka.
Habib Luthfi adalah tokoh sekaligus mursyid thoriqoh yang sudah menggagas MATAN sejak tahun 2000. Hingga banyak pertimbangan dan sowan banyak ulama sehingga dideklarasikan pada Mukhtamar ke XI di Malang pada tanggal 10-14 Januari 2012 silam. Lahirnya MATAN dari diskusi yang panjang sejalan dengan Hasan Chabibie yang memang sangat gemar diskusi.
Dua guru Hasan Chabibie yang menjadi obor penyemangat dalam menahkodai kapal. Dua guru yang menjadi dua kutup kehidupan dan sekaligus memuat beberapa kisah inspiratif di dalamnya. Di sinilah titik kesuksesan santri teknokrat yang mampu meraih beberapa gelar.
Sebagai Penjabat Bupati Kudus, Hasan Chabibie mengabdikan dirinya untuk sepenuhnya bekerja dan berkhidmah demi kesejahteraan warga. Ia berpedoman pada kaidah: tasharruful imam ala-ar-raiyyah manuthun bil mashlahah. Kebijakan seorang pemimpin kepada rakyatnya haruslah bertumpu pada pedoman kemaslahatan. Dengan pedoman ini, Hasan Chabibie sering sowan Habaib dan Kiai, ia menimba ilmu dari sumur-sumur pengetahuan yang tersebar di berbagai tempat, untuk kemudian diimplementasikan dalam kebijakan pemerintahan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |